Friday 18 December 2020

Laksamana Bulan

Kala hujan menyapaku
Lalu kamu bersenandung sebuah lagu
Tidak ada yang membuatmu malu
Kecuali bila aku memergoki kamu

Kala berada di hutan rimba
Kamu berkelana di dalam sana
Entah apa yang sedang kamu cari
Aku ada di sini mengawasi

Kala matahari mulai congkak dengan sinarnya
Kamu keluar dari persembunyian
Memanggul kayu dan tumpukan sutra
Menuju sungai yang panjangnya tak terkira

Lebih-lebih rasanya berat
Meninggalkan senyummu yang jarang disunggingkan
Tapi Ibu bersiul lantang
Pertanda aku harus segera kembali

Mereka memanggilmu laksamana muda
Pedangmu nampak bangga engkau sampirkan
Sesekali kau mandikan lautan darah
Kau hunuskan dengan begitu marah

Kau kembali...
Dari pertapa ribuan hari
Itulah bulanmu
Masih menempel setia pada langitnya
Sesekali malu-malu bulanmu itu
Mengiris dirinya sendiri hingga nyaris segaris kuku

Aku rindu seruling bambumu

Yang rupanya terus kau tiup begitu merdu
Membuatku rindu...

Ibuku kembali berteriak
Memecah antara rasa dan asa

Suaranya tercekik
Jemarinya menusuk ke arah angin
Bibirnya susah payah berseru ngeri

"Pembunuh...pembunuh...."

Hari ini pedangmu membisu
Ia tak lagi nampak bangga terhadapmu
Dendamku berada di atas awan
Pada tebasanmu yang membekas nyeri

Rupanya Kaulah tanda tanya pada keluargaku
Penyebab ayah pergi tanpa basa-basi

Kamu tak lagi menjelma tanda titik pada ceritaku
Aku butuh koma dan tanda seru

Aku memeluk kepalamu yang terbelah

Selagi tubuhmu dikoyak nelangsa...

Monday 14 December 2020

Dugong Curcol

 Fiuh, finally bisa nulis di sini lagi. Tadinya gue panik karena blog sama sekali nggak bisa dibuka. Bahkan gue browser ke google aja juga tetep nggak mempan. Gue udah panic to the max kalau-kalau ini blog diretas orang.๐Ÿ˜ช๐Ÿ˜ช Tentunya ditemani hujan rintik-rintik favorit dan lagu-lagu mellow (saat ini yang keputar adalah Reflection-nya Disney Mulan) , gue pengen ngobrol sama kalian semuanya.

Dua hari lalu, gue ketemuan sama salah satu temen deket pas SMP. Gue pikir ini orang kenapa yah tetiba ngajak ketemuan yang kayaknya serius banget? Dan feeling ge terjawab ketika dia bilang lagi taaruf ama orang dan minta pendapat gue.

Dari sana, gue lagi-lagi kesentil dengan fakta bahwa gue sedang dalam masanya membicarakan about marriage bukanlah hal yang tabu, sok dewasa, ataupun kejauhan. Justru aneh dan nampak idealis kalo gue yang belum orientasi 'ke sana' koar-koar bilang, "Ahelah gue mah belom pengen.."

Ada dua hal yang selalu gue tanyakan kepada mereka yang akhirnya memutuskan untuk taken by someone.

1. "Apa yang bikin elu yakin this is the right time to do?"

Kebanyakan dari teman-teman gue akan jawab sesimpel, "Gue udah siap." Kesiapan setiap orang dalam melangkah ke sini bisa beda-beda sih. Siap secara mental, siap karena udah ada calon, sampai yang paling ngaco kayak mumpung pandemi nikah murah๐Ÿ˜‚๐Ÿ˜‚๐Ÿ˜‚ Hidup di lingkungan yang relijius, biasanya temen gue pada memilih taaruf sebagai jalan ninja menggapai jodoh. Beberapa diantaranya sebetulnya nggak ingin nikah dulu, tapi karena dihadapkan 'proses' yang jauh lebih cepat dari yang dia duga, kemudian ketemu si cowok dan cucok meong, menikahlah mereka.

Terus terang, untuk step satu ini sepertinya tidak akan gue ambil. Bagi gue akan lebih nyaman menikahi orang yang memang gue kenal dari cycle sosial (meskipun ya taaruf bisa juga kan dari sini). Hanya aja tetep gimana gitulah kalau pake proses taaruf tuh. Sepertinya, mereka yang memilih jalan ini, sedikit banyak memiliki karakter yang sama, terutama di bagian 'ideologi'nya. Of course, siapa yang enggak pengen punya jodoh yang baik? But, it just doesn't fit on me and my world is too different from that.

Belakangan, gue berpikir  mungkin bertemu jodoh seperti surprise juga lebih menyenangkan. Tahu kan? Kayak menikahi seseorang yang lu kagumi dari masa lalu, atau ketemu pelajar bule ganteng di toko buku, nikah ama artis terkenal, sampai nggak sengaja nabrak orang yang ternyata bakalan jadi our future, etc. halu bet๐Ÿ˜…๐Ÿ˜…

Terus apa yang membuat gue tidak segera menikah? Hmm.. lebih tepatnya adalah i need to deal with myself first. Gue merasa belum clear dengan diri sendiri, belum dewasa, dan kemungkinan terbesar adalah memang belum siap secara apapun. Seorang temen gue bilang, "Jodoh itu datang bisa kapan saja, enggak melihat lu siap apa belom karena selamanya orang nggak bisa beneran dibilang siap 100%."

Ini ada benernya, tetapi let's we talk in reality. My salary is not enough even for me, so I wont hurt my husband if someday i push him without realizing it. I am still fatty and i keep trying everything to deal with it, and I wont my husband says I am ugly when I knew he is right. Dan masih banyak kekhawatiran gue, again.. sebagai makhluk berenang yang biasa. Boleh dong gue takut dan cemas sana-sini? Kan gue manusia dengan segala keterbatasan yang ada. Asalkan gue tetep on path  enggak jauh dari Tuhan, gue rasa berkeluh kesah sama Allah sampai gue puas curhatnya enggak apa-apa. Kalau kata Ibu, apa-apa mah Allah aja, kalau nggak bisa ke Allah lagi, kalau sedih ke Allah, semuanya pokoknya Allah, entar biar Allah mampukan atau ambil alih.

I just want to love myself first.. Be the new Me.

Pernikahan akan menjadi bad idea for this time. Setidaknya dalam otak gue as human.


2. "Hmm.. bagaimana tentang finansial, adakah elu ketakutan nggak bisa maksimal?"

Mau enggak mau gue akan sampai pada pertanyaan ini. Again, most of time temen gue bakal ngejawab, "Nggak masalah, rejeki bisa dicari." Yep, ini sangatlah benar. Tapi lagi-lagi, gue merasa akan lebih safe kalau ada perencanaan dalam hal ini.

Gue dan adek bungsu gue dididik dalam era yang berbeda, dan parenting yang lain juga. Saat gue lahir, bapak gue lagi merintis karirnya dalam dunia wartawan. Ortu gue Long Distance Marriage antara Yogyakarta-Jakarta. Ibu gue pernah cerita betapa susahnya dulu hidup meski untuk makan. Kami bahkan pernah tinggal di rumah sewa murah tapi ternyata angker yang bikin gue teriak tiap maghrib karena digangguin. Once, my mom was hit me because i drop our very last meal that day. Gue masih tiga tahun, jalan berduyut-duyut. Ibu gue yang masih muda ngegandeng gue di tangan kiri, bawa payung di tangan kanan sambil gendong adek cewek gue yang gendut banget. Sore itu hujan deras dan guelah pembawa rantang makanan yang barusan kita beli di tetangga sebelah. Rantang itu panas dan selalu nyenggol paha gue sampai akhirnya nggak kerasa tumpah di jalan. Sampai rumah Ibu gue cuma bisa nangis dan gue masih nggak paham apa yang terjadi.

Adek bungsu gue lahir dalam kondisi perekonomian yang sangat baik dan terutama Ibu sudah lebih siap. Sekarang dia sudah remaja dan bisa dibilang jauh lebih cerdas ketimbang dua kakaknya. Dia ngerti cara manaj uang, berpikir maju, cenderung lebih sensitif, suka berbagi, dan kaya akan kondisi di sekitarnya. Intinya dia bisa sangat survive.

Mungkin gue nampak bertele-tele, tapi intinya adalah I wont to raise my kiddos when i am in week situation. Gue tidak ingin mendidik mereka dengan bilang, "Nak, jangan beli mainan itu dulu, ibu belum ada uang." which i was. Gue ingin banget suatu saat nanti hanya bilang, "Yes we have money for that, but think about this! You still have more than that. Maybe you can share it first to poor kiddos and then we can buy it if you still want."

Jujur, bicara seperti ini gue merasa bersalah dengan teman-teman yang bilang rejeki sudah ada yang atur. Memang Allah always know the best for us.. namun gue sebagai manusia hanya ingin berusaha lebih siap. Gue tidak mengharapkan seseorang yang sudah mapan seandainya belum. Tidak pula harus udah punya ini itu. Tapi gue berharap dia tahu dan sadar bahwa kalau ini clear, paling enggak kita bisa lebih sehat secara hal lainnya juga. 

Pada akhirnya, larinya ke Allah juga. Kalau aja Allah bolehin gue di posisi yang lebih siap..

Gue sedang belajar dan bertumbuh, mencari apa yang sebetulnya betul-betul gue mau dan ingin diwujudkan. Masih terngiang-ngiang kalimat Aoi dalam benak gue, "Be patient with urself, and put your mind at ease." Gue percaya, Tuhan tuh ngerti banget apa yang paling tepat buat apapun dan siapapun. Jangan sampai keluar kalimat gue enggak layak karena Allah bisa aja memantaskan buat kita.

Aa Gym pernah ngomong, "Berprasangka Allah nggak ngasih ampunan sama dosa kita itu nggak baik. Karena Allah itu Maha Pemaaf. Minta aja, tobat, istighfar, Allah selalu dengar. " while Deny Sumargo juga ngomong dalam youtube-nya, "Manusia suka bertindak seakan Tuhan, sulit memaafkan diri dan memaafkan orang lain. Padahal Tuhan aja pemaaf banget."

