Tuesday 19 November 2019

Dialog Hamba Yang Sedang Dilanda Cinta II

Siang ini begitu dingin,  hujan disertai angin
Aku berlarian dari jalanku menuju rumah
Berteduh di sebuah emperan toko kaos kaki yang ditutup
Dan disanalah kamu, yang bertahun-tahun masih menjadi doaku
Menganga menatapku yang sama terkejutnya dengan dirimu


.....................................................................................................

Aku terdiam, sejenak terpusat pada hadirmu yang menjadi nyata kembali
Hujan menyadarkan lamunan lamaku, menampar seluruh  badanku tanpa basa-basi
Aku segera berteduh dengan canggung di sampingmu, yang matamu masih mengekor mengikutiku
Semua terdiam, kamu dan aku terdiam, kecuali kawanan air di luar sana

"Kamu apa kabar?," sapamu. Entah mengapa terdengar menyakitkan dari getar suaramu
Aku masih saja membisu, terbius rasa berkecamuk di dalam dada
Aku menggigit bibir, berharap Tuhan segera menghentikan hujan saat itu
Aku ingin berlari, meninggalkan sapaanmu
Aku menimbang-nimbang balasan apa yang harus diucapkan
Namun tak satupun kata muncul dalam otakku
Aku menyerah, tak tahu harus berkata apa.....
"Hei, aku baik. Oh eh, Assalamuailaikum.. Kamu juga baik? Keliatannya juga semakin baik.."
Kurutuk diriku dalam hati, suara riangku yang terdengar janggal dan berlebihan

Kamu tertawa ringan, nyaris tak terdengar
Mataku menatapmu, senyum favoritku...
"Wailakumussalam..Kamu masih ceria ya ternyata."

Dan berceritalah diri kita, di bawah konser air dan angin yang kini terasa merdu
Kamu yang telah pulang dari tempatmu menuntut ilmu
Kamu yang akan menetap sejenak di kota kenangan kita ini sebelum berpindah kembali
Kamu dan stetoskopmu, seperti impianmu saat itu
Aku menggenggam erat tabung arsitekku, penghalau dingin yang tak signifikan
Kamu memperhatikanku, seraya berkata, "Wah, bakat menggambarmu terasah betul sepertinya."

Hujan telah reda, hanya tetesan air yang menggoda manusia untuk ragu keluar dari persembunyian
Kita saling berpamit diri, berjalan ke arah yang berbeda
Kita saling memunggungi, dengan pikiran masing-masing
Hingga kemudian kamu berbalik dan berkata,
"Nomorku masih yang dulu."

Aku gelisah, rasa yang sebetulnya telah menjadi sahabatku bertahun-tahun lamanya
Kini rasa itu semakin menebal tak tahu malu

Malam ini suara jangkrik di luar sedang riuh
Aku terdiam, menatap nomor di layar telepon genggamku
Nomor yang selalu ada di sana meskipun handphoneku telah berganti bermacam rupa
Dengan nama yang sama sejak dulu tersimpan
Yang bila diibaratkan seperti buku, telah berdebu meski rapi di lemari
Kuberanikan diri untuk mengetik sesuatu disana, barangkali hanya sapaan ringan semata
Namun buru-buru kuhapus kembali, menatap langit dengan lama hingga tertidur

Hari berganti hari, bulan kemudian berganti tahun
Memorimu masih berada pada tempatnya, tersimpan rapi di relungku yang terdalam
Tak terjamah, tak terlihat
 
Telah usai aku belajar arsitek di kampus impianku
Dengan lega kugenggam koper besarku, tak lupa dengan tabung arsitek hitamku
Minggu depan aku akan memulai hidupku yang baru, di sebuah negara bersalju
Kuperiksa berulang kali tiket penerbanganku, dua jam lagi pesawatku akan datang

Saat itu, hari sangat bersalju
Aku telah sampai pada tujuanku
Sebuah flat berukuran kecil yang akan menemaniku susah senang selama bekerja di sini
Aku menatap jendela kamarku yang berseberangan dengan bangunan di luar sana
Putih.. putih.. dan putih..
Dan aku teringat kembali kata-katamu saat itu
"Salju, impian keduaku setelah kamu."

Lamunanku terhenti oleh ketukan dari pintu flatku
Kurapikan bajuku sebelum membuka pintu
Jantungku terhenti seketika

Kamu, dengan mata jernihmu yang sama terkejutnya denganku
Kamu, menggendong seorang bayi berparas barat nan ayu
Seseorang di sebelahmu tersenyum, wanita berwajah sama dengan anak di gendonganmu
Berbicara bahasa asing di telingaku
Menyodorkan topiku yang tertinggal di resepsionis

...................................................................................................

"Salju, impian keduaku setelah kamu."

Impianku yang selalu kugenggam meski kamu meninggalkanku tanpa suara
Tas kerjaku berayun penuh harap setelah pertemuan kita saat itu, di hujan favoritmu
Nomormu telah lama hilang setelah kemarahanku atas perginya dirimu
Kuselipkan kata meminta rayu untukmu menghubungiku kembali
Tetapi namamu tak kunjung muncul dalam hari-hariku setelah itu
Rupanya pertemuan kita kala itu akan menjadi pertemuan terakhirku denganmu
Tersirat rasa bangga dalam hatiku memandang tabung arsitek impianmu sejak dulu

Aku menyerah dan meninggalkanku perlahan...

