Sunday 13 February 2022

MY NEW JOURNEY!

2022... Tahun baru ini udah berjalan selama lebih kurang 45 hari sejak terompet malam itu dibunyikan.

Gue seperti biasa, duduk di atas meja makan yang belakangan sering alih fungsi jadi meja serbaguna, di tengah malam dan hujan deras yang menginspirasi, bersama hedset baru, keyboad baru, dan musik klasiknya Vivaldi edisi winter. Jangan ditanya persoalan sinyalnya, ngadat-ngadat sedap.

2022 ini banyak banget yang udah terjadi meski jalan baru maju beberapa tapak. Dimulai dari keinginan gue yang segera butuh pekerjaan (oemji iye, gue karyawan yg diefisiensi akibat koronces, kena koronces dua kali, kurang lengkap ape wkwkwk) dan entah.... menikah?

Oke, yang terakhir tadi gue skip sebentar, biar muter-muter dlu. 

Kemarin, gue baru aja dinyatakan lolos kerja di salah satu tempat yang kalo bisa dibilang, uzurnya food and beverages kota gue alias udh tua banget wkwk. of course as a copywriter! so, besok adalah hari pertama gue kembali bekerja.

baru-baru ini gue nyaris main melulu sama sobat gue, let's we call him as Mozart. we have a deep talk, like about many times together, and we decided to plan something big, i mean its REALLY BIG, kennot sure when because of the situation.

dari beberapa hal yang kita bicarain, gue menangkap banyak hal yang entah kenapa melegakan (oke musik gue udah ganti jadi lagunya chopin).

ngeliat banyak teman-teman di sekitar gue, di sekitar dia, udah marry, banyak punya anak, entah kenapa rasanya... antara lega, kosong, dan bersyukur.

me, as a woman, sempat ada di masa lelah sendiri dan okay, i wanna marry someone. tapi segera setelah percuanan lebih mendominasi hidup gue, perkara pendamping jadi agak tersampingkan. gue ngeliat temen-temen cewe gue, terutama yang masa lalunya ambis, kemudian menikah, 'terpaksa' dihadapkan situasi segera dikaruniai anak satu, kedua, dan seterusnya, and they say, "aku merasa payah karena belum puas achieved what i want, and now... i cant resign from being a mother, right?"

you know, it was like a bomb in my brain. dan pernyataan semacam inilah yang membuat gue kemudian mundur teratur dari keinginan menikah dan bahkan..... memiliki anak dalam waktu dekat.

of course... of course enggak semua teman gue demikian. banyak juga yang emang bahagia dengan apa yang sedang dia jalani sekarang. such as my friend resti, temen sekampus gue yang sebetulnya punya potensi gede buat kerja atau melakukan hal keren lainnya. even setelah menikah, dia sempet bisnis dan sukses, tetapi memilih off karena ingin jadi full time mother and she's  happy with that. im so proud of her.

but, yeah... i am picturing myself not being a housewife actually. having a career is my path that i am choosing since the first time i am thinking about.

bukan berarti gue mau bilang housewife itu in a  bad way, gue cuma merasa... what will i do to preparing myself before marriage life is happens?

gue tidak mau, bener-bener enggak mau suatu saat merasakan apa yang teman-teman gue rasakan, iri dengan pencapaian teman-temannya yang berkarier, while i am as mother and raising kids feel nothing. ini salah banget, kan?

how come raising kiddos become a mistake just because we postponed something that we expected we get in our past time?

tapi gue merasa paham, tahu situasi ini. seolah lu punya 10 to do list, baru 4 kecapai, dan lu harus berhenti fokus sejenak karena kehidupan baru.

gue enggak menyalahkan temen-temen gue ini, karena perasaan sedih, kecewa, hampa itu valid.

please... tell me if i am wrong.

ternyata, Mozart merasakan hal yang sama. He as a man, really afraid kalau gegabah ngambil keputusan taking someone as his wife, kemudian enggak bisa melakukan banyak hal atau enggak bisa menerima kebutuhan bersama.

no, it doesnt mean kami enggak percaya tuhan.. ini trully insecure as a human aja gitu.

entah kenapa... gue merasa untuk sekarang ini, gue telah berada di keputusan yang tepat. memilih berkelana untuk nyoba dan ngejar apapun yang gue usahakan, buy something for myself as a reward. and of course.... didampingi seseorang yang memahami jalan pemikiran gue dan bahkan satu frekuensi.

well, gue masih merasa single, meski mungkin... hati gue tidak lagi single.

gue merasa bebas dan punya banyak pembelajaran dari sana. biar kelak, gue bisa lebih bersiap diri.

bersyukur banget, impian gue untuk menjadi wanita berkarier diijabah. meski kerjaan klo lagi banyak bisa bikin gue berpikir mending jadi hero mobile legend aja..

nanti, bila waktunya tiba, ketika gue menikah, punya anak terutama... dan gue 'harus' off sebentar dari apa yang sedang gue usahakan, semoga gue tidak merasakan kehampaan, enggak merasa gara-gara siapapun gue jadi 'dikorbankan'.

no... gue enggak mau merasa gagal 'hanya' karena perasaan terkucilkan akibat diri gue sendiri.
 
Catatan Lebay Seorang Dugong Blogger Template by Ipietoon Blogger Template