Sunday 12 April 2020

what I Learned From Past II (12-17 years old)


Dearest my 12-17 years old...

Kamu telah memasuki usia remaja muda.
Aku teringat bagaimana kamu mulai banyak mempertimbangkan setiap keputusan yang kamu ambil.
Kamu masih ceroboh, ingin mencoba sana-sini.
Tetapi, kamu juga mulai tahu saat-saat dimana kamu tidak sepercaya diri itu 

Kamu mulai bermimpi ingin menjadi orang pintar, ranking satu, dan punya nilai cemerlang.
Kamu telah melewati Ujian Nasional tingkat SD mu dengan gemilang.
Rata-ratamu delapan setengah, dan kamu ingin mengulangi kesuksesan itu kembali.
Tapi kamu terseok hebat di mata pelajaran fisika dan kimia, padahal kamu juga kesulitan matematika.
Kamu ingin menjadi dokter, tapi merasa itu hanya akan menjadi angan.

Kamu mulai mencintai Bahasa Inggris.
Dimulai dari kecintaanmu terhadap game dan anime yang masih didominasi berbahasa asing.
Kamu mulai belajar Bahasa Inggris.
Telah terpecahkan satu persoalan hidupmu dari bangku SD.
Nilai Bahasa inggrismu semenjak itu tidak pernah merah.

Kamu mulai belajar arti kehilangan yang sesungguhnya.
Dimulai saat kamu mengenal arti percaya dan dikhianati.
Sekolahmu sangat ketat, tak mengijinkanmu untuk mempunyai sahabat dekat lelaki sedekat yang lalu.
Kamu berteman dengan beberapa teman wanita.
Kamu cukup dikenal hingga seniormu di kelas dua dan tiga.
Mereka bilang kamu aneh dan ramah.
Namun, kamu kemudian dikecewakan.
Saat tiga orang kepercayaanmu mengadu domba dari belakang.
Kamu dibenci beberapa teman di kelasmu, hingga didiamkan selama berbulan-bulan.
Kamu tahu kamu hancur, tapi kamu hanya diam.
Paham sakitnya, tetapi tidak paham bagaimana menyelesaikannya.

Dijenjang inipula, kamu merasakan cinta....

Aku teringat, kamu tersenyum sendiri hanya karena tidak sengaja melihatnya di kantin atau perpustakaan.
Kamu bisa heboh luar biasa setiap ada namanya disebut-sebut.
Kamu berbunga-bunga.
Kelak, kamu akan berdoa saat penentuan kelulusan, bukan mendoakanmu tetapi mendoakannya.
Agar kalian bersama di bangku SMA.

Bangku SMA adalah masa terbaikmu.
Kamu kembali mempunyai sahabat laki-laki.
Kamu semakin dikenal orang.
Semakin sedikit yang membencimu.
Kamu dicintai begitu banyak.
Dan kamu masih mencintainya juga.
Doamu dikabulkan Tuhan, dia membersamai hari-harimu kembali.
Semua orang mencintai kalian berdua, semua orang mendoakan kalian bersama.

Kamu sangat bahagia di masa itu
Hanya saja, nilai memburuk, meski prestasimu menumpuk.
Kamu tidak terlihat kecewa dengan nilai merahmu atau tidak diterimanya kamu di perguruan tinggi yang kamu impikan.
Kamu masih bahagia di bangku perkuliahanmu yang lain.
Aku teringat pada malam-malam Ujianmu, kamu justru bermain Moonlight Sonata di atas tuts pianomu.

Kamu juga sibuk mencari nada piano lagu More Than Words.
Kelak kamu akan tahu, seseorang memintamu itu karena dia mencintaimu.
Bermaksud mengutarakan perasaannya melalui lagu itu.

Kamu tidak peduli apapun.
Kamu sangat tomboy dan lincah.
Kamu baik dan dicintai orang.
Kamu dipercaya banyak orang.
Kamu banyak dikritik atas tertutupnya kamu.
Mereka bilang kamu orang ceria tetapi tidak suka menceritakan cerita pribadimu.
Kelak kamu akan tahu bahwa orang melihatmu sebagai sosok introvert.
Kamu sering terlambat.
Kamu jarang mandi.
Foto ijazah mu yang mandi hanya ijazah SD.

