Thursday 20 May 2021

Surat Perpisahan II

 Gue nggak ngerti kenapa terbesit pikiran untuk menulis ini. Tapi karena bisa aja ini akan menjadi postingan terakhir gue tentang dia, mungkin enggak papa untuk mencurahkan semuanya disini. Toh, gue ingin merasa plong dan sudah saatnya gue melepaskan apa yang gue simpan dan rahasiakan selama ini.


Siapa tahu.... siapa tahu dia akan membaca ini suatu hari nanti.

And i wish he could....


Mencintai seseorang bisa menjadi dua sisi dalam catatan hati setiap manusia, bisa menjadi cerita yang baik atau menyedihkan. Gue pilih cerita ini sebagai sisi yang terang, meski hasilnya (mungkin) tidak seperti yang gue pernah harapkan.

Gue pernah menyukai seseorang, bahkan mungkin lebih daripada itu. Saat itu gue ada di bangku SMP dan kayaknya dari kelas 7. Waktu itu banyak yang bilang kami mirip termasuk guru-guru, meski gue enggak menemukan dimana sisi kemiripannya. Sejak saat itulah kami beneran digosipin satu sekolah sebagai pasangan yang cocok. Gue akan menjelaskan bagaimana visual kami berdua pada masa itu.

Gue bocah tomboy yang cerewet, enggak begitu menonjol dalam prestasi, punya banyak teman (enggak congqaq but who doesnt know me?), dan aktif di sekolah. Sedangkan dia, well let's we call him as dewa dari segala dewa. He is handsome (really handsome i swear), kalem, pinter banget, banyak yang naksir, dan punya kulit putih kemerahan. The favorite thing about him that i like was his hair di dahi yang kalau ketiup angin langsung bikin gue deg-degan and please... u will never forget his chubby cheek will it turn into red pas malu. All i can say, he is so perfect 😅

I dunno when i started to falling love with him because it was just happened. Kayak tadinya lu santai bae dicie-ciein sama dia, tiba-tiba lu mulai suka dia bahkan sebelum lu sadari. Muka gue ikutan merah tiap ketemu, tangan gue dingin karena grogi, dan mulai memikirkan dia di malam-malam setelahnya.

Singkat cerita kami satu SMA lagi, dengan segala drama dan gosip dari teman-teman. Di masa ini gue menemukan rasanya 'bersaing' secara nyata dengan cewek yang juga naksir dia dan rupanya lebih agresif daripada gue. But still.. that was a very nice memories that i can tell you about us. We never had call, texting, or something diluar urusan sekolah. Meskipun begitu, gue selalu merasakan bahwa dia juga membalas perasaan gue dengan cara yang tidak terungkapkan. Dan gue sangat nyaman..

"Aku pernah menyelinap masuk di kelasmu, dimana kamu dikarantina lama untuk OSN Fisika, and i found your book. Buku mapel Bahasa Indonesia yang kamu tumpuk dari kelas satu sampai kelas tiga. Mataku menyipit tersenyum membaca deretan tulisanmu yang jauh lebih rapi daripada tulisanku. But afterall, it wasnt so special... until i found something interesting. 

Aku membaca bukumu dengan seksama dan taraaa... ternyata kamu sering menggunakan tanggal lahirku dan mengambil nama depanku untuk tugas-tugas yang diberikan guru kita. Aku sangat tersanjung dan semakin bersemangat membaca bukumu dengan lebih teliti. Perjanjian tukar cincin, Alif Fikri, 24 September, 24 Oktober... bahkan kamu menulis lagu 'Si Alif Kecil' di halaman paling belakang. Kalau kamu ingat buku tulismu pernah hilang satu, itu karena aku😂

Btw, aku juga pernah enggak sengaja buka-bukain folder flasdisk mu yang aku pinjam untuk acara Enhavagansa. Aku menemukan beberapa puisiku dari blog yang kayaknya kamu copy di notepad dan sedikit foto-fotoku hahaha.. Hey, do you really fallin love with me?"

Gue ingat bagaimana hebohnya teman-teman gue saat tau kalau kami satu lokasi SBMPTN, i mean kok bisa banget sih satu lokasi padahal ada puluhan even ratusan tempat ujian dengan ribuan manusia. Kemudian akhirnya dia menggapai impiannya, masuk ke sebuah kampus ternama di Bandung sana. Gue gagal ujian, tapi gue enggak sedih dan berbahagia untuk dia. Gue tahu dan yakin dia bisa berhasil di sana. Sedangkan gue baru merasa sedih dan kelabakan mikir apa yang akan gue lakukan atau universitas apa yang mau gua apply beberapa hari setelahnya, hahaha...

Intinya, gue sangat menikmati perasaan itu, jeles karena dia banyak yang suka, jeles karena dia selalu dapat nilai tertinggi, bangga karena dicie-cie sama dia, kadang bingung kenapa dia cuek, seneng sendiri karena dia (kayaknya) senyum ke gue dsb. Ya taulah, kayak botjah alay pada umumnya.. Lu sedih seneng semua disimpen sendiri atau gue tuangin di buku diary karena saat itu blog gue bocor ke anak-anak cowo (emang kampret si Coki -_-)

Dan yeah.. inilah yang akan gue ungkapkan pertama kali disini. Setidaknya, gue harap suatu saat nanti dia akan ingat blog ini, lalu tersampaikan semua apa yang gue simpan selama ini.

Hey... dont you think falling love with someone for long time it could be easy?

Sejak perpisahan kami selepas lulus SMA, otomatis gue enggak ketemu dia lagi. Dia di Bandung dan gue masih di Solo sebelum pindah ke Jakarta dan akhirnya berakhir di Yogyakarta. Kita berdua sempat saling kirim SMS selama ospek dan menyemangati satu sama lain. Gue inget banget, gue masih di kost-an temen dan gunting-guntingin kardus nggak penting untuk memenuhi keinginan panitia ospek.

"Semangat ospek ya!," kalimat sesimpel itu udah cukup bikin gue on fire meski harus pulang malem setiap hari.

Kemudian kami lost contact karena postingan gue di blog dan kata temennya itu bikin dia merasa sedih or something. But after that.. things happened constantly... until now

*God, i think i wanna cry right now.

to be continue......

 
Catatan Lebay Seorang Dugong Blogger Template by Ipietoon Blogger Template