Friday 25 August 2023

Kisah Gede Andika, dari Satu Kondisi menjadi Ribuan Solusi

#SemangatUntukHariIniDanMasaDepanIndonesia #KitaSATUIndonesia


Gede Andika mungkin masih merasa bukan siapa-siapa. Namun, berkat usahanya, ratusan anak di Desa Pemuteran, Kabupaten Buleleng, Bali, mendapatkan pendidikan bahasa Inggris gratis melalui KREDIBALI yang diciptakannya. 

Tak hanya itu, Andika turut berkontribusi dalam literasi pengelolaan bank sampah dan membantu ratusan penduduk lanjut usia kurang mampu lewat program pembagian beras. Siapakah dia?


Kegelisahan Andika Melihat Anak di Desanya Kesulitan Bersekolah

Bulan Mei 2020 adalah salah satu masa yang berat bagi semua orang di dunia. Pandemi COVID-19 melanda dan kala itu, kekacauan belum menunjukkan tanda-tanda akan pulih dan menghilang. Andika, seorang pria muda dari tanah Pulau Dewata, saat itu pulang ke kampung halamannya tercinta, yakni Desa Pemuteran di Buleleng. Niatnya adalah untuk berpamitan bersama keluarga besarnya. Sebab, dia akan berangkat ke Inggris untuk mengambil S2-nya.

Namun, ia dikejutkan oleh pemandangan yang begitu berbeda. Andika menyaksikan betapa sepinya Pemuteran, di mana biasanya ramai oleh para turis asing. Daerah tersebut memang salah satu tempat yang menjadi langganan kedatangan wisatawan.

Secara geografis, desa ini dianugerahi pantai yang indah dan bukit yang tinggi nan hijau yang memukau pemandangannya. Bahkan, situs Pesona Indonesia dari Kemenparekraf menyebutkan, Pemuteran mempunyai acara tahunan yang terkenal sejak tahun 2015, namanya Pemuteran Bay Festival.

Di sini, pengunjung dapat melihat berbagai bentuk seni budaya dan kegiatan pelestarian lingkungan, seperti Heritage Culture Gebug Ende, Beach Art Parade, pameran seni, dan masih banyak lagi. Bahkan, Pemuteran Bay Festival masuk ke dalam 100 kalender event di Indonesia.

Andika kembali menerima fakta mengejutkan bahwa banyak anak usia sekolah di Pemuteran terpaksa tidak bisa belajar dengan sistem sekolah online, yang sedang diberlakukan sebagai darurat pandemi. Alasannya adalah keterbatasan gawai yang dimiliki dan kuota internet yang kurang memadai.

“Saya coba untuk mengamati di sekitar saya. Ternyata, banyak anak tidak bisa mengikuti proses belajar. Akhirnya mereka ikut ke sawah untuk mencari rumput untuk sapi milik orang tua mereka, atau ikut ke laut bagi yang orang tuanya berprofesi sebagai nelayan, yang ini berdampak pada putus sekolahnya anak-anak di Desa Pemuteran,” terang Andika dalam pertemuannya di acara Good Movement bersama para pemenang SATU Indonesia Awards lainnya.

Seperti yang sudah dijelaskan di atas, tadinya lelaki tersebut sudah berencana melanjutkan studi magister di luar negeri. Terlebih lagi, status kelolosannya mendapatkan beasiswa belajar sudah berada di tangan. Namun, diurungkannya niat tersebut. Hatinya tergugah untuk membantu anak-anak di desanya tercinta dengan mendirikan kursus bahasa Inggris gratis bernama KREDIBALI pada bulan Mei 2020.


KREDIBALI, Menjawab Kesulitan Anak-Anak Pemuteran

KREDIBALI merupakan singkatan dari Kreasi Edukasi Bahasa dan Literasi Lingkungan. Program utamanya adalah pengadaan kursus bahasa Inggris untuk anak-anak tingkat SDーSMP di Desa Pemuteran, Buleleng.

Andika dalam Good Movement yang diadakan oleh GNFI mengatakan bahwa KREDIBALI memungkinkan anak-anak tersebut untuk tetap bisa belajar, meskipun mereka belum bisa mengikuti proses belajar yang ada di sekolah. Kursus tersebut tidak dipungut biaya sepeser pun. Namun, sebagai gantinya, mereka harus membawa sampah plastik yang sudah dikumpulkan dari rumah.

“Saya mencoba menganalisis dan membandingkan, bagaimana kondisi yang sebenarnya pada anak-anak di Desa Pemuteran. Pemuteran terkenal di sektor pariwisata. Kemudian bagaimana agar dalam masa COVID-19, yang di mana orang-orang dalam kondisi sulit secara ekonomi maupun tekanan dari berbagai hal, (saya) bisa menciptakan satu hal yang bermanfaat bagi anak-anak, tapi juga mendapatkan dukungan dari masyarakat?,” tambahnya lagi.

Dirinya memilih bahasa Inggris sebagai fokus utama pembelajarannya karena bisa menjadi ‘investasi jangka panjang’ bagi para anak ini, terutama karena mereka tinggal di daerah pariwisata. Di samping itu, kurikulum juga berkonsep pengenalan literasi lingkungan sejak dini. Andika bersama proyeknya tersebut berusaha menularkan melek bahaya sampah plastik, nilai gunanya, sampai bagaimana cara mengolah limbah ini.

Adapun dengan sampah plastik yang dikumpulkan, limbah rumah tangga tersebut akan ditabung dan ditukar menjadi beras. KREDIBALI bekerja sama dengan salah satu lembaga swadaya masyarakat di Bali. Penukaran beras ditujukan bagi lansia-lansia kurang mampu di sekitar sana.