"Farish, kamu sudah yakin akan menikah dengan perempuan dari Jerman itu?"
Ibuku, orangtuaku satu-satunya bertanya kepadaku dengan cemas
Terlihat kekhawatiran di gurat masa tuanya
"Namanya Irisha, bu. Insha Allah Farish siap."

Dan disinilah aku, tinggal bersama seseorang dari jauh yang kini telah menjadi milikku
Wanita cerdas dari sebuah negara bersalju yang menjadi partner kerjaku semasa menuntut ilmu
Kami tinggal di negara itu, tempat aku dan kamu pernah bermimpi bersama disana

Hingga suatu pagi yang cerah, dengan perut yang penuh setelah sarapan di cafe sebelah
Resepsionis menitipkan sebuah topi yang tertinggal di bawah
"Ini milik (orang) Indonesia. Dia tinggal dua nomor dari flatmu."
Kuminta Irisha membawanya sementara aku menggendong bayi kami

"Salju, impian keduaku setelah kamu."

Memang benar begitu, hanya saja.... kini bukan kamu yang berada di sampingku

Wednesday 30 October 2019

Dialog Hamba Yang Sedang Dilanda Cinta I

Tuhan, siapakah dia? Aku bertanya dalam hati
Tuhan menunjuk mataku yang bertemu dengan manusia itu, sedang tertawa ringan bersama teman-temannya
Duhai, setampan itulah dirimu ini... Hatiku berucap lagi.
Matanya tiba-tiba menengok ke arahku, yang terkejut ketahuan mencuri pandang.
Namun kamu tersenyum..

Dan disinilah kita, mulai bertanya apa saja tentang diri kita
Kamu dan aku saling menjadi pagi dan malam
Kamu dan aku menyesapi kopi masing-masing dari dua tempat yang berbeda
Kamu dan aku saling menjadi tawa dan canda di kala itu

Berjalanlah aku, di lorong-lorong temaram
Berpapasan denganmu, tersenyum dikulum, saling menatap diam-diam
Kemudian tak sabar pulang dengan menahan rindu
Cepat-cepat kuketik handphone-ku, membuka portal tempatku berbagi hari denganmu
Dia telah menunggu, dengan senyum favoritmu
"Hei, tadi aku lihat kamu di lorong! Hahahhaa.."

Setiap doaku mengalir deras namamu
Hanya namamu, namamu kusebut hingga beribu-ribu

"Nanti jika sudah dewasa, kalau suatu saat kamu masih sendiri, tunggu aku ke rumahmu, ya!"

Tapi doaku tampak terlalu yakin dengan kemungkinan terbaik Nya
Lupa Tuhan Maha Pembolak-balik hati hamba Nya

Hingga suatu ketika aku tersentak dari tidurku
Bermimpi sesuatu yang membuatku tak lagi nyenyak mulai saat itu
"Tuhan, apa maksud Mu?"
"Tuhan, aku mencintainya. Apa jawaban Mu?"
"Tuhan, pilihkan yang terbaik untuk gelisahku."

"Tuhan.... apakah Kau cemburu akan terbaginya cintaku?"

Senyumku mulai pudar, membuat wajahnya bertanya-tanya
Aku tak lagi antusias membuka sapamu
Menulis sekedarnya dan cepat-cepat menutup portalku sebelum kamu membalasku

Aku semakin menjauhkan diri darimu
Aku hilang, menelan rindu dan semua asa-mu
Tak lagi berlomba menginjak bayanganmu
Matamu yang membuatku jatuh cinta berputar dengan sayu
Aku tahu, siapa yang sedang kamu cari di jejak-jejak terakhir hilangku

Bertahun-tahun lamanya sejak momen itu, aku masih saja duduk termangu
Senyum favoritku, matamu yang sendu, dan sapaan pagi-malammu

Bertahun-tahun lamanya sejak momen itu, doaku bersimpuh dengan penciptamu
"Tuhan, apa kabar dirinya? Aku rindu."
"Tuhan, ampuni aku yang masih saja menyimpan rasaku."
Tuhan, sudahkah dia menemukan tambatan hati yang lain?"

Menangislah aku, untuk kesekian kalinya
Derita rindu sebagai hamba yang lemah tak tahu malu
Cinta di relung terdalam menggebu-gebu
Tertahan dalam setiap doaku, hanya berpegang dalam doaku

Hingga jemari Tuhan menunjuk skenario Nya
Berdirilah aku, yang telah menua 10 tahun lamanya
Aku telah menginjak dewasa, begitupun kamu

Siang ini begitu dingin,  hujan disertai angin
Aku berlarian dari jalanku menuju rumah
Berteduh di sebuah emperan toko kaos kaki yang ditutup
Dan disanalah kamu, yang bertahun-tahun masih menjadi doaku
Menganga menatapku yang sama terkejutnya dengan dirimu





To be continue....

Monday 28 October 2019

Mara, Single Fighter Mother

Yessss, next post gue dalam satu harii!!! UUUUUUU.. seneng banget bisa menggila disini. Gausah basa basi, gue langsung cerita tentang temen kedua gue yang udah gue janjikan di post yang sebelumny, persis di bawah post ini. Gue males buka link nya jadi lu langsung scroll aja pake finger okeee!πŸ‘‡πŸ‘‡

Mara, doi seorang wanita yang masih muda banget, 27 tahun dari Filipina.  gue kenal Mara ini gatau gimana, tapi seinget gue tibatiba doi nge chat private gue di Discord. Bagi lu yang gatau Discord, ini platform chat yang buat gamers gitulah.