Oiya, gue jadi inget momen ini, dimana gue lagi nge down banget (iya lagi-lagi gue ngedown. Emang yah proses pendewasaan tuh sakitnya bukan main). Pas gue sholat, gue nangis sejadi-jadinya dan cuma minta satu hal, gue diberi petunjuk jadi orang yang jauh lebih baik. Nggak main-main, gue lebih ke nodong Allah daripada memelas๐Ÿ˜‚๐Ÿ˜‚ 

"Kenapa sih ya Allah, aku tuh capek hidup kayak gini. Aku kurang apa? Kasih tau! Layakin! Aku capek hidup kayak gini! Ya Allah, plis lah, aku ditolong. Aku minta maaf dosaku banyak. Kalau rejekiku habis, kan seharusnya aku mati. Kenapa masih hidup? Seharusnya berarti rejeki ku ada, turunkan dong! Ya Allah aku mau jadi orang lebih baik. "

Kira-kira seperti itu curcol gue waktu itu. Btw emang cara gue berdoa kayak gitu, gue ngerasa biar deket sama Allah layaknya sahabat sendiri.

Dan malemnya gue mimpi sesuatu. Ceritanya gue kayak lagi di sekolah tahfidz gitu, tempatnya di tengah perkebunan, ladang, sawah, apapun itulah. Disitu gue ceritanya kayak nunggu setoran hafalan sambil gendong bayi cowok yang ganteng banget. Wajahnya lucu, badannya gemuk sehat, kulitnya putih bersih, suka ketawa. Tapi setiap digendong orang lain dia bakal nangis jerit-jerit. Akhirnya ini bayi-yang-entah-siapa-bapak-ibunya gue bawa kemana-mana. Kemudian tibalah saatnya gue harus maju hafalan.

Entah kenapa, seorang cowok datang ngehampiri gue untuk gendong itu bayi. (Btw gue sangat mengenal cowok ini karena dia yang hampir selalu jadi lakon utama yang gue ceritakan di blog ini ๐Ÿ˜Œ๐Ÿ˜Œ). Ajaibnya, bayi ini diem nggak nangis lagi, justru tenang banget di gendongan dia. Serem nggak?

Terus gue buru-buru ke ustadzah gue untuk setoran. Cowo itu ada di sebelah gue, masih dengan bayi ini. Namanya mimpi ya, alurnya nggak terlalu jelas. Yang pasti, ada satu ayat yang selalu diulang-ulang ustadzah gue, dengan kode 88:9. Gue langsung kebangun dan mendapati gue masih di kasur. Jujur gue deg-deg an banget dan badan gue sampe bergetar saking merindingnya.

Setelah gue udah lumayan sadar, gue segera nyari Al Quran (atau search on google, gue lupa), dan ternyata ayat inilah yang ada di mimpi gue..

                                                                         ู„ِุณَุนْูŠِู‡َุง ุฑَุงุถِูŠَุฉٌ

                                         “Mereka senang karena usahanya (sendiri)”

QS. Al Ghasiyah:9

Saat masih di dunia mereka beramal shalih, mereka shalat, berpuasa, membayar zakat, berhaji, mereka membaca Al-Quran, mereka menjaga diri dari hal-hal yang haram, sehingga di akherat Allah menampakkan balasan-Nya dan mereka ridha dengan balasan tersebut.(https://firanda.com/3640-tafsir-surat-al-ghasyiyah-tafsir-juz-amma.html )

Lu merinding nggak? Sama, gue juga๐Ÿ˜‚๐Ÿ˜‚๐Ÿ˜‚ Mungkin sejak itulah gue belajar agama lebih rajin. Kalo dulu males baca buku fiqih, siroh nabi, dengerin ceramah, sekarang udah lumayan keren lah dibandingkan kemarenan wkwkwk. Kajian yang gue paling sering denger dan favorit adalah Aa Gym (biar hati adem),  Dr Zakir Naik (karena dia sering jelasin tentang sains dan teknologi dalam islam. Gue dengerin beliau juga karena temen bule banyak yang belum kenal islam dan sering nanya ke gue ini itu), Syeikh Abderrouf Ben Halima (ruqyah jin),  dan yang baru-baru ini adalah Ust Khalid Bassalamah.

Hei gue versi 5 tahun besok yang mungkin baca ini dan udah gendong anak! Lihat  nih gue lagi berupaya biar kita bahagia besok!

Tuesday 24 November 2020

Poppy is a dog


Poppy is a dog

We found him near the forest

His body has a lot of scar

Maybe he had fight with others

His eyes was bleeding

But Poppy was okay


Poppy is a dog

We operated him about 3 hours with me as the surgeon

He opened his eyes after i call him "Poppy wakey.."


Why his name is Poppy?

He likes to pop up and surprising people

He likes pop up books

He will barking after "Poperanian song" plays

He always sleep near pop star picture in my room


Poppy is a dog

Everbody loves Poppy

He will approach our patients in our clinic

He is so attractive

All people, except me..


Poppy is a dog

And that is why i dont like him

I am a veteranian

But dog is not my favorite

When i was child, a giant dog bite me

So why i am here now?

I do not know


Poppy is a dog

My friend says, "He likes you, doc!"

But i never want him to touch me

He always play around near me

He sometimes eats my popcorn

Oh Poppy, stop!

You will never get my attention


Poppy is a dog

He likes me but i do not like him

My friend says, "He knew who did save his life!"

But i never want him to say thankyou

I am a veteranian

And dog is not my favorite


Today is raining

I run to the clinic

But someone almost hit me with his car

.........

Poppy is a dog

He likes to pop up and surprising people

He likes me as his life saver


Now he is save my life


Poppy is a dog

Now i like him

But he will never pop up anymore


 

Kelly

 


I saw Kelly was alone

Smiling on the trees, with a rose on her hand

She was so beautiful as always

She tied her black hair

Wearing hanbook with pretty colors for her skin

I knew she likes the color, it's sky blue

I never asked her why, i just saw her away


I saw Kelly was alone

But now her eyes full of tears

She throw away the rose

I never asked her why, i just saw her away


I love Kelly

I love her crescent eyes

Her voice is whispering like wind blow

Kelly is a shy girl

We never talk

Kelly never see my eyes

Kelly never knews i love her

I never mind


I saw Kelly was alone

Singing a folk song

She had bread crumbs in her hand

The birds was coming to eats

Today, Kelly is not alone


I saw Kelly was alone

Until someone comes and makes her laughing

He is so perfect for her


I saw Kelly kissed him

I saw the man hurted Kelly

But Kelly was happy


10 years later,

I see Kelly still alone

She is crying on her back

She is screaming a name

I never ask her why, i just see her away


I love Kelly

But i am just a stone

A witch curse me to be one


Today, i will never see Kelly anymore

But she is on my shoulder now..


She is sleep here peacefully


Thursday 18 June 2020

Another Milestone of Me

Halo Dugongers! Apa kabar? Kalo gue sih iya baik-baik aja. Ini kayaknya udah bulan ke-4 Indonesia kena COVID-19. Gue udah mulai berani keluar rumah meski cuma sekedarnya juga. Bukan karena Hayati lelah di kamar, tapi demi sesuap berlian aseek๐Ÿ˜ด๐Ÿ˜ด

Anyway, sepertinya gue sempet janji di beberapa postingan yang lalu, gue mau bahas masalah bisnis yang lagi gue rintis. So, siap berduyungkah elu? Ceeek here!

Jadi, gue sebetulnya lagi punya dua bisnis. Satu udah gue rintis dari 2018 kemaren, satu lagi baru jalan gasampe sebulan ini. Soon, kalo jadi tapi ye, insya Allah ada lagi. Tapi masih mentahan bange kayak ikan di laut๐Ÿ‘พ๐Ÿ‘พ๐Ÿ‘พ๐Ÿ‘พ



Gue bahas yang pertama dulu ya. Ini adalah bisnis pertama gue bersama adek gue yang cewek di tahun 2018. Sebetulnya ini terjadi karena kecelakaan sih. Waktu itu gue habis lulus kuliah bulan April. Mungkin yang udah baca old post gue (sorry males sisipin link wkwkkw) tahu kalo gue tipe manusia serigala yang santuy kayak di pantuy. Gue lulus lebih cepet dari perkiraan gue pas itu (bulan Juli kalo menurut weton gue๐Ÿ˜‚๐Ÿ˜‚candaa...) Nah, jeleknya gue, bukannya gercep nyari kerja, gue malah leyeh-leyeh kayak udah berasa duit dateng aja di kolong kasur. Gue enggak tersinggung sama sekali ditanya orang udah kerja belom dsb. Ya gue jawab aja apa adanya masih nyari. Padahal gue udah disindir emak gue, yang begitu sampe rumah dari perantauan, gadikasih kamar sama lemari baju. So, hidup gue seperti benalu di kamar adek gue yang cowo, pakaian rapi jali di koper dan kardus.Singkatnya, gue menjadi gelandangan di rumah sendiri๐Ÿ˜ฅ


Akhirnya karena gue menyusahkan nusa dan bangsa di rumah, ortu gue beliin gue tenda gunung. So, gue akhirnya naik tingkat punya 'kamar' sendiri. Di tenda yang didirikan di ruang tengah.

Perjalanan panjang penuh hidayah ini akhirnya sampai di titik dimana gue jengah jadi kaum rebahan. Terlalu lelah dengan kenyataan gue tidak berpenghasilan. Bulan Agustus gue mulai apply kerja sana sini. Namanya kurang main waktu itu, beberapa yang terima gue, gue tolak #Beh sombong betul! Yah begitulah ya, intinya ga menemukan yang gue mau, yang gue mau menolak gue, yang tidak gue mau menerima gue.

Emak gue yang udah lelah juga ngeliat gue gelundang gelundung, akhirnya mulai panas๐Ÿ˜ก Ini mulai jadi start dimana gue ngrasa gak berguna sih, desperate banget masa itu tu. Gue juga mulai menjauh dari sosial, medsos close, takut ngobrol sama orang, gasuka ada tamu. Intinya gue pernah di masa-masa yang mungkin depresif banget ya.

Nah! Suatu ketika, emak gue nyeret gue untuk belajar masak. Bah! Gue tolak banget itu. Selama ini gue selalu yakin emak gue beneran meninggalkan genetik bisa memasak di rahim pas brojolin gue. Terus adek gue yang cewe lah yang dapet bonus extra genetik itu (KEMBALIKAN MILIK GUE๐Ÿ‘น๐Ÿ‘น). Tapi tiada daya hayati menolak, gue dengan muka masam ngikutin instruksi emak. Masa itu bikin Puding  Lumut. Kesel kesel hatinya eh jadi juga. Rada bangga juga karena ternyata enak๐Ÿ˜น๐Ÿ˜น Karena gue taruh di cup-cup, bisa dimakan perseorangan. Sore itu, tetangga-tetangga gue ngumpul di rumah karena mau pada berangkat PKK bareng. FYI, lingkungan rumah gue gedongan dan mereka itu tipe orang yang seleranya yuhu gitu. Ibu gue nyuruh gue ngicipin itu puding ke ibu-ibu ini. Gue sebetulnya gamau karena baru uji coba juga, mana bikinnya nggak ikhlas HAHAHAHA.