Pemenang apresiasi SATU Indonesia Awards 2021 ini berupaya untuk tidak hanya membekali anak-anak di Pemuteran dengan skill berbahasa asing, tetapi juga melakukan literasi peduli lingkungan dengan pengumpulan dan daur ulang sampah plastik tadi. Tentunya, yang tidak kalah ketinggalan, kepekaan sosial mereka bertambah dengan adanya pembagian beras ke masyarakat kurang mampu itu.

“Harapannya agar mereka bisa paham bahwa ‘saya dalam kondisi sulit sekali pun, ternyata masih bisa berbagi dan memperhatikan kondisi lingkungan sosial.’ Jadi, dari sampah yang mereka kumpulkan, mereka juga yang menyalurkan beras tersebut ke lansia-lansia yang membutuhkan.”

Tercatat sekitar 781 kg sampah plastik berhasil dikumpulkan sejak program berjalan di Pemuteran, yang kemudian menjadi 320 kg beras dan diberikan kepada 127 lansia di area sekitar.

Para siswa KREDIBALI sendiri juga menorehkan prestasi yang mengagumkan. Dalam sesinya di Good Movement, Andika dengan bangga menceritakan bahwa ada salah satu peserta didiknya yang bisa mendapatkan beasiswa untuk mengenyam pendidikan di sebuah sekolah internasional di Bali.

Hal itu lantaran anak tersebut pandai berbahasa Inggris dan menjuarai sebuah kompetisi bahasa Inggris. Anak-anak Desa Pemuteran lainnya yang mengikuti KREDIBALI juga perlahan-lahan lebih percaya diri karena mempunyai keahlian bercakap-cakap bahasa asing tersebut.

Kerja keras dan pengorbanan Andika dalam melahirkan program pendidikan nonformal ini patut diacungi jempol. Tak heran, di tahun 2021, satu tahun sejak berdirinya KREDIBALI, ia dianugerahi Penerima Apresiasi Kategori Khusus: Pejuang Tanpa Pamrih Di Masa Pandemi COVID-19 oleh ASTRA.

“Kalau ditimbang-timbang lagi, saya tidak pernah memiliki penyesalan apapun untuk melepas beasiswa S2 kemarin. Karena, kalau saya kemarin mengambil S2, yang memiliki gelar master hanya saya. Tapi, melihat jumlah anak-anak saya di KREDIBALI sekarang, bagaimana dampaknya untuk lingkungan, pendidikan, dan sosial yang dihasilkan, penolakan master yang saya lakukan kemarin itu tidak sebanding dengan hasil yang sekarang ini ada.”


SATU Indonesia Awards Memberi Peluang Gerak KREDIBALI Lebih Luas

Sekali lagi, KREDIBALI berdiri di tengah pandemi COVID-19 yang sedang berkecamuk. Rintangan yang dihadapi oleh Andika yang sudah jelas di depan mata adalah protokol kesehatan dengan menjaga jarak yang sedang digalakkan pemerintah. Namun, syukurnya Pemerintah Desa Pemuteran mendukung aktivitas ini dan bersedia meminjamkan ruang rapat untuk proses belajar-mengajar.

Di samping itu, dengan dinobatkannya Andika sebagai penerima SATU Indonesia Awards di kategori Pejuang Tanpa Pamrih, ia merasa semakin banyak kesempatan untuk bertumbuh, entah bagi dirinya secara personal maupun sebagai penggagas KREDIBALI. Begitu juga dengan teman-temannya yang lain.

“Banyak sekali kesempatan di media-media lain untuk berbagi cerita dan mendengarkan cerita orang lain juga. Tak hanya ini, kami juga masih berkirim kontak secara aktif dengan ASTRA regional di Bali. Kami juga bisa berkolaborasi dengan Kampung Berseri ASTRA yang ada di Bali juga. Bahkan, terhubung sampai ke berbagai NGO internasional.”

Dampak diapresiasinya KREDIBALI oleh SATU Indonesia Awards juga menular pada semangat belajar masyarakat di Pemuteran. Terbukti, program yang berada di bawah naungan Jejak Literasi Bali tersebut terus meningkat jumlah siswanya, dari yang tadinya 75 anak menjadi 275 anak.


Andika Membentangkan Sayap Kebaikan Lainnya di Batur

Saat ini, program yang diusung Andika tidak hanya berbasis di Pemuteran, tetapi juga berjalan di Gianyar dan Batur. Bedanya, murid di Batur ‘membayar’ kursusnya dengan masing-masing menjaga satu pohon untuk ditumbuhkan. Hal ini dikarenakan Batur memang memiliki masalah penebangan liar pohon, sehingga programnya menyasar pada penghijauan kembali salah satu hutan di sana.

“Outcome yang paling besar yang mencakup ketiga hal tadi (pengajaran bahasa Inggris, edukasi sampah plastik, dan pembagian beras untuk lansia kurang mampu), adalah adanya peningkatan literasi di daerah-daerah pelosok di Bali. Melalui gerakan-gerakan kecil, dari desa, dan kemudian berdampak ke provinsi, dan kemudian juga nasional,” kata Andika.


*Semua gambar diambil oleh pribadi dari YouTube: Jejak Literasi Bali


#Tulisan Kompetisi Anugerah Pewarta Astra 2023

#SATU Indonesia Awards

#Good Challenge 100

#Good Movement

#ASTRA

#GNFI

0 comments:

Post a Comment

 
Catatan Lebay Seorang Dugong Blogger Template by Ipietoon Blogger Template