Mara beda alliance sama gue, makanya gue awalnya gak kenal dia, paling sebatas di world chat doang di game atau pas rame rame ngomongin strategy. Tapi Mara ini cukup dikenal karena termasuk strong player di server gue. Oh waktu itu gue juga sempet nawarin dia masuk alliance gue yang emang lagi recruitment, cuma dia refused... OH GUE INGET SEKARANG KAPAN KITA JADI DEKET!

Awalnya kita ngobrol biasa-biasa aja. Nah kebetulan karena title Gentleman Flirting gue selalu ditugasin untuk recruitment member. Gue slalu ngincer-ngincer orang tu dari private chat, nggak terang-terangan di wc nawarin spesific ke siapa gitu. Karena rude juga sih menurut gue, terutama kalo nawarin strong player di alliance yang masih grow up di bawah. Terus gimana ceritanya, temen sesama alliance gue yang dari fipilina bilang ini si Mara mau out dari game. Gue langsung ke chat Mara meski gak nanya langsung alias basa basi busuk. Mengalirlah cerita Mara dari situ...

Mara ini terlibat cinlok sesama player. Gue emang udah tau lama ini karena Mara sering minta tolong gue untuk attend game seseorang tapi gak disebutin namanya, cuma ngasi ID. Ini jarang terjadi karena ya, jarang banget orang nge chat privat player cuma untuk attend player lainnya pake ID doang gitu.

Yang bikin dia mau out karena yah, cintanya gak terbalas. Tapi case ini karena si cowok ternyata gay. Gue langsung kaget skaligus simpatik gitu, keinget filmnya Freddie Mercury saat ngaku kalo dia gay. Trus ceweknya si Marry bilang "Kukira kamu ada wanita yang lain, tapi ternyata ini (gay). Dan yang paling menyakitkan adalah karena ini bukan salahmu."

Dan ketika dia ngasi gue chatnya sama si cowok, intinya cowoknya selalu muter-muter kalo ditanya kelanjutan hubungan mereka. Yang takut cuma semu lah, yang mikir ini cuma game dsb. Sampe akhirnya cowok ini ngaku kenapa gakbisa bersatu. Tapi emang selama pembicaraan mereka, gombalnya si cowok bagi gue juga bukan yang nyebelin ato gimana, malah kayak gue sama Zamora gitu, gombal gombal ayam (apaan tu).

Saat itu terjadi, gue sama skali gak ada clue apapun tentang si Mara to be honest. Gue mikir ah paling sepantaran usia ama gue, paling masi kuliah apa kerja gitu lah. Jadi gue berani cerewetin dia abcde, bilang cowo gak cuma doi doang, bla bla bla.. bahkan gue marahin ketika dia mabok-mabokan sampe gabisa nulis jelas di tengah malam. Intinya gue annoying dan sok banget lah ahahhaa..πŸ˜‚πŸ˜‚

Dan kemudian suatu malam merubah segalanya, saat gue gak sengaja nemu ig dia dari rekomendasi ig, gue langsung tau banget ini dia karena nama yang dipake sama kayak nama game-nya dan propicnya sama juga. Yang gue gakpercaya, lah dia seorang ibu? Gue pastikan lagi nge scroll post dia sampe bawah-bawah, kebetulan doi emang tipe yang suka bagi bagi momen banyak banget. Dia sering banget nge post dua anaknya, yes dua! dan cewe semua anak-anaknya ini. sekitar usia 4 tahun sama 2 tahun mungkin. Wah gue langsung deg-deg an. Ini orang mikir apa ya gue kemarin cerewet sok berfilosofi cinta, lah taunya ini ibu ibu yang gue lagi ajak bicara??

Gue akhirnya chatting lagi sama si Mara cuma seperti biasa, basa basi kentut tapi menggiring dia ke arah pertanyaan gue tentang dia.

Gini, gini masut gue.. karena gue ngeliat si Mara ini kayak temen gue pas kuliah dulu. Istilahnya bucin gitu, cuma gak ngeselin sih, cuma iya gampangnya bucin. Bisa sedih yang berkepanjangaaaaaaan banget ngalahin panjangnya garis khatulistiwa kalo udah yang nge drop. Gue kan mikir, ah gak mungkin, mungkin si Mara nge post ponakannya gitu, apalagi dia suka nge post pake bahasa tagalog yang gue gak ngerti, bisa aja emang anak orang laen kan?