Eh, diluar ekspektasi mereka suka! Bahkan langsung nanya, ini dijual berapa? Mulai disitulah otak cuan gue keluar๐Ÿ˜‚ Didiskusiin alot bangetlah. perjalanan juga gak mudah. Waktu itu, gue gak cuma jualan puding lumut ini, tapi juga snack yang lain. Kayak bakso pedes, bento mini, bakwan, bahkan sampe bayam kripik. Kenapa? Soalnya tanggung banget. Gue kan terima pesanan by order untuk puding kan (dia gak tahan lama). Terus kepikir kenapa gak jualan makanan lainnya juga biar ada pemasukkan tetap?

Gimana rasanya? Gausah ditanya ya, banyak bet dramanya๐Ÿ˜‚ Gue selama ini gak pede banget jualan apapun itu, tapi dibuang juga gengsinya. Bangun setiap subuh dan mulai siap-siap ini itu. Gue ke rumah sakit, ke tempat makan, ke tempat orang jualan jajanan pagi, ke sekolah, buat ngasi sampel kalik mereka mau gue ngisi kantin. Yaelah jangan ditanya ya, gue sama adek gue ditolak berkali-kali. Diremehin juga sering, rebutan lapak sama orang yang jualan tp udah ngerasa senior pernah wkwkwk. Intinya gue dihinain banget sampe nangis di motor juga udah gue alamin. Ada satu rumah sakit, yang petinggi kantinnya baik banget. Mungkin ngeliat muka relijius gue merasa tentram kali yah๐Ÿ‘ณ๐Ÿ‘ณKami dibolehin ngisi kantin disana. Tapi yang resek justru penjaga kantinnya. Sengak banget ngeliatin jualan kita, nanya dikit senggol bacok. Terus ya itu tadi, kalo kurang pagi dikit kita datengnya, ketemu sama ibu-ibu yang jualan nasi, terus sengak juga karena ngeliat kita masi bocah kali ya hahahaha.

Pernah juga gue tu ke rumah sakit juga yang laen. Kena konflik gegara memang sistem parkirnya masih gak fair. Ojol dan drop out masih dikenai biaya. Kami berdua yang jadi orang pertama pemasok kantin karyawan disitu, kena batunya juga. Kan gue sama adek nganter makanan pagi, ngambil sisa jualan sore. Parkir 2000 x 2 kali tiap hari. Mampus, padahal beberapa item makanan gue tu cuma laba 500an aja๐Ÿ˜– Kalo drop out dari luar, jalan masuk ke dalem jauh banget. Mbak yang jaga kantin tapi baik, karena kasian sama gue berdua, dia ngajuin plat motor kita masuk karyawan. Tapi tentu aja problem di bagian parkir, karena gimana bisa karyawan kagak pake seragam, bolak-balik tiap hari๐Ÿ˜‚ Kita tu jadi suka berantem sama parkiran juga, belom kalo pas hujan deres, makanan masih sisa. Yampun gue udah kayak sinetron anak telantar itulah. Belom sempet mandi seharian, makanan basah, dsb.

Akhirnya beberapa minggu konflik terus, gue juga gaenak sama mbak karyawan yang nolongin gue, kita ngalah deh. Jalan jauh gantian biar ada yang bisa jagain motor. Sampe sistem parkir diubah, drop out 5 menit free. Gak heran, setiap sore kita ngebut ngebutan di area rumah sakit demi ngejar 5 menit wkwkwkwkwk. Jauh banget pulak jaraknya.

Kena sial rugi mau 500 ribu pernah, karena ada konsumen ngeyel minta kirim makanan pake kargo ke luar kota. Kita pake destinasi tercepat, tetep basi. Namanya konsumen, yaudah gue relain aja ga diganti meski dia yang tadinya maksa dikirim.

Gue juga pernah kena sentil satpam pas nungguin adek gue nyampling barang di sekolah elit. Gue denger satu satpam nanya "Itu depan gerbang siapa sih?" terus pak lainnya ngejawab, "Oh, itu mbak kantin." Yampun sorry ya gue bukannya apa-apa, tapi serius gue rasanya sedih banget diginiin๐Ÿ˜ฅ Terus ternyata ada mobil wali murid parkir di depan gerbang juga, dan gue nggatau kenapa kerasa mungkin pemandangan gue dengan baju lampu lalu lintas, kepanasan, itu ngeganggu estetika sekolah wkwkwk. Gue sejak itu, ngantar makanan dari gerbang belakang sekolah.

Kena sial 300an ribu juga pernah karena adek gue salah tanggal. Ceritanya, ada satu tempat yang laris banget dagangan gue. Akhirnya karena kita semangat, nyetok banyak banget hari itu dengan harapan bakal dapat pemasukan gede. Ternyata sampe sana kok kosong. Begitu ditelpon ternyata hari itu HARI LIBUR KARYAWAN! Yampun gue lemes banget, mau marahin adek gue, tapi gue juga gak tega.

Hari itu, gue sama adek gue akhirnya bagi-bagiin makanan itu ke bapak-bapak becak sekitar rumah sakit. Kebetulan, memang searah sama rumah gue juga. Dan you know what? Sebelnya gue langsung ilang begitu lihat bapak bapak tadi rebutan ngambil makanan jualan. Ada nasi kucing, bakso, bakwan, puding, banyak lah pokoknya. Gue sama adek gue sampe bengong. Ya Allah gue baru keinget ternyata selama jualan belom disedekahin gitu haknya. Siang itu, gue sama adek pulang dengan wajah berseri-seri seperti tanpa kaca #iklan pembersih kaca๐Ÿ’๐Ÿ’๐Ÿ’

Semenjak itu, setiap makanan yang masih ada dari jualan kita bagi-bagiin ke bapak-bapak itu. Makanan gue kan ditutup kotak sama plastik, jadi enggak masalah. Lama-kelamaan si bapak-bapak ini kayak udah hapal jam dan motor kita. Kalo ternyata habis jualan gue hari itu, kita milih beda jalan pulang biar gak PHP in mereka.

Jujur ya, gue merasa mental gue jadi baja banget. Dulunya suka pesimis, apa-apa dipikir sulit. Sekarang lebih "Hayok hajar ajah dulu." Pengalaman ini juga membuka mata gue banget bahwa pebisnis, mau kecil mau besar, itu keren banget yah. Mereka bener-bener menembus batas, dipikir dari nol, rela tidur kurang, begitu ada pemasukan gabisa untuk jajan dulu. Gue juga belajar untuk nggak ngeremehin apapun pekerjaan. Tadinya gue expected bakal kerja di perusahaan top, gaji selangit (padahal masih ada langit), siang sore kerja, malem maen, makan enak. Oke, itu masih dalam bayangan ya๐Ÿ˜Gue tetep berharap someday bisa kayak gitu juga. Tapi, ternyata nge-build sesuatu dari nol itu keren juga ya. Meski pemasukan gue diawal beresiko gak stabil, tapi begitu ketemu titik amannya, udah gas terus aja.

Gue masih sempetin kerja lain di siang hari. Waktu itu gue diterima jadi contributor journalist di salah satu media ternama. Rasanya bangga, finally yah tulisan gue bisa dibaca orang banyak, pake nama asli, dihargai, dan dibayar. HAAHAHAHAHA.

Akhirnya gue ngerasain, waktu dimana semua kerasa produktif, pagi siang jualan. siang sore nulis. agak sore lagi ngambil jualan. Malem masih nulis lagi. Duit mulai aman, gue bahkan bisa beli barang-barang pake duit sendiri, bisa traktir ortu, temen, dan dengan gayanya bilang "Woi, nambah lho! Woi, ambil apa aja gue santuy. dsb"๐Ÿ˜‚๐Ÿ˜‚ Gue kira dulu, punya duit, nyenengin diri sendiri oke banget. Ternyata, gue lebih bahagia waktu ngeliat orang ketawa seneng dari keringat gue sendiri.

Everything went well sebelum akhirnya negara api menyerang. Gue nggak kerasa bahwa gue semakin tertutup, ibadah sunnah seadanya, gue jadi pemurung, suka uring-uringan, disenggol dikit gue sundul, komunikasi sama adek dan ortu juga super sensitif semua karena capek, jarang main sama temen. Hiburan gue sama adek cuma tidur karena kurang tidur. Nulis berita lama-lama juga gak maksimal karena gue capek banget. Tiap orang mau ordernya nambah, bukannya gue sambut bahagia tapi gue semakin sebel. Ibu gue sampe bilang, "Kenapa sih rejeki malah kamu bentakin? Malah lari nanti."

Doing self reflection, baru gue sadar kalo gue terlalu hard nge-push diri sendiri. Orang disekitar gue bilang begini juga ke gue. Padahal gue selama ini ngerasa berjuang belum seberapa, tapi mereka selalu bilang gue udah bekerja sekeras itu.

Gue sedih dan nge drop banget. Gue bingung, anxiety, takut sama semua orang, dan merasa gak guna. Gue mikir, kenapa gue dianggap kerja keras? Padahal ini aja goalsnya belum setinggi yang gue plan. Kalo gue harus longgarin, gimana entar hasilnya? Pikiran-pikiran toxic, menyakiti diri sendiri, enggak bersyukur, enggak percaya Tuhan akhirnya jadi makanan gue sehari-hari. Gue semakin gak menikmati apapun hasil keringat gue. Duit juga semakin sedikit karena gakjelas hidup gue. Main sama temen tertekan, dimintai tolong benci, kalo ada temen ultah ato nikah terus ditanyai mau patungan kado langsung nelangsa karena dompet kering, wah pokoknya banyak.

Finalnya, gue keluar dari tempat gue nulis, gue juga berhenti jualan. Gue sadar ini gak baik dan enggak sehat. Gue nggakmau membunuh diri sendiri. Butuh sekitar setahun buat gue healing myself. Gue mulai rajin main sama temen-temen gue, dengerin banyak ceramah, deket sama orang-orang yang vibes-nya positif. Menjelang 2020 jadi titik balik gue untuk berubah jadi lebih baik. Gue bener-bener berharap gue bisa lebih baik, jauh lebih baik.
Gue berusaha santai lagi dengan diri gue. Santai, lebih sayang sama diri sendiri, main sama temen-temen gue sambut dengan bahagia. Masuk 2020 awal gue udah gapunya penghasilan lagi sebelum terus gue keterima freelance di bulan Februari. Dan akhirnya.....

