Wednesday 30 October 2019

Dialog Hamba Yang Sedang Dilanda Cinta I

Tuhan, siapakah dia? Aku bertanya dalam hati
Tuhan menunjuk mataku yang bertemu dengan manusia itu, sedang tertawa ringan bersama teman-temannya
Duhai, setampan itulah dirimu ini... Hatiku berucap lagi.
Matanya tiba-tiba menengok ke arahku, yang terkejut ketahuan mencuri pandang.
Namun kamu tersenyum..

Dan disinilah kita, mulai bertanya apa saja tentang diri kita
Kamu dan aku saling menjadi pagi dan malam
Kamu dan aku menyesapi kopi masing-masing dari dua tempat yang berbeda
Kamu dan aku saling menjadi tawa dan canda di kala itu

Berjalanlah aku, di lorong-lorong temaram
Berpapasan denganmu, tersenyum dikulum, saling menatap diam-diam
Kemudian tak sabar pulang dengan menahan rindu
Cepat-cepat kuketik handphone-ku, membuka portal tempatku berbagi hari denganmu
Dia telah menunggu, dengan senyum favoritmu
"Hei, tadi aku lihat kamu di lorong! Hahahhaa.."

Setiap doaku mengalir deras namamu
Hanya namamu, namamu kusebut hingga beribu-ribu

"Nanti jika sudah dewasa, kalau suatu saat kamu masih sendiri, tunggu aku ke rumahmu, ya!"

Tapi doaku tampak terlalu yakin dengan kemungkinan terbaik Nya
Lupa Tuhan Maha Pembolak-balik hati hamba Nya

Hingga suatu ketika aku tersentak dari tidurku
Bermimpi sesuatu yang membuatku tak lagi nyenyak mulai saat itu
"Tuhan, apa maksud Mu?"
"Tuhan, aku mencintainya. Apa jawaban Mu?"
"Tuhan, pilihkan yang terbaik untuk gelisahku."

"Tuhan.... apakah Kau cemburu akan terbaginya cintaku?"

Senyumku mulai pudar, membuat wajahnya bertanya-tanya
Aku tak lagi antusias membuka sapamu
Menulis sekedarnya dan cepat-cepat menutup portalku sebelum kamu membalasku

Aku semakin menjauhkan diri darimu
Aku hilang, menelan rindu dan semua asa-mu
Tak lagi berlomba menginjak bayanganmu
Matamu yang membuatku jatuh cinta berputar dengan sayu
Aku tahu, siapa yang sedang kamu cari di jejak-jejak terakhir hilangku

Bertahun-tahun lamanya sejak momen itu, aku masih saja duduk termangu
Senyum favoritku, matamu yang sendu, dan sapaan pagi-malammu

Bertahun-tahun lamanya sejak momen itu, doaku bersimpuh dengan penciptamu
"Tuhan, apa kabar dirinya? Aku rindu."
"Tuhan, ampuni aku yang masih saja menyimpan rasaku."
Tuhan, sudahkah dia menemukan tambatan hati yang lain?"

Menangislah aku, untuk kesekian kalinya
Derita rindu sebagai hamba yang lemah tak tahu malu
Cinta di relung terdalam menggebu-gebu
Tertahan dalam setiap doaku, hanya berpegang dalam doaku

Hingga jemari Tuhan menunjuk skenario Nya
Berdirilah aku, yang telah menua 10 tahun lamanya
Aku telah menginjak dewasa, begitupun kamu

Siang ini begitu dingin,  hujan disertai angin
Aku berlarian dari jalanku menuju rumah
Berteduh di sebuah emperan toko kaos kaki yang ditutup
Dan disanalah kamu, yang bertahun-tahun masih menjadi doaku
Menganga menatapku yang sama terkejutnya dengan dirimu





To be continue....

0 comments:

Post a Comment

 
Catatan Lebay Seorang Dugong Blogger Template by Ipietoon Blogger Template