Brutt... bruutt brutt.. lengkap sudah ceritanya, yang malah membuat gue semakin sedih tau ini. Mara ini single mother kedua anak perempuannya yang masih balita. Iya, single mother karena partnernya gak tanggung jawab jadi mereka akhirnya berpisah. Yang sedihnya lagi, temen gue Mara ini sakit bipolar (masih dicurigai tapi belum secara medis) yang bikin dia bisa hyper sedih dan hyper happy. Gue emang tau pas dia di masa downnya parah banget, cuma gak nyangka dia udah punya dua tanggung jawab besar.  Gue tanya, Mara kalo lu lagi galau lu ngapain? Dia jawab seringnya cuma bisa diem sambil natap dinding (dinding? kenapa dinding? gak ada cica cica di dinding padahal) dan bisa sampe lama banget. Gue langsung sedih denger ini. Lanjut gue tanya, kenapa lu gak banyak hangout? Doi bilang karena dia punya dua malaikat yang bikin dia gabisa sering pergi, plus kuliah online dan kerja (dari situ gue beneran verified kalo dia punya anak). Dan tau gak? Dia selalu membahasakan anaknya tu pakai nama mereka atau bilangnya My Angels, bukan anakku, putriku dsb

Tapi yang bikin gue terharu banget, segimanapun kondisi dia, gue lihat dia sayang banget sama anak-anaknya ini. Gue liat di postingan ig dia, gimana dia bener bener nge track perkembangan si Sol dan Mar ini tiap bulan dengan hal-hal yang yah... untuk orang mager kayak gue ribet lah. Difoto studio pake baju lucu lucu  banget, poster kue dsb.. Siapapun yang gak kenal Mara pun bisa ngerasakan gimana hangatnya keluarga kecil mereka, bahkan di older post yang udah tua banget, udah bawah banget gitu, ada satu foto yang akhirnya ngeliatin siapa partnernya. Gue kesel liat si cowok, tapi Mara justru keliatan nggak papa dengan itu, bahkan di hari ayah sedunia dia tetep ucapin hal-hal baik untuk partnernya ini dengan foto anak-anaknya. Mara baru 27 tahun sekarang, berarti punya anak pertama usia sekitar 22-23 tahun. Ngapain gue waktu itu? Masi asyik berenang jadi Dugong gempalπŸ’¦ Di usia itu gue masih inget banget nangis cuma karena dibilang dosen lemah dan gak sopan ikut kelas senior karena gue emang salah input jadwal, kesel dengan nilai yang 'cuma' B, berantem sama temen gegara gak ngerjain tugas bersama.. ampun banget gue secupu dan se childish itu. Denger cerita temen gue yang bahkan udah jadi  mama di usia semuda itu tanpa dukungan dari si bapak gue jadi malu. Ya tuhan gue emang semanja ini ternyata. Sementara meskipun usia lu muda, kalo lu udah jadi mama, ya elu akan tetap menjadi mama, ada seseorang yang dikirim dari surga dan membutuhkan elu semuda apapun usia elu.

Gue langsung minta maaf sama dia, atas semua kelakukan gue yang selalu sok sok banget lebih lebih daripada dia. Gue meringis, yampun Dugong, lu sok sokan bijak banget sih. Itu Mara bahkan mungkin udah ngerti yang elu omongin tapi dia mungkin cuma ngehargai elu aja yang udh ngetik. Putus cinta lets move on aja? Yampun dia itu udh melalui hal yang jauh lebih berat dari sekedar gue yang cuma bisa ngomong udah lah cowo banyak di dunia.

Sejak itu gue banyakin ngobrol tentang anak-anak dia yang ternyata bikin Mara happy banget. Emang ya, ketika elu sudah jadi mama, mau secapek apapun mengurus mereka, elu akan tetap berbinar ketika udah cerita anaknya.

Terakhir kemarin kita chatting, dua anaknya Mara sakit demam semua. Di update an ig nya terlihat dia lagi ngetik di laptop, anaknya dua tidur di sebelahnya. Gue tanya lu sehat Mar? Dia baru jawab keesokan harinya bilang dia ikut sakit. Yampun sedih lagi gueπŸ˜” Gue bilang strong ya Mar, lu pasti bisa, kudu sehat lu!

Gue ngerasa bersyukur banget, seapapun keadaan gue masih sama keluarga, gue punya tanggung jawab hidup pun ibaratnya hanya untuk diri gue aja. Gue pun ngerasa malu, kebanyakan ngeluh dan gajelasnya. Liat dong di luar sana, saat elu menjadi Dugong terbang, orang-orang yang udah susah terbang mungkin merindukan masa masa itu. Emang bersyukur harus sebesar itu, harus selapang itu. Jangan cuma piring doang dilapangin. Stop ngeluh yang cuma jadi ngeluh doang. Boleh ngeluh tapi terus move on, lebih baek lagi, lakukan hal baru dan solve your problem.

Makasih Mara, elu dan dua bocah malaikat lucu lu ngajarin Dugong Terdampar ini nilai-nilai yang keren punya...πŸ‘ͺ

Zamora dan Kisah Inspiratifnya

Yayyy, akhirnya setelah sekian purnama, gue bisa punya waktu dan niat untuk ngebenerin lagi blog gue. Yes, gue sudah amat bosan dengan blog skin yang lama. Karena hari ini gue ada waktu banyak (sebanyak makan gue) maka gue putuskan untuk nyari-nyari skin lagi untuk diary yang telah usang ini. Kenapa lama? Bukannya tinggal copas doang? Nggak juga. Gue suka utak atik code HTML nya (Bssshh... sok pinter). Gue suka nambah dan kurangin ini itu biar lebih sesuai di gue. Ya kali nama gue Dugong tapi di blog tulisannya "Welcome to Paimin Journal" 😩😩

Masi serba pink, gapapa biar hati gue selalu cerah kayak warna pink. Kalau lu tertarik blosgkin ini bisa ambil gue udah ada credits, lu scroll aja ntar ketemu.