Taraaaa... Le Mou Purin gue lahir kembali. Kali ini, gue nggak lagi jualan snack ringan, tapi fokus ke dessert puding dan made by order. Alhamdulillah antusiasnya masih rame, padahal udah sempet libur setahun. Gue merambah ke dunia instagram biar ngasah skill gue di marketing dan desain. Dari nol gue sama adek gue nge-arsitek semuanya, bahkan sama kemasan sekalipun. Udah 3 minggu lebih berjalan lagi, tapi gue belum bisa gajian sih ahahaha. Masih ngandalin uang tabungan kemarenan buat kalo pengen jajan ato gimana. Ngirit banget gue.

But, i feel so relief now. No angry anymore, no bad mood, happy and happy everyday. Apapun itu gue selalu sambut dengan syukur. Gue juga berhasil mewujudkan bisnis kecil impian gue, jadi admin yang ramah, approach buyer dengan baik, kasih service for excellent yang selama ini gue tuntut kalo pas beli-beli di tempat orang. FYI, gue paling sebel kalo beli sesuatu, penjualnya judes. Gue gak jarang ngelabrak orang kayak gitu. Bukannya gue mau bilang pembeli adalah raja ya (meskipun iya juga sih), tapi yampun apa susahnya coba ramah ke orang? Masa pembeli lebih ramah daripada elu yang butuh mereka. Ih kzl...๐Ÿ˜ก๐Ÿ˜ก๐Ÿ˜ก

Yaudah itu aja sih. Gue sama adek udah jalan, lumayan rame pasarnya meskipun kalo dari penjualan online gue nggak seberapa kalo dibandingkan sama offline, baru satu buyer๐Ÿ˜‚๐Ÿ˜‚eh alhamdulillah..

Berangkat dari Le Mou Purin ini, gue mulai interest untuk belajar bisnis, belajar bikin konten, promosi ke orang gimana, marketing design etc. Mata kuliah yang paling gue sebelin dulu jaman kuliah, kepake semua di sini. Baca-baca blog dan pengalaman orang, sharing, pokonya semua deh. Gue belajar pelan-pelan, nggak in rush lagi kayak dulu, gue cerna semampu gue, karena memang bahkan desain produk aja gue sama adek gak main pasrah. Kita kerjain totalitas semua sendiri.

Semua drama ini mengantarkan gue menuju bisnis kedua gue yang digawangi sama dua temen gue, Idud dan Nata. Kalo yang tadi gue main di kuliner, yang ini main di fashion. Why? Soalnya gue masih kapok jualan makanan mengingat pengalaman banyak yang riskan banget di pengiriman. Plus, kita ini Long Distance Friendship. Gue di Solo, Idud di Jogja, Nata di Magetan.

Setelah beribu pertimbangan (lebay๐Ÿ˜›) kita bertiga decided buat nyoba ke ranah jualan pakaian. Soalnya, Idud kan dari Sulawesi, kebutuhan pernak pernik dari Jawa yang notabene murah kan tinggi. Harapan kita sih bisa ngerajai pasar fashion disana, nggak menutup kemungkinan ke hal lain lagi (Gue kepikiran toko plastik dan bahan kue. Keinget pas ibunya Idud beli-beli ini semua di Jawa karena lebih beragam dan murah).

Yah, ini masih banyak penyesuaian yaa.. dapat buyer juga alhamdulillah meskipun baru satu (alhamdulillaah doong berbi๐Ÿ˜Œ๐Ÿ˜Œ) Gue juga adaptasi sama kerja bertiga, yang basically tetep orang lain ya. Kalo sama adek gue kan ngegas juga gapapa. Kalo sama anak orang kan mampus๐Ÿ˜‚๐Ÿ˜‚.

Gue sebetulnya masih pengen lebih banyak lagi ngobrolnya. Tapi gue udah capek ngetik dan ini udah kepanjangan banget. Next time moga pas gue post baru udah ada hasil lebih baik ๐Ÿ˜‚๐Ÿ˜‚๐Ÿ˜‚๐Ÿ˜‚

See you!

Tuesday 9 June 2020

SELF DEPRICATING HUMOR


Hai Dugongers! Gimana, masih meluncur? Haha. Gue masih kayak begini, menyublim di depan laptop sambil Work From Home. Lama banget memang gue gak nyentuh blog i'm sorry. I have soooo many things to do but trust me it makes me really happy this time.

Beberapa hari lalu gue dibikin galau sama salah satu temen game gue. Namanya Jade. She is a Japanese-Indonesian who grow up in Sydney but for now she stay in Jakarta. What makes me really amazes, she told me that she is non binary without doubting something! Btw, non binary itu gampangnya adalah seseorang yang gak menjeniskan dirinya both woman or man. Jade is a girl, but secara looks dia sangat manly but lil bit feminine. Thats how she describe herself.

Waktu itu ceritanya gue chat dia on Discord (platform chat untuk gamers) buat disscuss masalah merge alliance. Tapi gatau kenapa terus jadi ngalor ngidul. Dimulai dengan kalimat magis "Tell me more about you!" then kita bicara banyak tentang diri kita. Dia cerita tentang kecintaannya akan genre film yang sama kayak gue (detective, action, history doc), suka art kayak gue juga, bahkan dia juga seorang poems writer yang kurang lebih sama kayak gue. Setiap kata yang mengalir dari Jade membekas di gue. She looks really proud to herself, but she told me that without arrogant face.

"Of course im always proud of myself, is hard for me to achieved what ive achieved so thanking everyone and myself too!," kata Jade.

Tapi, Jade bikin gue terusik pas dia tiba tiba bilang begini deh intinya. Gue tulis in Bahasa aja ya, "Draco, kayaknya kamu selalu doing Self Deprecating Humor ya. Tau enggak, ada batas yang tipis banget antara humble sama merendahkan diri sendiri."

Gue kaget. Pertama, gue kaga ngerti itu Self Deprecating apa haha. Kedua, even gue nggak paham itu kalimat apa, tapi dia nulis between humble and lower your standard udah jadi clue yang bikin deg-deg an. Gue langsung search on Google tentang kalimat asing ini. And so here is it..


"Self-deprecation is the act of reprimanding oneself by belittling, undervaluing, or disparaging oneself, or being excessively modest. It can be used in humor and tension release." by https://en.wikipedia.org/wiki/Self-deprecation

Deep banget ya? I know. Gue langsung berhenti reply Jade. Bukan karena gue tersinggung omongan dia, tapi karena gue baru sadar. There's a lot of people who used to called me like that. Mungkin enggak se spesifik itu ya, cuma banyak yang bilang gue suka merendah untuk meroket. Gue minderan. Waktu itu sih gue pikir cuma ahelah gue kan emang tutup kaleng Kongguan wkwkwk. Gue memang suka merasa risih kalo gue keliatan lagi sok filosofis atau terlihat hebat. Makanya gue sering selingin kalimat jokes bernada satire ke diri gue, biar kesannya nggak sok. I do believe, when people are happy about their life, they tend to talk so many with reason to inspiring people. But when people feel so empty and lost, they will only keep silent or complaining. Dan gue merasa im not that happy or sad, jadi tengah-tengah aja. Tapi Jade specifically says, dan ternyata di dunia psikolog kebiasaan itu mempunyai sebuah nama.

Malem itu gue gabisa tidur. Udah berbaring di kasur menatap langit-langit kamar #aelah hahaha. I let myself thinking what i want. Gak gue arahin, gak gue batasi. Jade ini benar, mungkin selama ini gue telah mendzolimi diri sendiri. Instead of takut masuk majalah Hidayah, gue kepikiran kalo gue nggak ngerti ini berbahaya buat diri gue, selamanya gue akan terus tersesat dan melontarkan kalimat gembala lainnya. Bisa dipastikan gue cuma akan membunuh diri sendiri dari dalam. Padahal resolusi gue taun ini kan kayak tagline nya You C 1000, "Fresh Inside, Fresh Outside".๐Ÿ˜‚๐Ÿ˜‚

Wait! Ini emot gue kenapa jadi peyang begini ya? ๐Ÿ˜‚๐Ÿ˜‚๐Ÿ˜‚ Oh! Mungkin karena gue Italic ya... coba gue klik lagi biar normal ๐Ÿ˜‚๐Ÿ˜‚๐Ÿ˜‚ oh beres hahahahaha!

Gue akhirnya buka laptop gue si Robi (barusan gue namain). Gue buka buka file gue, hard disk gue, sekedar nyari tahu mungkin bisa membantu gue dalam menemukan who really am i? Oh, gue adalah tipe yang suka klasik, dari selera musik sampai film-film. Gue cenderung mutar film ato musik berulang-ulang, baca buku berulang-ulang. Gue gak suka ngikutin selera trend sebelum gue beneran kepo sendiri. Gue suka hujan, suka nulis, suka sendiri, pengen punya banyak cuan (semua juga pengen kali), suka games, banyak ternyata. I know my passionate. But who am i?

Gue enggakbisa tidur sampe jam 4 pagi kurang setelah itu. Mostly, i dont care about what people think to be honest. But when i know it's right, i will keep thinking about however i deny it.

Kemudian, semalem gue ngobrol sama temen gue Hermione dari Myanmar. Eh btw, karena ini temen-temen game, gue pakai nama ID game mereka. Nama gue di game itu King Draco.  Hermione was me until Jade comes and told me. Ini gue sisipin yaa chat Hermione ke gue by Messenger.

 Dia cerita begini pas kita ngomongin skincare. Gue jujur agak kaget sih waktu dia ngomong ini. Bukan gimana-gimana, cuma ternyata memang setiap orang selalu punya insecure ya meskipun keliatannya gak susah. Gue kira gue doang yang kurang bersyukur (meskipun emang bener sih, insecure kan bagian dari tidak percaya dan tidak bersyukur, ya gak?๐Ÿ˜Œ)

Gue diem lagi. Nih, ternyata begini juga gue selama ini. Merasa kurang cantik, merasa tidak lebih baik, enggak layak dikagumi, main pasrah seenaknya sendiri.

Dan bahayanya, gue nggak merasa itu pemikiran yang 'sakit'. Itu biasa aja, dan gue baik-baik aja. Tapi ngelihat Hermione nulis itu semua, gue jadi merasa sedikit paham apa yang orang rasain ketika ngeliat another insecure person says liddat. Annoying enggak, cuma greget aja. 

Dude! If you always complaining yourself a lots, where is your gratitude then? Ruangannya sempit cuma buat keluh kesah elu doang. Rasa bersyukur, cinta, terima kasih, bangga, dan positive words lainnya gak bisa masuk ke ruangan itu karena udah lu penuhin dengan berbagai kalimat mengerikan.