Kamu punya handphone.
Kamu pernah naik sepeda ke sekolah.
Kamu memutuskan sering terlambat datang ke sekolah karena seseorang.
Apa?
Ya.. Dia yang kamu cintai tidak lagi berangkat dengan sepedanya, melainkan motornya 
Saat kamu berangkat pagi, dia akan berpapasan di jalan menuju sekolah di belakangmu.
Kamu gelisah dan sering mencuri pandang di spionmu.
Jika dia didepanmu, kamu akan berimajinasi banyak hal yang mengganggu fokusmu.
Kemudian kamu mengalah..
Kamu tidak lagi berangkat pagi, meski harus mengorbankan diri tidak lagi melihat pemandangan favoritmu setiap pagi sebelum bel masuk.. "Dia duduk bersimpuh di masjid sekolah dan membaca Al Quran."
Kamu mengorbankan diri dengan terlambat setiap hari dan dihukum guru.
Dan itu semua kamu lakukan tanpa rasa penyesalan hahahha...

Kamu mencintai dunia remaja akhirmu.
Kamu sangat ingin mengulanginya lagi.
Aku rindu sikap masa bodohmu.
Aku rindu sifatmu "Jalani aja dulu." yang membawamu ke negeri Malaysia dan bertanding disana.
Aku rindu sifat cuekmu.
Aku rindu hidupmu yang selalu penuh energi.
Kamu telah menunbuhkan sikap waspadamu.
Kamu tidak mempunyai sahabat sejati kala itu.
Tapi kamu tidak ambil peduli.
Kamu sangat mencintai dan menjaga dirimu sendiri.
Kebiasaanmu berbicara dengan boneka berhenti.
Tetapi kebiasaanmu untun keluar malam dan curhat kepada bintang di langit masih sama.
Kamu sering menangis di luar sendiri, tersenyum sendiri.
Kamu menyimpan daftar orang-orang yang kamu sayangi di bintang itu.
Kamu menghapus beberapa yang menurutmu membuatmu sedih saja.

Kamu sangat berharga saat itu.
Kamu adalah cahaya cerah bagi sekitarmu.
Kamu mengalami sedih saat pindahnya rumah yang telah kamu diami sejak 15 tahun terakhir.
Sehingga kamu sibukkan diri di OSIS dan ekskulmu karena tidak punya tetangga asyik lagi.

Kamu juga mulai mengalami ketakutan berkelanjutan.
Setelah kamu bermimpi hampir seluruh tubuhmu terisi cahaya ungu.
Sebuah suara berkata "Kemampuanmu akan kembali lagi."
Kelak, kamu tidak hanya bisa melihat sesuatu lagi, tetapi kamu akan melihat cerita yang akan terjadi.
Kelak kamu akan bersyukur meski membuatmu sangat menderita.

Namun apapun itu.....

Terimakasih masa remaja akhirku..
Terimakasih telah berjuang bersama..
Aku sangat sangat mencintaimu..

Friday 10 April 2020

What I learned From Past I (0-12 years old)

Dearest my 0-12 years old...

Terimakasih telah bekerja sama dengan baik.
Aku bersyukur kamu telah mengisi hari-harimu dengan hal yang mengasyikkan.
Kamu mungkin belum tahu makna sakit dan kesedihan, sehingga kamu hanya tahu bagaimana membuat dirimu bahagia.
Kamu belum paham arti cinta, sehingga tidak ada rasa cemburu di hatimu.

Aku ingat kamu sering menangis sendirian di tangga belakang sekolah di lantai tiga.
Kamu menatap langit dan terdiam lama.
Kamu bertanya-tanya kenapa kamu dicemooh karena punya teman laki-laki lebih banyak.
Kamu mengeluh kenapa kamu begitu gemuk.
Di waktu lain kamu masih menatap langit dan tersenyum.
Hanya bahagia karena melihat awan begitu indah hari itu.

Seorang teman laki-lakimu berkata "Sebetulnya aku suka kamu, tapi kamu gendut sih."
Tapi kamu hanya tertawa dan kemudian kalian menjalin persahabatan.

Seorang laki-laki yang lain sering ikut menemanimu duduk di tangga itu.
Kalian bercerita apa saja. Tapi tak sekalipun cerita sedih dan susahnya.
Kalian belum paham banyak hal di kehidupan ini.

Belakangan kamu baru tahu, bahwa kamu adalah cinta pertamanya.