Anyway sesuai janji gue minggu lalu, gue mau ngebahas dua hal. Tentang temen-temen gue yang berhasil survive (dan ada yang masih berjuang melawan itu) dan apa yang bikin gue bisa survive dari kenistaan angka 24 hahaha.

Tapi menurut gue, kayaknya lebih oke gue bahas tentang temen-temen gue dulu dan dilanjut next post tentang diri gue sendiri.

Jadi udah sekitar dua bulan ini, gue berteman yah lumayan deket sama tiga orang. Tiga makhluk ini bisa dikatakan Makhluk Tuhan Paling Sexy kayak lagu si Mulan(πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚ ) alias cewek. Gue ceritain dulu sedikit yang pertama.

Dia namanya Sophea, tapi gue selalu manggil dia pake nama gamenya, Zamora. Bocah ini dari Cambodia, tepatnya dari sebuah kota kecil. Kita deket karena kebetulan dia leader alliance gue dan gue adalah vice nya. Yang suka main game pasti ngerasain lah gimana jatuh bangunnya ngurus alliance tuh. Dari berbagai negara, dengan karakter beda, timezone yang beda, mana komunikasinya online, pokonya serba beda. Kita yang tadinya deket sebatas temen game akhirnya berlanjut sampe ke hal-hal di luar itu. Sesekali gue telponan sama dia, atau ke discord sekedar nyanyi bareng di music chat nya. Suatu ketika dia cerita kalau lagi stress karena dapat perlakukan gak adil dari bossnya. Dia mahasiswi jurusan pariwisata yang partime kuliah di sebuah cafe gitu, dan menurut cerita dia sih, banyak yang gasuka sama dia kemudian dia dipecat gak terhormat kayak yaudah diusir aja gitu tanpa uang gaji ato pesangon. Plus di kampusnya dia lagi punya masalah gitu yang bikin dia gak minat kuliah lagi disana, padahal gue ditunjukin nilai dia slalu tertinggi seangkatan.

Singkat cerita, Zamy dianter ortunya ke ibukota alias Pnhom Penh untuk nyari kerja. Gue nanya dong gimana trus nasib kuliahnya? Doi jawab bisa pp tiap minggu ato online ato gimanalah gitu, intinya gak masalah. Oke skip skip tuttt sampelah dia diterima kerja jadi staff hotel, tinggal di rumah tantenya, dan dia betah gitu. Cuma terus dia curhat lagi ke gue bahwa dia kangen kuliah lagi. Gue support ayo lu kuliah gitu kan. Tapi dia bilang gak ada support dana dari siapa siapa. Yang gue tangkep intinya ibunya nyuruh dia kerja gausah kuliah dan bapaknya malah kebalikannya, kuliah tapi kerja. Mereka tinggal beda rumah kayaknya (maybe had divorce gitu) jadi Zamy juga harus bantu ekonomi keluarganya. Sedih gak sih? Sampe disini gue juga bingung kasi advice apa. Karena gaji dia gak seberapa kalo untuk kuliah kan habis habisan. Gue nanya opsi scholarship karena dia pinter, menurutnya di negara dia susah nyari gituan (gak sebanyak tempat kita mungkin).

Waktu itu, gue cuma bilang ke dia, elu tu jadi manusia tu cuma satu. Tuhan bikin elu cuma satu, otak satu, kepala satu, hidung satu.. mentok mentok dua lah elu punya kayak tangan kaki dsb. Jadi gamungkin tiap manusia punya buanyaaak banget masalah, pasti kalo dicari benang merahnya cuma satu masalah elu. Kan Tuhan janji kalo manusia dikasi masalah sesuai ukurannya, ya gue yakin ukuran satu manusia tu satu masalahnye, muaranya gitu. Coba deh lu pikir lagi, cari lagi apa masalah terbesar lu? Dan akhirnya ketemu, dia galau masalah uang.


Yang gue salut banget sama dia adalah ngeluh ini itu, tapi dia lakuin juga saran saran orang. Akhirnya sekarang dia bisa kuliah, tetep kerja, gatau gue gimana bagi waktunya dan duitnya, tapi intinya dia akhirnya dapet yang dia mau. Ini contoh orang yang bener-bener nerapin curhat gak sekedar curhat, tapi bawa perubahan banget di hidup dia.

Meskipun alliance gue jadi rada keteteran (doi sibuk banget jadinya) hahaha gue angkat jempol banget sama orang ini. Masi muda, masi manusiawi dengan segala problem dan sedihnya, tapi doi mau bangkit (dari kubur?), mau  move on menjalani hidup baru.

Oke ini cerita tentang Zamora. Next post gue bakal bahas tentang Mara, temen gue dari Filipina. Langsung kejar tayang 3 post kayak bang radit dan paranormal experience nya hahahha😝😝😝😝

See yaaπŸ’ͺ

Thursday 17 October 2019

Dugong, Happy Tua Day ke 25

Happy Birthday to me!!

Yes, gue telah menapaki milestone ke 25 tahun sejak gue dirobohkan ke dunia ini. Malam menjelang berkurangnya usia gue menuju 25 tahun terasa berat banget. Gue gelisah gakbisa tidur, tiap denger jam di ruang tengah menggema manggil setan, gue makin kalut. Duh 2 jam lagi gue tua, duh sejam lagi gue tua... sampe akhirnya gue bener bener mendengar dentang jam nakutin maling sebanyak 12 kali. Without any celebration from my family or myself, i decide to sleep.. so fast.