Sebuah film keren dari India, Tare Zaman Paar punya satu quotes yang bagus banget. Intinya, seorang guru hebat di situ bilang sama wali muridnya,

"Kamu tahu negara ladang gandum sebelum api menyerang? (Gue samarkan nama negaranya hahaha๐Ÿ˜‚๐Ÿ˜‚) Ketika mereka ingin memperluas lahan dengan menebang pohon, mereka akan mendatangi pohon-pohon tersebut setiap hari. Mereka akan membisikkan kalimat-kalimat buruk dan mencemooh para pohon ini. Beberapa hari kemudian, pohon-pohon tersebut akan mati dengan sendirinya. Menurutmu, bagaimana dengan manusia?"

U get the point? Yes! Dan rasanya ngelihat Hermione ini, gue kasihan sama diri gue juga. Oh, jadi gini ya rasanya kalo lu denger ini? Memuakkan, menyesakkan, tapi bikin sedih. Gue gak melihat part of Hermione yang membuat gue berpikir dia nggak bersyukur sih. Dia simply cuma pengen cerita apa adanya. Tapi gue pengen banget bilang ke dia kalo dia gaperlu merasa insecure. Sama kayak Jade bilang ke gue kemaren. So, here is my respond to her..


DAMN I HIT THE POINT!๐Ÿ’ฅ๐Ÿ’ฅ๐Ÿ’ฅ

"YOU ARE PERFECT! IT'S ONLY HOW YOU LOVE YOURSELF ON YOUR PERSPECTIVE."

Seneng banget rasanya gue belajar lagi dari seseorang yang baru gue kenal 3 hari x 24 jam yang lalu. She (Jade) reminds me about Aoi from Switzerland. Next time gue ceritain tentang Aoi meskipun sekarang gue udah jarang kontak sama dia. Dia termasuk orang yang dihormati di server game gue karena selain memang paling dewasa usianya (kedua sih, yang pertama usia 40an), Aoi juga selalu wise dalam ambil keputusan. 

Bertepatan dengan ini, gue juga udah sekitar seminggu sering nyalain whatsapp dan telegram on pc, sedangkan platform chat lainnya gue bales dari hape. Biar gak hectic kalo buka tutup medsos. Gue udah sedikit demi sedikit self-recovering dari apapun yang terjadi di masa lalu. Yang dulunya tertekan sama medsos, gak suka ngobrol sama orang, cenderung menjauhi hubungan pertemanan karena takut banyak hal, sekarang udah hampir normal lagi.

Hape gue rame sama banyak notif dari berbagai platform chat. Discord, whatsapp, line, wechat, messenger, instagram...semuanya. Even minggu ini gue udah lebih dari 5 kali call sama temen-temen, video call juga, sampe kewalahan ngetik karena gantian nulis di pc dan hape. Tapi enggak papa, gue jalani dengan penuh syukur. Gue bahagia. Kalau ada yang bikin gue kesel dan berpotensi toxic, tinggal gue blok aja, selesai. Gue gakmau pusing dengan masalah orang-orang yang tidak suka gue bahagia. Gue bukan seseorang yang pemaaf, but let's we disscuss it one by one. I know it's very hard for me to achieved until this point. So, if i think i cant handle it for now, i wont push myself too hard.

You deserve to be happy because every woman is a queen. Be a kind person so you can comeback to your previous house before Earth, the Heaven.

Jade, i know you will never see this blog because i kennot tell you haha. But, i am so thankful to have you as my friend. I never expected that i finally found what is wrong with myself. Oh, there are still many question about life that i am still looking for. Hawking says that the universe is no limitation, so it's really big, really big, and big. But, as long as im not give up to find the truth, everything will be okay right? 

You must be proud of yourself, you know what u want and duwan! I got the lesson from you. I hope whenever you stay, you also remember what you said to me.


Giliran elu nih Dugongers! So, what about you? Tell me more! ๐Ÿ‘

Sunday 12 April 2020

what I Learned From Past II (12-17 years old)


Dearest my 12-17 years old...

Kamu telah memasuki usia remaja muda.
Aku teringat bagaimana kamu mulai banyak mempertimbangkan setiap keputusan yang kamu ambil.
Kamu masih ceroboh, ingin mencoba sana-sini.
Tetapi, kamu juga mulai tahu saat-saat dimana kamu tidak sepercaya diri itu 

Kamu mulai bermimpi ingin menjadi orang pintar, ranking satu, dan punya nilai cemerlang.
Kamu telah melewati Ujian Nasional tingkat SD mu dengan gemilang.
Rata-ratamu delapan setengah, dan kamu ingin mengulangi kesuksesan itu kembali.
Tapi kamu terseok hebat di mata pelajaran fisika dan kimia, padahal kamu juga kesulitan matematika.
Kamu ingin menjadi dokter, tapi merasa itu hanya akan menjadi angan.

Kamu mulai mencintai Bahasa Inggris.
Dimulai dari kecintaanmu terhadap game dan anime yang masih didominasi berbahasa asing.
Kamu mulai belajar Bahasa Inggris.
Telah terpecahkan satu persoalan hidupmu dari bangku SD.
Nilai Bahasa inggrismu semenjak itu tidak pernah merah.

Kamu mulai belajar arti kehilangan yang sesungguhnya.
Dimulai saat kamu mengenal arti percaya dan dikhianati.
Sekolahmu sangat ketat, tak mengijinkanmu untuk mempunyai sahabat dekat lelaki sedekat yang lalu.
Kamu berteman dengan beberapa teman wanita.
Kamu cukup dikenal hingga seniormu di kelas dua dan tiga.
Mereka bilang kamu aneh dan ramah.
Namun, kamu kemudian dikecewakan.
Saat tiga orang kepercayaanmu mengadu domba dari belakang.
Kamu dibenci beberapa teman di kelasmu, hingga didiamkan selama berbulan-bulan.
Kamu tahu kamu hancur, tapi kamu hanya diam.
Paham sakitnya, tetapi tidak paham bagaimana menyelesaikannya.

Dijenjang inipula, kamu merasakan cinta....

Aku teringat, kamu tersenyum sendiri hanya karena tidak sengaja melihatnya di kantin atau perpustakaan.
Kamu bisa heboh luar biasa setiap ada namanya disebut-sebut.
Kamu berbunga-bunga.
Kelak, kamu akan berdoa saat penentuan kelulusan, bukan mendoakanmu tetapi mendoakannya.
Agar kalian bersama di bangku SMA.

Bangku SMA adalah masa terbaikmu.
Kamu kembali mempunyai sahabat laki-laki.
Kamu semakin dikenal orang.
Semakin sedikit yang membencimu.
Kamu dicintai begitu banyak.
Dan kamu masih mencintainya juga.
Doamu dikabulkan Tuhan, dia membersamai hari-harimu kembali.
Semua orang mencintai kalian berdua, semua orang mendoakan kalian bersama.

Kamu sangat bahagia di masa itu
Hanya saja, nilai memburuk, meski prestasimu menumpuk.
Kamu tidak terlihat kecewa dengan nilai merahmu atau tidak diterimanya kamu di perguruan tinggi yang kamu impikan.
Kamu masih bahagia di bangku perkuliahanmu yang lain.
Aku teringat pada malam-malam Ujianmu, kamu justru bermain Moonlight Sonata di atas tuts pianomu.

Kamu juga sibuk mencari nada piano lagu More Than Words.
Kelak kamu akan tahu, seseorang memintamu itu karena dia mencintaimu.
Bermaksud mengutarakan perasaannya melalui lagu itu.

Kamu tidak peduli apapun.
Kamu sangat tomboy dan lincah.
Kamu baik dan dicintai orang.
Kamu dipercaya banyak orang.
Kamu banyak dikritik atas tertutupnya kamu.
Mereka bilang kamu orang ceria tetapi tidak suka menceritakan cerita pribadimu.
Kelak kamu akan tahu bahwa orang melihatmu sebagai sosok introvert.
Kamu sering terlambat.
Kamu jarang mandi.
Foto ijazah mu yang mandi hanya ijazah SD.

Kamu punya handphone.
Kamu pernah naik sepeda ke sekolah.
Kamu memutuskan sering terlambat datang ke sekolah karena seseorang.
Apa?
Ya.. Dia yang kamu cintai tidak lagi berangkat dengan sepedanya, melainkan motornya 
Saat kamu berangkat pagi, dia akan berpapasan di jalan menuju sekolah di belakangmu.
Kamu gelisah dan sering mencuri pandang di spionmu.
Jika dia didepanmu, kamu akan berimajinasi banyak hal yang mengganggu fokusmu.
Kemudian kamu mengalah..
Kamu tidak lagi berangkat pagi, meski harus mengorbankan diri tidak lagi melihat pemandangan favoritmu setiap pagi sebelum bel masuk.. "Dia duduk bersimpuh di masjid sekolah dan membaca Al Quran."
Kamu mengorbankan diri dengan terlambat setiap hari dan dihukum guru.
Dan itu semua kamu lakukan tanpa rasa penyesalan hahahha...

Kamu mencintai dunia remaja akhirmu.
Kamu sangat ingin mengulanginya lagi.
Aku rindu sikap masa bodohmu.
Aku rindu sifatmu "Jalani aja dulu." yang membawamu ke negeri Malaysia dan bertanding disana.
Aku rindu sifat cuekmu.
Aku rindu hidupmu yang selalu penuh energi.
Kamu telah menunbuhkan sikap waspadamu.
Kamu tidak mempunyai sahabat sejati kala itu.
Tapi kamu tidak ambil peduli.
Kamu sangat mencintai dan menjaga dirimu sendiri.
Kebiasaanmu berbicara dengan boneka berhenti.
Tetapi kebiasaanmu untun keluar malam dan curhat kepada bintang di langit masih sama.
Kamu sering menangis di luar sendiri, tersenyum sendiri.
Kamu menyimpan daftar orang-orang yang kamu sayangi di bintang itu.
Kamu menghapus beberapa yang menurutmu membuatmu sedih saja.

Kamu sangat berharga saat itu.
Kamu adalah cahaya cerah bagi sekitarmu.
Kamu mengalami sedih saat pindahnya rumah yang telah kamu diami sejak 15 tahun terakhir.
Sehingga kamu sibukkan diri di OSIS dan ekskulmu karena tidak punya tetangga asyik lagi.

Kamu juga mulai mengalami ketakutan berkelanjutan.
Setelah kamu bermimpi hampir seluruh tubuhmu terisi cahaya ungu.
Sebuah suara berkata "Kemampuanmu akan kembali lagi."
Kelak, kamu tidak hanya bisa melihat sesuatu lagi, tetapi kamu akan melihat cerita yang akan terjadi.
Kelak kamu akan bersyukur meski membuatmu sangat menderita.

