hei hei.. critanya tadi gue habis baca puisi orang. hmm.. genre nya love story gitu sih. nyoba deh gue bikin gituan. kayaknya seru juga.. bosen gue bikin tulisan orang pada nanya artinya mulu.
hai.. apa kabar kamu?
aku rindu kamu dengan s'gala keanehanmu.
mencintaimu kudu sabar
saat kerbau menyeruduk hatiku berdebar debar
cintamu serasa sengatan halilintar
menggelegar.. membuatku tepar jauh kesasar
-_- *iki opo sih
hasshh..garing!
rasanya sakit saat melihatmu
tanpa melihatmu, ternyata aku jauh lebih tegar
mencintaimu sungguh lah mendebarkan
apa yang terjadi bila kau menyadarinya?
sungguhlah waktu menutup rapat jawabannya
*rasanya pengen nangis Bombay aja
aciiiid deh! angel e bikin puisi cintAAAAAAaaaa!
hambuhlah.. nyat gue ngga bakat nulis ginian kali..
Tuesday 30 April 2013
iseng aja sih (mungkin)
“Bisakah kau mendengarku? Meskipun kau sudah pergi, aku teringat padamu setiap hari – tetapi mengapa aku hanya ingat kita berkelahi? Namun, bukanlah aneh. aku hanya ingat kita bertengkar dan marah sepanjang waktu, tetapi ketika aku berpikir tentang kau, aku tertawa. Kau baik-baik saja, kan? Kapan kau akan datang kembali dan bertengkar denganku ?” – Jan Di
Sunday 28 April 2013
a war
tiap kali gue nonton film perang ato film fantasi yg ada perangnya (yelah sama aja perang) gue selalu terganjal sama pemikiran kayak gini...
apa semua musuh memang ngga punya nurani? kalo di film film perang,orang yang lagi nonton pasti mikir, "ya..kalahin dia! dasar musuh terkutuk! tapi musuh kubu merah jahat..bla bla bla.." bukannya perang itu sama sama punya tujuan buat menang? sama sama berjuang, sama sama harus berkorban, mempertahankan apa yang mau mereka pertahankan. dan lagi, setiap ibu dari setiap musuh tetaplah ibu. setiap anak dari setiap musuh tetaplah anak. dan setiap ayah, kakek, nenek. mereka adalah setiap setiap dari musuh. gue yakin setiap dari mereka tetaplah apa semestinya mereka. seorang ibu tetap punya hati buat anaknya. setiap ayah tetap akan melindungi keluarganya. intinya mereka memperlakukan keluarganya seperti kubu baik memperlakukan keluarga mereka juga. bedanya, ada yang di bilang baik dan ada yang di bilang jahat.
tapi coba kita putar sudut pandang kita. mana yang jahat mana yang baik? semestinya jawabannya adalah semua netral.
apa semua musuh memang ngga punya nurani? kalo di film film perang,orang yang lagi nonton pasti mikir, "ya..kalahin dia! dasar musuh terkutuk! tapi musuh kubu merah jahat..bla bla bla.." bukannya perang itu sama sama punya tujuan buat menang? sama sama berjuang, sama sama harus berkorban, mempertahankan apa yang mau mereka pertahankan. dan lagi, setiap ibu dari setiap musuh tetaplah ibu. setiap anak dari setiap musuh tetaplah anak. dan setiap ayah, kakek, nenek. mereka adalah setiap setiap dari musuh. gue yakin setiap dari mereka tetaplah apa semestinya mereka. seorang ibu tetap punya hati buat anaknya. setiap ayah tetap akan melindungi keluarganya. intinya mereka memperlakukan keluarganya seperti kubu baik memperlakukan keluarga mereka juga. bedanya, ada yang di bilang baik dan ada yang di bilang jahat.
tapi coba kita putar sudut pandang kita. mana yang jahat mana yang baik? semestinya jawabannya adalah semua netral.
Friday 26 April 2013
Saturday 13 April 2013
posting sebelum UN
Thursday 4 April 2013
Tuesday 2 April 2013
dua bait dua bait
melebarkan sayap membentangkan segala seluas luasnya
meneguhkan satu dasawarsa anggun di puncak puncak nirwana
yang disana terdiam lugu
menggeleng pelan tidak mau mengganggu
lalu ia meraih jemarinya
menyesapkan dunia baru bergelombang di ujung syarafnya
seperti dua bait dua bait syair
berjalan jalan di glosarium tua rumitnya
saat api segan membakar lagi baranya
di situ penghujung asa ditekankan perlahan
aku yang bodoh hanya mampu menjawab nanar
masih menggenggam jemarinya
melepaskan semua berat di pundi pundi nafas
mendengar lirih sendu biduan para bidadari
lalu ia melepaskan jemarinya
menatapnya lalu pergi dengan berlari
yang di sana diam menangis lirih
lirih lirih yang sayup menembus dinding jiwa
aku yang bodoh hanya mampu berlari saja
menghindari semua yang harusnya jadi suratannya
aku yang terjerembab di lubang dingin
ia yang mati menangis di tengah hamparan
tiada yang tersisa lagi kehidupan
mati saja...
seperti dua bait dua bait syair
berjalan jalan di glosarium tua rumitnya
meneguhkan satu dasawarsa anggun di puncak puncak nirwana
yang disana terdiam lugu
menggeleng pelan tidak mau mengganggu
lalu ia meraih jemarinya
menyesapkan dunia baru bergelombang di ujung syarafnya
seperti dua bait dua bait syair
berjalan jalan di glosarium tua rumitnya
saat api segan membakar lagi baranya
di situ penghujung asa ditekankan perlahan
aku yang bodoh hanya mampu menjawab nanar
masih menggenggam jemarinya
melepaskan semua berat di pundi pundi nafas
mendengar lirih sendu biduan para bidadari
lalu ia melepaskan jemarinya
menatapnya lalu pergi dengan berlari
yang di sana diam menangis lirih
lirih lirih yang sayup menembus dinding jiwa
aku yang bodoh hanya mampu berlari saja
menghindari semua yang harusnya jadi suratannya
aku yang terjerembab di lubang dingin
ia yang mati menangis di tengah hamparan
tiada yang tersisa lagi kehidupan
mati saja...
seperti dua bait dua bait syair
berjalan jalan di glosarium tua rumitnya
Subscribe to:
Posts (Atom)