Dampak dari gue mengurangi kegiatan social media 3 tahun lalu kerasa banget. Di masa lampau gue, ulang tahun itu udah kayak berita selebritis, nyebar cepet banget dan sooon after that beragam kalimat selametan bikin hape gue nge hang dengan sempurna. Tapi sekarang bener-bener cuma temen deket gue yang masih bener bener inget kapan gue diusir dari surga dan dibrojolkan di dunia.


Gue inget banget waktu SMA, gue dikerjain temen sekelas gue dengan ngediemin gue seharian. Bodohnya, kepala duyung gue juga nggak berpikir ini pasti akal-akalan surprise. Karena waktu itu gue demam tinggi, kepala pusing tingkat SMA, dan gue bahkan lupa hari itu ulang tahun gue. Untuk seukuran gue yang slalu hebring luar biasa mengguncang sekolah gue, didiemin orang rasanya aneh banget, sedih banget. Gue memutuskan ngungsi ke kelas sebelah yang waktu itu lebih welcome nerima duyung terabaikan. Of course, lucunya temen-temen menggila gue dari kelas sebelah ikutan cuekin gue entah mengapa. Gue yang saat itu beneran sakit dan keringet dingin akhirnya gamau cari masalah dengan nanyain daripada semaput dan gak ada yang kuat gotong badan duyung gue -_-

Sampe pas gue balik ke kelas yang berasa kayak neraka banget, temen gue Ais yang waktu itu ketua ospek senior-senior unyu nan lucu menggemaskan nyemprot gue dengan kata-kata yang.... waduh gue gak bisa bayangkan sampe sekarang deh (karena lupa -_-) Bayangin aja, ketua ospek yang galaknya ngalahin buaya di kebon binatang dengan sukses membuat gue terpana. Doi nunjuk-nunjuk muka gue, which was di belakang dia, temen gue Jae Anget yang ter feminin seangkatan nangis tersedu-sedu. Kata Ais gue intinya nyakitin si Jae Anget. Gue bingung apalagi temen-temen gue yang lain mendukung aksi itu dengan memasang tampang terjutek sejagat pertelevisian IndonesiaπŸ‘ΎπŸ‘Ύ

Gue lupa gimana ceritanya tapi akhirnya mereka hepi besdey in gue, gue nangis karena lega gak dimusuhi tapi sakit kepala banget jadinya, dan PLOT TWIST nya adalah si Jae Anget itu nangis karena gaktega gue dimarahin. Yastaga, lu bayangin aja deh seanget apa hati diaπŸ’—πŸ’—πŸ’—


Back to the topic..

25 years old, it feels so damn old for me, damnit. Dari kecil gue selalu ngitung, apa yang terjadi kalau gue udah berusia 10 tahun, 12 tahun, 17 tahun, 20 tahun and now 25 tahun. 

Kalau gue bisa kembali ke masa lalu, gue mau minta maaf sama diri gue yang hingga usia ini, gue belum balance dalam hal apapun. Seriously. I am still living with my parents which i was expected to myself i wouldn't. I cant even earn my own money enough for my monthy expense dan bukan berarti gue boros, tapi emang gue sebokek itu. Oh yes im working and fortunately its my passion but not with this way. All i can say is i am totally broke Dugong.

I got the biggest achievement in my life when i was 23 years old. And i was down to the lowest and darkness life one year after that, 24 years old. Usia 24 tahun gue habis dengan mencaci maki diri sendiri, frustated, membenci diri sendiri dan semua orang di sekitar gue, dan yeah... intinya gue gila banget kala itu. I was born at 24, and i hate my 24 years old.

Tapi, yang gue sangat syukuri hingga saat ini gue nulis, gue dapat dua kado terindah dari semua yang gue alami setahun belakangan. Dua kado terindah yang bikin gue bangkit lagi dari keterpurukan. 

First, gue kemudian tahu bahwa emang kita gak akan pernah bisa expected kita dapat pertolongan dari siapapun selagi kitanya gakmau ditolong. Then i start to love myself and yes... everything was okay then. Next post gue bakal ceritain gimananya.

Second, friends. I have friends. Okey, mungkin ini rada aneh karena sebetulnya gue punya banyak sekali kawanan pecinta Dugong yang setia menjadi sarana dan media kebokekan gue. Tapi, di usia serenta dan tua bangka ini, gue dianugerahi sekelompok pecinta sebuah game yang malah bikin kita tambah deket.

Gue baru-baru ini main game bernama Call Me Emperor. Ini bukan karena gue korban iklan ads, tapi karena gue emang kebiasaan uninstall game pas udah bosen dan nyari game lain yang sesuai mood gue. Dan saat itu gue lagi pengen game yang RPG gitu. But, gue sadar diri bahwa hape gue serenta usia gue, dan kalo gue paksa main mobel lejen ato pabji, we pastikan dia meninggal kena serangan jantung dan CPR tidak akan cukup membantu kecuali pangeran berkuda (nil) putih datang membawa bunga (bangkai) dan mencium hape gue.......πŸ’£πŸ’£πŸ’£πŸ’£cukup Dugong. Back to topic.