Namun apapun itu.....

Terimakasih masa remaja akhirku..
Terimakasih telah berjuang bersama..
Aku sangat sangat mencintaimu..

Friday 10 April 2020

What I learned From Past I (0-12 years old)

Dearest my 0-12 years old...

Terimakasih telah bekerja sama dengan baik.
Aku bersyukur kamu telah mengisi hari-harimu dengan hal yang mengasyikkan.
Kamu mungkin belum tahu makna sakit dan kesedihan, sehingga kamu hanya tahu bagaimana membuat dirimu bahagia.
Kamu belum paham arti cinta, sehingga tidak ada rasa cemburu di hatimu.

Aku ingat kamu sering menangis sendirian di tangga belakang sekolah di lantai tiga.
Kamu menatap langit dan terdiam lama.
Kamu bertanya-tanya kenapa kamu dicemooh karena punya teman laki-laki lebih banyak.
Kamu mengeluh kenapa kamu begitu gemuk.
Di waktu lain kamu masih menatap langit dan tersenyum.
Hanya bahagia karena melihat awan begitu indah hari itu.

Seorang teman laki-lakimu berkata "Sebetulnya aku suka kamu, tapi kamu gendut sih."
Tapi kamu hanya tertawa dan kemudian kalian menjalin persahabatan.

Seorang laki-laki yang lain sering ikut menemanimu duduk di tangga itu.
Kalian bercerita apa saja. Tapi tak sekalipun cerita sedih dan susahnya.
Kalian belum paham banyak hal di kehidupan ini.

Belakangan kamu baru tahu, bahwa kamu adalah cinta pertamanya.

Kamu tidak tahu bedanya sahabat dengan sekadar teman.
Kamu anggap semua adalah sahabatmu.
Hingga suatu ketika kamu mulai belajar rasanya disakiti.
Itu terjadi saat dirimu di usia 12 tahun, kelas 6 SD.
Saat kamu dipanggil ke ruang BK karena dituduh oleh teman-temanmu perempuan.
Semua wanita yang kamu anggap sahabat tidak ada yang membelamu.
Yang tahu kebenaran hanya diam saja.

Justru sahabat-sahabat lelaki lah yang membela kamu dan berkata,
"Nanti aku bilang ke bu guru yang sebenarnya. Kamu tenang aja!"
"Aku tau yang salah siapa. Itu bukan kamu."
"Aku habis dari BK, kamu nggak akan dihukum lagi karena aku udah dihukum nulis tadi."

Dari situ kamu tahu bahwa sahabatmu yang terbaik adalah laki-laki.
Kamu benci sahabat perempuan, meskipun kamu masih bermain bersama mereka.

Dearest my 0-12  years old...

Kamu sangat baik.
Kamu sangat cantik.
Kamu suka bersepeda.
Kamu suka bermain kelinci di kebun tebu tetangga.
Kamu belum berjilbab sempurna.
Kamu sudah rajin shalat 5 waktu.
Kamu tahu ibadah sunnah favoritmu adalah duha.
Kamu sering bersembunyi di ruang kosong di masjid sekolah setiap pagi, untuk shalat duha sebelum masuk kelas.
Kamu suka Doraemon dan Conan.
Kamu suka membaca buku dan komik.
Kamu suka bola.
Kamu suka perpustakaan.
Kamu benci ditanya masalah pribadi.
Kamu tidak tahu bahwa kamu orang yang tertutup.
Pemain bola favoritmu adalah Kaka.
Kamu benci Bahasa Inggris.
Kamu tomboy sekali.
Kamu benci acara renang.


Kamu suka memanjat pohon.
Kamu sangat suka berpetualang di kebun orang.
tapi dari situlah kamu mulai takut berlebihan dengan ular, ulat, cacing dsb.
Kamu suka keju.
Kamu suka minum air putih.
Kamu tidak punya handphone.
Kamu benci belajar, tapi mulai suka Matematika saat kelas 6 SD.
Kamu maju panggung saat wisuda karena mendapat penghargaan.

Kamu tidak takut ketinggian, tapi kamu takut tidur sendirian.

Kamu punya masalah dengan kelebihanmu.
Kamu tahu dari kecil kamu bisa melihat sesuatu yang menyeramkan.
Kamu melihatnya di tangga, terbang di atas langit setiap maghrib, di pohon, di kamar, di mana saja.
Kamu diobati karena itu.
Kamu kembali melihatnya sesekali.
Kamu tidak tahu, bahwa di usiamu beberapa tahun kemudian, kelebihanmu kembali dan bertambah kuat.

Kamu suka warna biru dan ungu.
Kamu suka berbicara sendiri dengan boneka.
Kamu menempel poster bola di sekeliling dinding kamarmu.
Buku pertamamu di bangku SD bergambar Teletubbies.
Kamu mendapat seratus saat menulis khot.
Kamu suka menggambar dan sering ikut lomba menggambar.

Kamu tidak mau masuk SMP.
Kamu suka pelajaran IPS dan Qiroaty
Kamu suka Batman.
Bajumu selalu bergambar Batman.
Kamu sering dikira laki-laki.
Kamu jarang menangis di depan orang.

Kamu ditaksir beberapa orang.
Salah satunya teman sekelasmu, kamu benci dia menyukai kamu.
Kamu bilang boleh suka kamu jika dia ranking satu.
Sehari kemudian dia bilang tidak lagi suka kamu.

Kamu suka menjahili kakak kelasmu, melempar sepatunya atau menyembunyikannya di dalam tong sampah kepala sekolah.

Kamu anak yang ceria.
Kamu anak yang manis.
Kamu suka hujan-hujanan.
Kamu anggota termuda remaja masjid.
Kamu suka menonton film horor sampai tengah malam.
Kamu suka begadang.


Terimakasih telah menjalani harimu dengan penuh bahagia.
Kamu membuatku mengenang banyak memori hingga hari ini.
Terimakasih telah menjadi orang yang jujur.
Sampai jumpa lagi masa kecilku.

Aku mencintaimu dengan sepenuh hati...

Saturday 4 April 2020

A Journal in Corona days



Halooo para galauerss!! Setelah dua bulan gue menghilang dari dunia kepenulisan, ngeliat blog gue mulai senyap lagi rasanya gatega. Lah gue janji mau sering-sering nulis lagi setelah dikasih notebook baru samah hape baru #tsaahhh..

Ini adalah minggu ketiga gue stay at home setelah pandemi covid-19 menyerang Indonesia. Serem sih, ini kayak flu tapi katanya nular cepet baets. Pertama gue denger virus ini kan dari China, gue langsung gercep wechat-in temen-temen gue dari student exchange pas kuliah karena kebetulan kebanyakan dari China. Pokonya nyebar di Nanjing, Wuhan, Shanghai, Nanning dsb. Gue juga ngehubungi client gue yang dulu pernah gue guide setiap dia lagi beredar di Solo. Syukurlah ini mereka baek-baek aja. Gue sih karena masih santuy ya, gue lebih concern  nanya kabar mereka. Waktu itu emang lagi China aja yang rame corona soalnya, di sini belom masuk.

Selayaknya orang bego pada umumnya, gue mikir sih alah tu virus mana berani masuk sini sih? Jauh begini, cape duluan terbang di udaranya, rontoh di Samudera Hindia. Temen-temen budiman gue ini gak capek ingetin gue bilang kudu maskeran, tiati, mulai nyetok sabun antiseptik etc (lah gue aja mandi sehari sekali gimana bisa gue nyetoookk?). Gue ngerti orang chaos kayak gimana, jadi gue tidak mau berdebat dan milih iya-iyain aja. 

Bulan Januari berlalu, gue yang masih guling-guling santuy karena belom kerja ya hidupnya gitu-gitu aja. Sampe akhirnya februari, gue melihat corona ini ngegas banget mulai berani gak sopan masuk negara lainnya. Temen-temen game gue di server Europe sama Asia udah mulai kasak kusuk. Temen lama gue, Judy yang dari Taiwan, yang dari awal udah sensi baet tiap ngomongin negara C udah mencak-mencak tanpa terkendali untuk nge-blaming. Mulai deh gue kepo-kepo ini virus kayak apasih? Kenapa orang sampe harus panic buying?

Di saat yang bersamaan, gue diterima kerja freelance writer. Kalo lu baca post gue persis sebelom tulisan ini, gue tulis itu tanggal 25 Feb dengan bangga memploklamirkan diri sebagai pengangguran meskipun sebetulnya gue lamar kerja dari akhir Januari. Dan dengan bodohnya gue baru kepikiran buka email khusus kerja tanggal 27 Februari. Gue nyengir luar biasa saat ngeliat notifikasi diterima kerja yang seharusnya udah gue respon sejak 3 minggu lalu.

Bego? Emang ;)

Jadi saat gue bilang officially unemployee sebetulnya gue sudah gak pengangguran jauh sebelom sumpah pemudi itu ๐Ÿ˜’๐Ÿ˜’ Kayaknya Tuhan itu suka gemes sama gue ya, berharap kerja kantoran biar bisa keluar dari rumah dan menghirup udara baru, malah gue ditaro kerja di rumah lagi, di rumah lagi. Emang sih di sisi lain gue emang pengen begini. Pertimbangannya adalah gue udah kapok ya dulu pas kuliah jarang pulang. Begitu lulus, ngeliat adek bungsu gue yang terakhir gue tinggalin masih lucu banget, berubah jadi bocah tanggung. Kemudian dia disunat, dan suara pecah. Dia jadi lebih deket sama adek kedua gue yang emang kuliah di Solo. Sedih rasanya, sekarang dia udah gasuka sepeda, kemana-mana naik motor karena dah tinggi banget ngebalap gue kayak lontong balap.

Pertimbangan lainnya adalah gue mikir ajah, besok pas udah punya lakik dan buntutnya, gue pengen ngedidik anak gue sendiri, deket sama anak sendiri. Palagi dunia sekarang serem pergaulannya, mati deh gue kalo anak-anak gue nanti gakpunya memori sama ibunya karena ibunya kerja di luar. Kerja dari rumah atau berbisnis menjadi solusi paling tepat, setidaknya untuk saat ini. Yah, ini intermezzo ya.. gimana jalannya gue juga gatau.