Kamu tidak tahu bedanya sahabat dengan sekadar teman.
Kamu anggap semua adalah sahabatmu.
Hingga suatu ketika kamu mulai belajar rasanya disakiti.
Itu terjadi saat dirimu di usia 12 tahun, kelas 6 SD.
Saat kamu dipanggil ke ruang BK karena dituduh oleh teman-temanmu perempuan.
Semua wanita yang kamu anggap sahabat tidak ada yang membelamu.
Yang tahu kebenaran hanya diam saja.

Justru sahabat-sahabat lelaki lah yang membela kamu dan berkata,
"Nanti aku bilang ke bu guru yang sebenarnya. Kamu tenang aja!"
"Aku tau yang salah siapa. Itu bukan kamu."
"Aku habis dari BK, kamu nggak akan dihukum lagi karena aku udah dihukum nulis tadi."

Dari situ kamu tahu bahwa sahabatmu yang terbaik adalah laki-laki.
Kamu benci sahabat perempuan, meskipun kamu masih bermain bersama mereka.

Dearest my 0-12  years old...

Kamu sangat baik.
Kamu sangat cantik.
Kamu suka bersepeda.
Kamu suka bermain kelinci di kebun tebu tetangga.
Kamu belum berjilbab sempurna.
Kamu sudah rajin shalat 5 waktu.
Kamu tahu ibadah sunnah favoritmu adalah duha.
Kamu sering bersembunyi di ruang kosong di masjid sekolah setiap pagi, untuk shalat duha sebelum masuk kelas.
Kamu suka Doraemon dan Conan.
Kamu suka membaca buku dan komik.
Kamu suka bola.
Kamu suka perpustakaan.
Kamu benci ditanya masalah pribadi.
Kamu tidak tahu bahwa kamu orang yang tertutup.
Pemain bola favoritmu adalah Kaka.
Kamu benci Bahasa Inggris.
Kamu tomboy sekali.
Kamu benci acara renang.


Kamu suka memanjat pohon.
Kamu sangat suka berpetualang di kebun orang.
tapi dari situlah kamu mulai takut berlebihan dengan ular, ulat, cacing dsb.
Kamu suka keju.
Kamu suka minum air putih.
Kamu tidak punya handphone.
Kamu benci belajar, tapi mulai suka Matematika saat kelas 6 SD.
Kamu maju panggung saat wisuda karena mendapat penghargaan.

Kamu tidak takut ketinggian, tapi kamu takut tidur sendirian.

Kamu punya masalah dengan kelebihanmu.
Kamu tahu dari kecil kamu bisa melihat sesuatu yang menyeramkan.
Kamu melihatnya di tangga, terbang di atas langit setiap maghrib, di pohon, di kamar, di mana saja.
Kamu diobati karena itu.
Kamu kembali melihatnya sesekali.
Kamu tidak tahu, bahwa di usiamu beberapa tahun kemudian, kelebihanmu kembali dan bertambah kuat.

Kamu suka warna biru dan ungu.
Kamu suka berbicara sendiri dengan boneka.
Kamu menempel poster bola di sekeliling dinding kamarmu.
Buku pertamamu di bangku SD bergambar Teletubbies.
Kamu mendapat seratus saat menulis khot.
Kamu suka menggambar dan sering ikut lomba menggambar.

Kamu tidak mau masuk SMP.
Kamu suka pelajaran IPS dan Qiroaty
Kamu suka Batman.
Bajumu selalu bergambar Batman.
Kamu sering dikira laki-laki.
Kamu jarang menangis di depan orang.

Kamu ditaksir beberapa orang.
Salah satunya teman sekelasmu, kamu benci dia menyukai kamu.
Kamu bilang boleh suka kamu jika dia ranking satu.
Sehari kemudian dia bilang tidak lagi suka kamu.

Kamu suka menjahili kakak kelasmu, melempar sepatunya atau menyembunyikannya di dalam tong sampah kepala sekolah.

Kamu anak yang ceria.
Kamu anak yang manis.
Kamu suka hujan-hujanan.
Kamu anggota termuda remaja masjid.
Kamu suka menonton film horor sampai tengah malam.
Kamu suka begadang.


Terimakasih telah menjalani harimu dengan penuh bahagia.
Kamu membuatku mengenang banyak memori hingga hari ini.
Terimakasih telah menjadi orang yang jujur.
Sampai jumpa lagi masa kecilku.

