Saturday 22 February 2020

2019.. What I learned from the worst

2019 menjadi kehancuran dalam hidup gue yang paling sempurna. Seperti gue katakan pada sebuah post gue di instagram, mengawali tahun baru ini, semua plan gue tidak ada yang tersisa, semua hancur dan meleset tanpa ampun.

Mbak Rifa bilang, "Karena kadang hidup itu tidak perlu rencana.." dan gue mengangguk paham.
Kalimat ini benar, hanya saja cuma satu hal yang memang gue tidak rencanakan tapi terwujud, dikasih sama Tuhan.. yaitu teman.

Rasanya berat banget untuk menulis ini semua, karena jujur ini emang berat banget untuk gue. Belum-belum mata gue yang berbentuk padat mencair kayak es krim.

Tapi gue harus menulis ini, gue harus paksa. Suatu saat gue ingin kembali membuka memori ini, biar rasa sakit yang terkenang dalam tulisan ini bisa gue baca lagi, semoga dengan hati yang berbeda.. hati yang bahagia.

2019, gue memulai tahun ini dengan rasa ketakutan luar biasa entah kenapa. Gue gaktau, apakah mungkin karena pressure kerjaan gue di sebuah media massa, ataukah pressure untuk meminta lebih banyak, mengharap lebih banyak atau bagaimana. Saat itu yang satu-satunya harapan yang gue tulis hanyalah "Be Brave, Be Better Me." Saat itu gue berpikir, mungkin kalau di planning secara runtut malah gak terwujud, kenapa gak nekat aja kayak kemaren-kemaren? Modal nekat itu bisa mengantarkan elu les di Jakarta kan? Hidup sendiri di ibukota? Modal nekat itu yang menguatkan elu kan waktu keluar dari UNS? Elu nekat makanya lomba ke Malaysia pas SMA padahal bahasa inggris badut aja lu tulis badut? Nekat juga yang bikin elu santuy ngejalanin masa kuliah, lulus cepet, jadi mahasiswa terbaik, dan exchange ke luar negeri.

Jujur, kesombongan inilah yang meracuni hidup gue selama tahun 2019. Modal nekat = pelarian untuk kalimat "takut mewujudkan mimpi."

Maka gue menjalani hari demi hari dengan harapan besok akan ada kabar baik, besok akan lebih bagus, lebih cerah dsb. Gue lupa, bahwa Tuhan memang sih mendengar doa kita, masalahnya yang berdoa sama kerasnya dengan gue dan disertai berjuanglah bedanya. Gue tidak berjuang apapun.. apapun.

Gue hanya berharap dengan doa gue saja gue diberi emas lima kilo. Dimana itu menjadi gerbang kehancuran gue yang baru... Buka tutup lubang yang baru.

Berubahlah... Please...

0 comments:

Post a Comment

 
Catatan Lebay Seorang Dugong Blogger Template by Ipietoon Blogger Template