Oiya, btw gue langsung ngejar email perusahaan itu dan gue akhirnya tetep dapet rejeki nulis. Kebetulan mereka suka sama portfolio gue jadi gue ditoleransi tetep diterima dengan segala alasan kampret dari mulut gue.๐Ÿ’ฉ๐Ÿ’ฉ

Balik ke corona... Gue inget ini bulan Maret hampir pertengahan, covid-19 mendarat di Indonesia tanpa paspor, alias gatau juga itu virus bisa masuk ke negara ini dari mana. Dan dimulailah dengan segala per-drama-annya. Panic buying mulai melanda, pemerintah mulai lari kesana kemari ngurusin ini, dan kota gue menjadi salah satu kota yang walikotanya menyatakan Kejadian Luar Biasa setelah satu orang teridentifikasi corona. Sekolah libur, social distancing digaungkan, orang keluar pada takut. Di rumah gue was-was tapi gak ikutan panik belanja. Tapi drastis banget gak keluar kecuali untuk keperluan belanja dan nyari makan. Pokoknya satu-satunya anggota keluarga yang masih santuy adalah ayam-ayam gue di kandang yang masih aja berkokok gaktau diri tiap pagi minta dilemparin makanan.๐Ÿ‘พ๐Ÿ‘พ๐Ÿ‘พ๐Ÿ‘พ

Update terbaru, terakhir gue lihat Indonesia udah hampir tembus kasusnya 2000 orang. Katanya termasuk pertumbuhan yang paling cepet di dunia. Boro-boro mikir lebaran, UN aja udah resmi dihapus, mudik jadi gajelas, tapi tiket pesawat turun hahahahaha ga penting banget. Gue ngebayangin bimbel yang dah pada dibayar orang untuk kelas intensif UN mau bagimana bersikap.

Kalo kemaren gue yang rajin nanyain corona ke temen-temen gue, sekarang giliran gue yang ditanyain orang orang. China udah selesai masa mencekamnya, Taiwan udah lebih normal, negara lain belom tapi mungkin situasinya masih gila di sini. Mereka pada nanya apa gue masih menjadi dugong berenang? Atau berubah jadi squishy landak laut? Wkkwkkwkwk bukan, mereka nanya situasi di sini kek apa. Gue tulis aja apa adanya.
At least, sebagai kaum rebahan gue bisa berkontribusi dengan passion gue yang satu ini. Gue mungkin cuma perlu membunuh rasa bosan karena gabisa kemana-mana, tapi mikirin paramedis disana yang lagi berjuang, pemerintah yang lagi pontang-panting ngurus banyak hal, gue rasa melontarkan kalimat gue jenuh ini hanyalah sebuah penghinaan. Mungkin kalo bisa, mereka yang lagi berjuang akan berdemo minta digantikan posisinya sama yang masih bisa rebahan.

APD kan nyaman ga nyaman ya, gabisa dicopot sembarangan. Gue lihat di banyak berita tentang paramedis yang makan aja ribet, ke toilet ribet, masih bisa bercanda tapi gue tau mereka cape baets, sampe yang dilempari batu para kamseupay iyuuh pas para astronot ini nguburin jenazah kasus corona... banyak hal yang terjadi di negara ini, hanya dalam kurang lebih tiga minggu.
Ngeliat temen-temen gue yang galang dana sana-sini, artis yang donasi berjuta-juta, gue rasanya sedih. Duit gue gak banyak, donasi gue hanya gak seberapa. Mungkin gada artinya. Terus hidup gue mau dibawa kemana sih? Ngapain elu hidup sempaak kalo lu gabisa apa apa?

Ibu gue cerita, ada temennya yang setiap hari masak untuk keluarga tak mampu dari profesi apapun yang terdampak corona. Tetangga yang pada gabisa nyumbang uang ato sayuran pada tergerak untuk bantu masakin sebagai gantinya. Dia sampe dapet donasi berpuluh juta dari sana. Gue nyesek. Bego lu Gong, masih mau diem aja lu? Lu masih muda, udah tua (jadi muda apa tua?) masak lu malah ga ngapa-ngapain? Waktu luang banyak, gembrot!๐Ÿ˜ข๐Ÿ˜ข

Gue gak suka ikut-ikutan protes ke pemerintah, buat apa? Bagi gue pribadi ini sama sekali gak guna karena gue aja nggak ikut politik. Gue gangerti politik. Lagipula, gue rasa biarlah orang-orang yang paham yang menyuarakan kalimat-kalimat itu. Gue yang tidak tahu lebih baik berjuang untuk hal lain.

Tau gak? Negara kita masih banyak banget orang-orang kekurangan. Hidup normal aja masih serba kekurangan, apalagi pandemi ini? Gue kemaren baca story temen gue Raras di Jogja, cerita ada nenek-nenek terpaksa jalan kaki dari Klaten deket Prambanan ke arah Jalan Janti untuk jualan ayam bakar. Katanya karena angkot yang dia biasa naiki gak beroperasi akibat pandemi, tapi dia harus tetep jualan demi menyambung hidup.

Lagi gue liat foto dimana para ojol kena semprot desinfektan berkali-kali padahal ga bagus buat tubuh, ngelindungi makanan pesenan kostumer pake tameng tubuhnya sendiri.

*Sampe saat ini gue nulis udah hampir nangis.

Gue langsung ketonjok. Astaghfirullah, gue masih ngeluh sana-sini, padahal kalo boleh milih, mereka lebih berhak ngeluh daripada gue. Gue cuma disuruh dirumah dan gue lakukan dengan senang hati, tapi mereka ga takut mati karena corona karena mati kelaparan lebih pasti terjadi kalo mereka ga jualan. 

Gue lagi nggak meragukan Tuhan, tapi gue tahu orang-orang disana lebih layak rebahan daripada gue yang basically nggak ngapa-ngapain.

Memperjuangkan mereka lebih mendesak gue lakukan daripada teriak-teriak ke orang di atas sana yang gue gangerti apa apa. Orang-orang pintar dah banyak tahu apa yang terjadi dan harus dilakukan. So, biarlah orang-orang humanis lainnya memperjuangkan hal lain yang enggak terjamah.

Dan sampailah gue disini, entah deh mungkin baru hari ke enam. Ngumpulin informasi donasi, projek pribadi, atau jual beli masker, hand santz, APD dll yang banyak dibutuhkan orang. Gue tanya dengan bikin story di Instagram, whatsapp, dan facebook, menawarkan ke temen-temen yang mungkin lagi punya projek galang dana atau jualan sesuatu. Informasi-informasi ini gue kumpulin jadi satu, gue desain sendiri semacam list to do, dan gue update tiap harinya di media sosial gue. Sesekali yang minta poster juga gue kasih.

Langkah pertama tu gue bikin status dulu di wa sama ig kaya QnA gitu. Gue pikir kan aelah masa gada yang mau ngisi sih kan lumayan diiklanin gratis. Eh, Respon hari pertama tu sepi banget. Cuma dua orang yang antusias. Gue sampe malu sendiri, kayak cinta ditolak sebelah tangan. Tapi ngeliat orang-orang semangat, gue gak putus asa. Demi dua orang ini yang udah percaya sama apa yang gue rintis, gue lupaain gengsi gue (ahelah baru hari pertama ciut lu duyung!) Karena Instagram sepi, gue mulai boombardir temen-temen gue di whatsapp, ngirim sana sini screenshot-an status ig gue. Eh alhamdulillah malah respon ramenya dari sono.๐Ÿ’ช๐Ÿ’ช

Gue semangat banget deeh ngedesain poster meski kemampuan gue juga gak seberapa. Sampe hari ini, beberapa DM gue untuk minta di promote in. Gue sebarin tiap hari untuk update-nya. Yampun gue langsung merasa hebat kayak foundernya Ruang Guru kali ya wkwkwkkwk.

Bahagiaaa kaliii gueeee akhirnya jadi orang bermanfaat! Gak cuma rebahan gue doang yang bermanfaat.๐Ÿ’ช๐Ÿ˜ค

Terakhir, gue bahagia banget karena dua hari ini, ada empat orang yang terang-terangan bilang menyayangi gue dan mendoakan gue. Lu tau gak, kalo lu lagi banyak banget yang dipikirin dan elu diguyur doa sama orang tu rasanya sesuatu banget.Ada temen gue Chen Cheng dari Wuhan, Judy dari Taiwan, kak Suzanna yang sekarang lagi kuliah di Aussie, dan adek bungsu gue sendiri wahahahhaha. Anugerah terindah untuk dua hari ini yang harus gue syukuri.

Terimakasih Allah, You made my day... as always.

Tuesday 25 February 2020

Dugong yang sombong kini telah insyaf

After i survived from my hurtness and sadness and loneliness and ness neess selanjutnya. YES I'M PROUD TO SAY I'M OFFICIALLY UNEMPLOYEE!! Nggak terikat dengan siapapun (menambah satu layer ketebalan arti single bagaikan wafer).

Dari kesakitan masa lalu gue belajar banyak hal. Bahwa proses menjadi dewasa itu emang sakitnya minta ampun, susahnya minta ampun. Dan bahwa musuh terbesar itu adalah diri elo sendiri emang bener adanya.

Dulu gue pikir tu ya, hidup terbaik dan tercocok untuk seorang Dugong berenang adalah lulus, bekerja di perusahaan bonafit, gaji pasti, jam kerja pasti. Gue membayangkan foya-foya itu adalah bagian dari hidup. Bisa beli skinker kesayangan tanpa mikir harga berapa, bisa borong semua novel agatha christie, makan mekdi ciki indomi sepuasnya, duit yu yaudah duit. Gue pakek buat jadi tisu gak akan habis habis. Gue dulu bingung kenapa sih ibu gue demen banget ngasi orang sesuatu? Dia pakek mukena mahal, ada temen bilang bagus beli dimana. Eh, pulang-pulang dibungkusin itu mukena. Ibu gue bakal galau setengah mampuzzz kalo sampe orang butuh ke dia gabiss ditolongin.

Pernah ibu gue beli 4 set makanan yang harus langsung dimakan. Mau dibagiin temennya semua. Tapi lucu banget, hari itu temen-temennya pada pergi, rumah dikosongin. Akhirnya dialihkan untuk tetangga sekitar. Kosong juga! Yampun pokonya tu set makanan utuh karena yang mau dikasih pada ntah terbang kemana. Gue pikir yaudah sih ya, bukan rejekinya. Kalau gak disedekahin ya dimakan sendiri aja. Tapi ibu gue malah nangis sambil istighfar dan bilang, "Ya Allah, dosaku sebanyak apa. Bahkan mau sedekah kecil aja aku Engkau tolak."

Waktu itu gue emang gakpaham. Masih gakpaham. Gue selalu berpikir duit hasil jerih payah akan gue spend paling banyak ya untuk diri sendiri. Gue beli buku sepuasnya. Makan enak sama keluarga. Skinker. Beli gadget dsb. Itu plan gue di awal begitu lulus.