Aku mencintaimu dengan sepenuh hati...

Saturday 4 April 2020

A Journal in Corona days



Halooo para galauerss!! Setelah dua bulan gue menghilang dari dunia kepenulisan, ngeliat blog gue mulai senyap lagi rasanya gatega. Lah gue janji mau sering-sering nulis lagi setelah dikasih notebook baru samah hape baru #tsaahhh..

Ini adalah minggu ketiga gue stay at home setelah pandemi covid-19 menyerang Indonesia. Serem sih, ini kayak flu tapi katanya nular cepet baets. Pertama gue denger virus ini kan dari China, gue langsung gercep wechat-in temen-temen gue dari student exchange pas kuliah karena kebetulan kebanyakan dari China. Pokonya nyebar di Nanjing, Wuhan, Shanghai, Nanning dsb. Gue juga ngehubungi client gue yang dulu pernah gue guide setiap dia lagi beredar di Solo. Syukurlah ini mereka baek-baek aja. Gue sih karena masih santuy ya, gue lebih concern  nanya kabar mereka. Waktu itu emang lagi China aja yang rame corona soalnya, di sini belom masuk.

Selayaknya orang bego pada umumnya, gue mikir sih alah tu virus mana berani masuk sini sih? Jauh begini, cape duluan terbang di udaranya, rontoh di Samudera Hindia. Temen-temen budiman gue ini gak capek ingetin gue bilang kudu maskeran, tiati, mulai nyetok sabun antiseptik etc (lah gue aja mandi sehari sekali gimana bisa gue nyetoookk?). Gue ngerti orang chaos kayak gimana, jadi gue tidak mau berdebat dan milih iya-iyain aja. 

Bulan Januari berlalu, gue yang masih guling-guling santuy karena belom kerja ya hidupnya gitu-gitu aja. Sampe akhirnya februari, gue melihat corona ini ngegas banget mulai berani gak sopan masuk negara lainnya. Temen-temen game gue di server Europe sama Asia udah mulai kasak kusuk. Temen lama gue, Judy yang dari Taiwan, yang dari awal udah sensi baet tiap ngomongin negara C udah mencak-mencak tanpa terkendali untuk nge-blaming. Mulai deh gue kepo-kepo ini virus kayak apasih? Kenapa orang sampe harus panic buying?

Di saat yang bersamaan, gue diterima kerja freelance writer. Kalo lu baca post gue persis sebelom tulisan ini, gue tulis itu tanggal 25 Feb dengan bangga memploklamirkan diri sebagai pengangguran meskipun sebetulnya gue lamar kerja dari akhir Januari. Dan dengan bodohnya gue baru kepikiran buka email khusus kerja tanggal 27 Februari. Gue nyengir luar biasa saat ngeliat notifikasi diterima kerja yang seharusnya udah gue respon sejak 3 minggu lalu.

Bego? Emang ;)

Jadi saat gue bilang officially unemployee sebetulnya gue sudah gak pengangguran jauh sebelom sumpah pemudi itu πŸ˜’πŸ˜’ Kayaknya Tuhan itu suka gemes sama gue ya, berharap kerja kantoran biar bisa keluar dari rumah dan menghirup udara baru, malah gue ditaro kerja di rumah lagi, di rumah lagi. Emang sih di sisi lain gue emang pengen begini. Pertimbangannya adalah gue udah kapok ya dulu pas kuliah jarang pulang. Begitu lulus, ngeliat adek bungsu gue yang terakhir gue tinggalin masih lucu banget, berubah jadi bocah tanggung. Kemudian dia disunat, dan suara pecah. Dia jadi lebih deket sama adek kedua gue yang emang kuliah di Solo. Sedih rasanya, sekarang dia udah gasuka sepeda, kemana-mana naik motor karena dah tinggi banget ngebalap gue kayak lontong balap.

Pertimbangan lainnya adalah gue mikir ajah, besok pas udah punya lakik dan buntutnya, gue pengen ngedidik anak gue sendiri, deket sama anak sendiri. Palagi dunia sekarang serem pergaulannya, mati deh gue kalo anak-anak gue nanti gakpunya memori sama ibunya karena ibunya kerja di luar. Kerja dari rumah atau berbisnis menjadi solusi paling tepat, setidaknya untuk saat ini. Yah, ini intermezzo ya.. gimana jalannya gue juga gatau.