Intinya gak kuat dan gue harus mencari game online lain yang seru, memungkinkan gue berinteraksi sama banyak orang lagi, dan kuat di hape. Lalu ketemulah si CME ini. Gue lagi gak endorse atau review game jadi gue skip. Intinya ni game okey. Dan karena game ini ga terlalu populer di Indonesia, otomatis players di sini kebanyakan orang luar negri semua, paling deket Surabaya sampe Switzerland dan US (gue gatau jauh mana dan males buka peta jadi gue tulis aja apa adanyaπŸ’). Dan dari situlah gue ketemu dan ngobrol sama banyak orang. Totally ngobrol yang dari ngomongin strategi game, sampe ke ranah ranah pribadi (senggol bacok). Rasanya ini lucu dan indah aja. Kita basically gakpernah ketemu, tapi deket banget kayak keluarga, dengan berbagai bahasa. Dan orang-orang Indo yang main game ini rata-rata orang yang udah settle dengan kerja atau abroad kemana gitu. Kita bisa share banyak hal sampe galau-galaunya kerja.

Disana gue pakai lagi jurus bodoh Dugong sok akrab, dan justru itu yang bikin orang semakin kenal dan deket sama gue. When i was out from my social media 3 years ago, no one cares about that, but here, ketika gue ilang sehari dua hari orang akan nyari gue, mereka yang sama skali gak pernah ketemu gue haha. Oh yeah of course, gue juga bukan duyung yang sebodoh itu sampai gaktau semu nya pertemanan online kayak apa.

Gue belajar banyak dari mereka. Ada temen gue dari Denmark yang sekarang stay di Swiss dan kerjanya berat. Tapi dia ngasi tau how to balance ur life yang gue cocok banget dengan itu. Next post gue tulis (kebanyakan janji lu). Ada juga temen gue dari Bangladesh yang semenjak gue tau dia depresi dan hampir bunuh diri, gue malah jadi deket sama dia padahal tadinya kita udah kayak musuh bebuyutan, next gue juga pengen banget bahas tentang ini. Intinya banyak banget ilmu yang gue serap. Thanks God, semua miracle ini gue dapat di penghujung usia 24 tahun. This miracle was made me to move from this broken door to another good one.

Now i can see how precious i am, and i start to love myself. Yes, gue menjalani awal 25 tahun ini dengan ketakutan. Apa yang akan gue lakukan besok? Perubahan apa yang harus gue ubah? Akan jadi apa gue tahun ini? Gaktau... belom tahu. yang jelas gue selalu bilang dengan diri gue, "Be Strong Dugong, Be brave.." everyday... after my morning and before i go to bed, gue tambahin shalawat (gue masi beragama πŸ˜‘πŸ˜‘)


Gue nulis hari ini untuk sekadar reminder untuk gue sendiri, bahwa seorang Duyung berusia renta ini berusaha mengais secercah harapan untuk perubahan yang akan datang. Bahwa seekor duyung ini berusaha engga lagi lari dari kenyataan (lari buat diet aja gitu) dan enggak lagi takut sama dunia manusia (berenanglah kau wahai ikan duyung ke tepian).. Nanti gue pengen setahun lagi baca tulisan ini, and see apakah gue udah bisa ketawa-tawa bodoh kayak dulu dan sukses, atau gue masih aja nangis dan nulis galau galau lagi buat dibaca next year lagi (amit amit yaaah).

Gue dugong sampai ketemu di next post!πŸ’ͺπŸ’©

Thursday 29 August 2019

Suratku di Bulan yang Akan Pergi

Bersamaan dengan bulan baru yang hampir di ujung penghabisan..

Jemari kerdilku menari kembali, mengetuk-ngetuk keyboard baruku yang kini berwarna kelabu
Lagi-lagi 'penyakit lamaku' kambuh tak tahu malu
Diam-diam menyesap rasa dengki yang tidak berkesudahan

Aku lebih menyukai pahitnya kopi sekarang

Cenderung bermimpi sambil memandang langit yang sama dan membosankan
Berandai jika birunya pagi yang kulihat besok akan berbeda dari yang sekarang
Aku marah dengan diriku sendiri
Tak pernah lelah hidup tanpa kepastian apapun
Bisa-bisanya aku menyesali sekarang

Aku hanya memandangi kesempatanku pergi dalam kotak kelabu baruku
Dimanakah rizki Tuhan yang telah dijanjikan Nya?
Aku menangis terdiam lagi

Aku mulai membuka lembar baru lagi
Memberanikan diri untuk bertemu kembali dengan lakon-lakon lawasku
Memasang lagi topengku dan menambah ketebalannya
Memastikan tak akan bocor layaknya perahu yang akan menenggelamkan penumpangnya
Aku bertindak sesuka hati, tertawa dalam getir

Anehnya, aku merasa bangkit lagi
Meragukan pergulatan dalam otakku yang kecil
Kurangkah aku mensyukuri kasih sayang Tuhan saat ini?

Mereka memandangiku dengan takjub
Seolah kecerdasanku tertimbun selama ini, seolah keberuntungan menjadi sahabat karibku
Aku tersenyum kecut dan membuang muka


Bersamaan dengan bulan baru yang hampir di ujung penghabisan..