Sampai akhirnya gue kerja tahun 2018. I earned my own money. Gak banyak tapi lumayan. Disitu gue baru menyadari, apasih arti uang gak seberapa ini kalo dihabisin sendiri? Bahagianya cuma sekejap. Gue bisa beli powerbank mahal, nabung lagi, beli buku rutin tiap bulan, gue beli skinker mahal, hedon, gue traktirin satu keluarga di restoran terkenal dan dengan sombongnya bilang "Ambil sepuasnya. Pesen gausah mikir harga.." banyak hal yang bisa gue lakukan dengan uang itu atas kehendak gue sendiri.

Tapi kenapa? Kenapa gue ngerasa sepi?

Kemudian gue kenal game RPG. Disitu gue kayak dikasih Tuhan bank soal lagi tentang kebahagiaan. Bahwa kini gue merasa sedikit banyak gue mulai seperti ibu gue. Merasa sedih kalo gabisa berbagi lebih banyak. Kangen ngumpul bareng temen-temen lagi....

Gue mulai menyesal dengan gue di masa lalu. Temen ke rumah gak menjamu dengan baik. Menyesal gue sempet menghilang nggak ada kabar, memutus silaturahmi karena gue pikir kalo gue gak sukses pasti gue diomongin. Yampun Gong... Nyatanya nggak separah itu. 

Temen-temen gue gak akan ada yang menghina elo cuma karena elo kerja ga sebonafit itu, gak ada yang bakal kepo hidup elo sebegitunya. Gue gak bilang semua baik, ada yang jahat sama gue, tapi kan kebanyakan tetap orang baik, ya kan? Kebanyakan mereka tu tetep sayang elo, ya kan? Kenapa lo ngilang Dugong buntet??

Gue ngakak, ternyata ketakutan gue tu gak bermutu banget. Nangis-nangis bombay barinjay gue tu gak jelas menangisi apaan. Gue cuma terkungkung dengan imajinasi gue. Sama kayak temen gue, Faiz bilang "Hah, kamu itu. Suka banget tersakiti dengsn imajinasimu sendiri. Sukurin. Rasain.."

2020 gue dikirimi diary planner dari temen gue yang bahkan sebetulnya gue enggak kenal dia haha. Dia satu grup di alumni rohis kampus. Gue sebut namanya Mas Ilham, anak geofisika kampus gue. Tibatiba nge chat whatsapp dan nanya "Mbak mau diary planner nggak? Gratis mbak. Syaratnya cuma doain saya aja biar cepet lulus." Dan bener dong, gue dikirim free ongkir, diary bagus banget bahkan ada ramadhan trackernya. Gila gila, ini orang masih hidup dan single di muka bumi ini (apaan sih)๐Ÿ˜ฒ๐Ÿ˜ฒ

Gak ada sebulan ini gue liat dia udah buka bisnis baru, kuliner sate padang. Hari pertama grand opening dia gratisin ratusan tusuk. Lu bayangin deh pahala dia, marketing dia sekeren apa. Gue masih pantengin dia, ntar an gue gasss kalo masih single (apaan sih!!).

Jadi unemployee gue mulai menyadari banyak hal. Gue yang selalu bilang genetik feminim gue ketinggalan di rahim ibu, tibatiba mulai interest sama jahitan. Gue mulai mau mau kucing bikin dessert. Dan hal terlucu dalam hidup, gue mulai juga tertarik bisnis... lagi. Setelah taun lalu gagal karena manajemen gue, bersumpah gak akan nyentuh dunia bisnis lagi dan mau kerja kantoran aja, sekarang gue balik lagi, menekuni lagi dan belajar.

Jujur bisnis gue di masa lalu nggak dibilang gagal juga. Barang laris di pasaran, peminat banyak, duit gue pasti tiap bulan, intinya oke banget. Tapi waktu gue kayak kejar-kejaran. Dari subuh sampe jam 10 gue masih berkutat di kerjaan. Pulang ngurus bisnis gue gak sempet mandi dan harus nulis karena pas itu gue juga nyambilin jadi kontributor media. Hidup gue tuh stuck cuma di bisnis, nulis, sholat 5 waktu trus udah. Duit banyak jadi gak sempet gue nikmati juga. Beli barang impian senengnya cuma bertahan 5 hari. Terus yaudah.. Yaudah..

Tahun ini gue pengen merajut mimpi lagi. Banting setir lagi. Nggakpapa gue dulu gagal, toh dari situ gue jadi lebih tahan banting. Ortu gue gak tipe manjain anak, kalo gue mau begini terus bisa bisa gue skinkeran pake air tajin beras ๐Ÿ™„๐Ÿ™„

Gue mau bisnis onlen lagi. Fokus ke ruparupa barang preloved dan new item, pokonya semacam toko kelontong tapi lebih ke fashion dan herbal. Gue jalani sama adek gue. Sedangkan satu lagi gue jalan bareng temen gue, bisnis preloved sepatu.

Gaktau mana yang bakal bertahan, gue harap dua duanya. Pertimbangan gue apa gue jawab next post aja.

Pokoknya ini harus jalan. Gue buang gengsi dan kesombongan gue, gue harus berani bilang iya gue sekarang jadi bakul.

Kalo kata temen gue Rian "Coba aja dulu." Tiga kalimat sederhana yang jadi ajikata gue tahun ini.

Tetaplah menjadi Dugong di langit...

Monday 24 February 2020

Buntut

Parenting... Satu misteri dan keajaiban dunia baru dalam hidupku

No.. Gue belom punya buntut bahkan sayap (jeilah bahasanya luuuu). Gue hanya mikir mungkin mulai belajar tentang itu akan membuat gue terpacu (sedikitnya) untuk mulai mikir "Kapan nikah" dan nggak lagi ngejawab ngasal "Gue taon depan"

Karena ngedidik buntut itu bukan semudah ngedidik buntut sapi. Lu bosen terus besoknya lu potong dan dijadikan sop buntut.

Gue harus siap berkompromi dengan sayap. Buntut enggak bisa dijadikan tali tambang, asal tarik sana sini. Karena hakikatnya buntut itu selucu dan sesuci buntut kucing.. Halus dan berbulu (apaansih)

Saturday 22 February 2020

Aku, angin, dan secangkir kopi


Aku dan secangkir kopi panas di sore hari
Diam saja mendengarkan hujan yang bergemuruh di luar sana
Aku dan kopi membisu..
Aku dan kopi dengan sabar menanti..
Pada hujan yang aku tak pernah berharap untuk berhenti..


Kopiku terlalu sederhana
Seperti aku di dalam kepala
Padahal di luar sana banyak keajaiban minta digali

Angin menggelitik aku dan kopi
Meminta andil untuk posisi sendu di tulisanku ini
Baiklah...kutulis saja lirih tiupanmu
Kamu mulai menggoyang di sekelilingku
Pohon..daun..bahkan helai-helai rambutku
Mencari perhatian untuk diketik lebih panjang
Padahal jemariku telah sampai pada ujungnya...

Kemudian otakku terpikir satu hal
Keajaiban lagi terjadi sore ini
Cinta segitiga antara aku, kopi, dan angin

Aku kedinginan.. Kopi menghangatkan..
Kopi terlalu panas.. Angin yang meniupkan..



Begitukah Tuhan.. Menciptakan semuanya penuh kedetailan..
Kadang seperti lelucon dengan kita sebagai artisan

Tapi Tuhan Maha dengan Kebaikan
Sedang manusia sibuk dengan kesia-siaan..

2019.. What I learned from the worst

2019 menjadi kehancuran dalam hidup gue yang paling sempurna. Seperti gue katakan pada sebuah post gue di instagram, mengawali tahun baru ini, semua plan gue tidak ada yang tersisa, semua hancur dan meleset tanpa ampun.

Mbak Rifa bilang, "Karena kadang hidup itu tidak perlu rencana.." dan gue mengangguk paham.
Kalimat ini benar, hanya saja cuma satu hal yang memang gue tidak rencanakan tapi terwujud, dikasih sama Tuhan.. yaitu teman.

Rasanya berat banget untuk menulis ini semua, karena jujur ini emang berat banget untuk gue. Belum-belum mata gue yang berbentuk padat mencair kayak es krim.

Tapi gue harus menulis ini, gue harus paksa. Suatu saat gue ingin kembali membuka memori ini, biar rasa sakit yang terkenang dalam tulisan ini bisa gue baca lagi, semoga dengan hati yang berbeda.. hati yang bahagia.

2019, gue memulai tahun ini dengan rasa ketakutan luar biasa entah kenapa. Gue gaktau, apakah mungkin karena pressure kerjaan gue di sebuah media massa, ataukah pressure untuk meminta lebih banyak, mengharap lebih banyak atau bagaimana. Saat itu yang satu-satunya harapan yang gue tulis hanyalah "Be Brave, Be Better Me." Saat itu gue berpikir, mungkin kalau di planning secara runtut malah gak terwujud, kenapa gak nekat aja kayak kemaren-kemaren? Modal nekat itu bisa mengantarkan elu les di Jakarta kan? Hidup sendiri di ibukota? Modal nekat itu yang menguatkan elu kan waktu keluar dari UNS? Elu nekat makanya lomba ke Malaysia pas SMA padahal bahasa inggris badut aja lu tulis badut? Nekat juga yang bikin elu santuy ngejalanin masa kuliah, lulus cepet, jadi mahasiswa terbaik, dan exchange ke luar negeri.

Jujur, kesombongan inilah yang meracuni hidup gue selama tahun 2019. Modal nekat = pelarian untuk kalimat "takut mewujudkan mimpi."

Maka gue menjalani hari demi hari dengan harapan besok akan ada kabar baik, besok akan lebih bagus, lebih cerah dsb. Gue lupa, bahwa Tuhan memang sih mendengar doa kita, masalahnya yang berdoa sama kerasnya dengan gue dan disertai berjuanglah bedanya. Gue tidak berjuang apapun.. apapun.

Gue hanya berharap dengan doa gue saja gue diberi emas lima kilo. Dimana itu menjadi gerbang kehancuran gue yang baru... Buka tutup lubang yang baru.

Berubahlah... Please...

why?

Kenapa Tuhan menempatkan aku pada situasiku sekarang?


Oh... Rupanya Tuhan tahu bila aku berdiri di tempat yang aku kagumi, aku akan berhenti di sana, menua di sana, berkembang memenuhi udara dalam toples kaca..

Tuhan ingin aku berlari mengejar sesuatu yang tidak pernah aku maui
Tidak pernah aku ketahui
Tidak pernah aku teliti


Aku masih merindukanmu di tengah hujan kesukaanku
Aku masih bermimpi mengejar asaku

Aku hanyalah mempunyai aku
Aku satu...bukan ribuan rintik hujan itu
 
Catatan Lebay Seorang Dugong Blogger Template by Ipietoon Blogger Template