Oiya, btw gue langsung ngejar email perusahaan itu dan gue akhirnya tetep dapet rejeki nulis. Kebetulan mereka suka sama portfolio gue jadi gue ditoleransi tetep diterima dengan segala alasan kampret dari mulut gue.πŸ’©πŸ’©

Balik ke corona... Gue inget ini bulan Maret hampir pertengahan, covid-19 mendarat di Indonesia tanpa paspor, alias gatau juga itu virus bisa masuk ke negara ini dari mana. Dan dimulailah dengan segala per-drama-annya. Panic buying mulai melanda, pemerintah mulai lari kesana kemari ngurusin ini, dan kota gue menjadi salah satu kota yang walikotanya menyatakan Kejadian Luar Biasa setelah satu orang teridentifikasi corona. Sekolah libur, social distancing digaungkan, orang keluar pada takut. Di rumah gue was-was tapi gak ikutan panik belanja. Tapi drastis banget gak keluar kecuali untuk keperluan belanja dan nyari makan. Pokoknya satu-satunya anggota keluarga yang masih santuy adalah ayam-ayam gue di kandang yang masih aja berkokok gaktau diri tiap pagi minta dilemparin makanan.πŸ‘ΎπŸ‘ΎπŸ‘ΎπŸ‘Ύ

Update terbaru, terakhir gue lihat Indonesia udah hampir tembus kasusnya 2000 orang. Katanya termasuk pertumbuhan yang paling cepet di dunia. Boro-boro mikir lebaran, UN aja udah resmi dihapus, mudik jadi gajelas, tapi tiket pesawat turun hahahahaha ga penting banget. Gue ngebayangin bimbel yang dah pada dibayar orang untuk kelas intensif UN mau bagimana bersikap.

Kalo kemaren gue yang rajin nanyain corona ke temen-temen gue, sekarang giliran gue yang ditanyain orang orang. China udah selesai masa mencekamnya, Taiwan udah lebih normal, negara lain belom tapi mungkin situasinya masih gila di sini. Mereka pada nanya apa gue masih menjadi dugong berenang? Atau berubah jadi squishy landak laut? Wkkwkkwkwk bukan, mereka nanya situasi di sini kek apa. Gue tulis aja apa adanya.
At least, sebagai kaum rebahan gue bisa berkontribusi dengan passion gue yang satu ini. Gue mungkin cuma perlu membunuh rasa bosan karena gabisa kemana-mana, tapi mikirin paramedis disana yang lagi berjuang, pemerintah yang lagi pontang-panting ngurus banyak hal, gue rasa melontarkan kalimat gue jenuh ini hanyalah sebuah penghinaan. Mungkin kalo bisa, mereka yang lagi berjuang akan berdemo minta digantikan posisinya sama yang masih bisa rebahan.

APD kan nyaman ga nyaman ya, gabisa dicopot sembarangan. Gue lihat di banyak berita tentang paramedis yang makan aja ribet, ke toilet ribet, masih bisa bercanda tapi gue tau mereka cape baets, sampe yang dilempari batu para kamseupay iyuuh pas para astronot ini nguburin jenazah kasus corona... banyak hal yang terjadi di negara ini, hanya dalam kurang lebih tiga minggu.
Ngeliat temen-temen gue yang galang dana sana-sini, artis yang donasi berjuta-juta, gue rasanya sedih. Duit gue gak banyak, donasi gue hanya gak seberapa. Mungkin gada artinya. Terus hidup gue mau dibawa kemana sih? Ngapain elu hidup sempaak kalo lu gabisa apa apa?

Ibu gue cerita, ada temennya yang setiap hari masak untuk keluarga tak mampu dari profesi apapun yang terdampak corona. Tetangga yang pada gabisa nyumbang uang ato sayuran pada tergerak untuk bantu masakin sebagai gantinya. Dia sampe dapet donasi berpuluh juta dari sana. Gue nyesek. Bego lu Gong, masih mau diem aja lu? Lu masih muda, udah tua (jadi muda apa tua?) masak lu malah ga ngapa-ngapain? Waktu luang banyak, gembrot!😒😒

Gue gak suka ikut-ikutan protes ke pemerintah, buat apa? Bagi gue pribadi ini sama sekali gak guna karena gue aja nggak ikut politik. Gue gangerti politik. Lagipula, gue rasa biarlah orang-orang yang paham yang menyuarakan kalimat-kalimat itu. Gue yang tidak tahu lebih baik berjuang untuk hal lain.