Aku kehilangan pegangan untuk kuat berdiri
Aku hidup dengan ladang harapan yang mengering
Hidupku habis dengan pengharapan untuk pergi

Tuhan, aku ingin mencintai diriku lagi
Bersamaan dengan bulan baru yang akan menjadi bulan lahirku kembali

Aku ingin beristirahat dengan rasa yang kurindukan
Tanpa seorang pun bersusah payah memperbaiki diriku yang rusak ini
Aku ingin kembali menjadi air biru yang jernih, yang tenang menghanyutkan pesan
Aku ingin menyambut hujan kesukaanku dengan semerbak atsiri yang baru
Bisakah Tuhan?

Doaku kini hanyalah berucap "Tiada yang mampu kecuali Mu.."

Tuhan bangkitkan satu debu tak berarti ini
Dalam dekapan Mu yang terasa begitu nyata
Akukah yang bodoh Tuhan, buta dan tuli akan bagaimana kuasa Mu akan menuntunku



Aku menyesap kopiku yang sepahit hidupku sekarang

Tersenyum hambar pada tokoh-tokoh dalam hidupku sekarang
Yang kini telah berjemari dua tangan..
Yang kini telah membesarkan miniatur mereka dalam kehangatan
Yang sibuk mengilustrasi dirinya menjadi makhluk yang berbahagia
Yang bercerita tentang mimpi-mimpi yang dipanjat satu persatu

Yang secara tiba-tiba memandangku dan bertanya, "Bagaimana kamu sekarang?"
Aku cekikikan dan berkata riang, "Ah pekerjaanku membosankan tapi aku menyukainya."

Di saat yang sama alter egoku menikam dari belakang
"Bohong pecundang! Di bagian mana kamu suka dengan itu semua?"

Aku melengking semakin keras, menekan tikaman dengan bersusah payah
"Aku bahagia dapat melakukan yang sudah lama aku impikan.."

Aku kehabisan napas dan mati sekali lagi


Bersamaan dengan bulan baru yang hampir di ujung penghabisan..

Aku tumbuh menjadi matahari yang penyendiri
Seolah Ia menerangi tapi tersengat sinarnya sendiri

Aku mengadu kembali kepada Tuhan, dan hanyalah Tuhan seorang
Menyayat kulitku sembunyi-sembunyi
Bersenandung gila dalam musik klasik kesukaanku yang kini terasa memuakkan

Mataku melebar, tapi tidak dengan cahayanya
Aku semakin kelam
Membenci setiap pertolongan yang diberikan

Hingga seseorang mengulurkan tangannya dan berkata berulang-ulang
"Tidakkah kamu bosan menyakiti akalmu sekarang?"

Aku menyeringai dengan pisau di tangan
"Pergi dan jangan lagi berurusan denganku!"

Ia tak berhenti mengulurkan tangannya dan berkata berulang-ulang
"Tidakkah kamu bosan menyakiti akalmu sekarang?"

Baju indahnya berkibar seperti Putra Arthur dalam versi perempuan
Aku tercenung dalam satu lembar usang yang lama kutulis dulu
'Dia akan menjadi orang penting dalam hidupmu..' tulisku di sana

Ia kembali lagi, menawarkan tempat yang tidak pernah aku singgahi
"Berjalanlah bersamaku, nanti sulitmu akan ringan dilewati."

Kali ini pisauku jatuh dalam tanah yang retak

Dia tahu, dalam diriku bersemayam potensi jahat yang menakutkan
Ia ketakutan saat berdua denganku
Tapi begitulah jelmaan Putra Arthur ini, kuat tak mau pergi

Katanya lagi, "Meski nanti jemariku tidak lagi sendiri, tapi kamu tetap akan berdiri di sana.."
"Dimana?"
"Di tempat aku menempatkan dirimu setinggi ini.."


Kepada rasa kelam dan pahitnya jalan yang sedang kujalani..
Kuterima tantanganmu dengan berani

Wednesday 20 February 2019

TAHU DIRI- MAUDY AYUNDA

Hai, selamat bertemu lagi
Aku sudah lama menghindarimu
Sialkulah kau ada di sini

Sungguh tak mudah bagiku
Rasanya tak ingin bernapas lagi
Tegak berdiri di depanmu kini

Sakitnya menusuki jantung ini
Melawan cinta yang ada di hati

Dan upayaku tahu diri
Tak selamanya berhasil
'Pabila kau muncul terus begini
Tanpa pernah kita bisa bersama
Pergilah, menghilang sajalah lagi

Bye, selamat berpisah lagi
Meski masih ingin memandangimu
Lebih baik kau tiada di sini

Sungguh tak mudah bagiku
Menghentikan segala khayalan gila
Jika kau ada dan 'ku cuma bisa
Meradang menjadi yang di sisimu
Membenci nasibku yang tak berubah


Dan upayaku tahu diri
Tak selamanya berhasil
'Pabila kau muncul terus begini
Tanpa pernah kita bisa bersama
Pergilah, menghilang sajalah lagi

Berkali-kali kau berkata
Kau cinta tapi tak bisa
Berkali-kali 'ku telah berjanji menyerah

Dan upayaku tahu diri
Tak selamanya berhasil

Dan upayaku tahu diri
Tak selamanya berhasil
'Pabila kau muncul terus begini
Tanpa pernah kita bisa bersama

Pergilah, menghilang sajalah
Pergilah, menghilang sajalah
Pergilah, menghilang sajalah lagi






Songwriters: Dewi Lestari
 
Catatan Lebay Seorang Dugong Blogger Template by Ipietoon Blogger Template