Tau gak? Negara kita masih banyak banget orang-orang kekurangan. Hidup normal aja masih serba kekurangan, apalagi pandemi ini? Gue kemaren baca story temen gue Raras di Jogja, cerita ada nenek-nenek terpaksa jalan kaki dari Klaten deket Prambanan ke arah Jalan Janti untuk jualan ayam bakar. Katanya karena angkot yang dia biasa naiki gak beroperasi akibat pandemi, tapi dia harus tetep jualan demi menyambung hidup.

Lagi gue liat foto dimana para ojol kena semprot desinfektan berkali-kali padahal ga bagus buat tubuh, ngelindungi makanan pesenan kostumer pake tameng tubuhnya sendiri.

*Sampe saat ini gue nulis udah hampir nangis.

Gue langsung ketonjok. Astaghfirullah, gue masih ngeluh sana-sini, padahal kalo boleh milih, mereka lebih berhak ngeluh daripada gue. Gue cuma disuruh dirumah dan gue lakukan dengan senang hati, tapi mereka ga takut mati karena corona karena mati kelaparan lebih pasti terjadi kalo mereka ga jualan. 

Gue lagi nggak meragukan Tuhan, tapi gue tahu orang-orang disana lebih layak rebahan daripada gue yang basically nggak ngapa-ngapain.

Memperjuangkan mereka lebih mendesak gue lakukan daripada teriak-teriak ke orang di atas sana yang gue gangerti apa apa. Orang-orang pintar dah banyak tahu apa yang terjadi dan harus dilakukan. So, biarlah orang-orang humanis lainnya memperjuangkan hal lain yang enggak terjamah.

Dan sampailah gue disini, entah deh mungkin baru hari ke enam. Ngumpulin informasi donasi, projek pribadi, atau jual beli masker, hand santz, APD dll yang banyak dibutuhkan orang. Gue tanya dengan bikin story di Instagram, whatsapp, dan facebook, menawarkan ke temen-temen yang mungkin lagi punya projek galang dana atau jualan sesuatu. Informasi-informasi ini gue kumpulin jadi satu, gue desain sendiri semacam list to do, dan gue update tiap harinya di media sosial gue. Sesekali yang minta poster juga gue kasih.

Langkah pertama tu gue bikin status dulu di wa sama ig kaya QnA gitu. Gue pikir kan aelah masa gada yang mau ngisi sih kan lumayan diiklanin gratis. Eh, Respon hari pertama tu sepi banget. Cuma dua orang yang antusias. Gue sampe malu sendiri, kayak cinta ditolak sebelah tangan. Tapi ngeliat orang-orang semangat, gue gak putus asa. Demi dua orang ini yang udah percaya sama apa yang gue rintis, gue lupaain gengsi gue (ahelah baru hari pertama ciut lu duyung!) Karena Instagram sepi, gue mulai boombardir temen-temen gue di whatsapp, ngirim sana sini screenshot-an status ig gue. Eh alhamdulillah malah respon ramenya dari sono.πŸ’ͺπŸ’ͺ

Gue semangat banget deeh ngedesain poster meski kemampuan gue juga gak seberapa. Sampe hari ini, beberapa DM gue untuk minta di promote in. Gue sebarin tiap hari untuk update-nya. Yampun gue langsung merasa hebat kayak foundernya Ruang Guru kali ya wkwkwkkwk.

Bahagiaaa kaliii gueeee akhirnya jadi orang bermanfaat! Gak cuma rebahan gue doang yang bermanfaat.πŸ’ͺ😀

Terakhir, gue bahagia banget karena dua hari ini, ada empat orang yang terang-terangan bilang menyayangi gue dan mendoakan gue. Lu tau gak, kalo lu lagi banyak banget yang dipikirin dan elu diguyur doa sama orang tu rasanya sesuatu banget.Ada temen gue Chen Cheng dari Wuhan, Judy dari Taiwan, kak Suzanna yang sekarang lagi kuliah di Aussie, dan adek bungsu gue sendiri wahahahhaha. Anugerah terindah untuk dua hari ini yang harus gue syukuri.

Terimakasih Allah, You made my day... as always.
 
Catatan Lebay Seorang Dugong Blogger Template by Ipietoon Blogger Template