Monday 1 November 2021

Kado Buat Sahabat Jelek Gue

Ini ide yang cukup gila
Tentang seorang pujangga yang sedang berusaha membuat kebas tangannya
Kali ini dia berpikir sebaiknya lagu yang dilantunkan dengan irama gitarnya yang masih sengau disini-sana
Untuk satu makhluk yang dia temui dari seperempat waktu hidupnya

Tidak perlu menuliskan namanya
Penulis pikir ini hanya akan menambah drama
Cukuplah si makhluk tahu bahwa dia dicinta
Dicinta sebegitu seriusnya hingga dia melanggar batasnya

Dan disinilah ia... Menulis di tengah gelap dan hujan favoritnya
Oh.. Tentu mudah sekali menulis apapun tentang makhluk kesukaannya
Kata-kata mengalir begitu saja

Hari ini, 25 tahun yang lalu makhluk ini disambut dalam bahagia
Entah... penulis tak begitu yakin dengan keakuratan jam dindingnya
Yang dia tahu, hingga saat ini makhluk itu dikaruniakan kebaikan dari Tuhannya

Sebaiknya penerima perlu diberi tahu lebih cepat
Sebelum hari semakin berlalu dan terlambat
Meski dunia sedang dirudung sakit berat
Sang pujangga berharap ia berada di tengah waktu yang tepat

Begitulah penulis berpikir
Seandainya cinta bisa diberikan label dengan warnanya, dimintakan satu warna kepada Tuhan untuknya..

Sekali lagi pujangga berpikir
Seandainya makhluk itu menjelma seorang lelaki
Maka dia akan berhenti menulis lagi
Terlalu malu untuk mengakui
Sepertinya penulis bisa jatuh cinta dalam hati

Setelah dipikir lagi, alih-alih memberi warna, digemuruhkan nama itu menjadi rangkaian yang bermakna..

Dia bernama Dinata Oktasia Puspita Warna

Saturday 24 July 2021

I AM POSITIVE!

 I AM POSITIVE!

Yup, tepat di bulan ke 7 hari ketiga tahun dua ribu dua satu, di kala pandemi virus viral semakin menggila, gue dinyatakan positif untuk kedua kalinya. Gue merasa lumayan ngeri dan was-was karena berita lelayu beterbaran dimana-mana dan banyak juga cerita tentang yang tadinya gejala ringan tetiba enggak terselamatkan gitu aja.

Kronologi gue kena berawal dari saat temen kantor gue yang duduknya persis di sebelah gue ngerasain flu dan demam tinggi. Gue tadinya nggak kepikir samsek ke arah COVID-19 karena temen gue dan gue emang gampang kena flu, terutama kalau keterpa debu. Kantor gue kebetulan termasuk bangunan berdebu kalo versi hidung gue gitu๐Ÿ‘ƒ๐Ÿ‘ƒ

Demamnya naik turun dan sampe ke angka 39᷾. Akhirnya di hari ketiga atau keempat dia demam which was hari Sabtu, dia inisiatif untuk swab antigen. Btw karena deket, doi cuma cerita ke gue kalau bakal ambil swab dan udah minta maaf terus kalau sesuatu hal buruk terjadi. Btw lagi, itu juga hari pertama dimana gue mulai flu mampet parah dan demam siangnya.  But, guenya masih santuy banget, kebetulan itu hari Sabtu, pulang lebih awal. Dan indikasi flu berat ini gue tuduhkan kepada boneka jumbo Dugong gue yang udah lama nggak dilaundry dan sempat gue taruh bawah lantai deket kolong kasur. Dia bermandikan debu dan tepat malam itu juga gue tidur beralaskan perut dia yang super gede (dasar boneka shaming). Serius i have no clue kalau itu coronce karena memang sebagus itu timingnya.

Emang alibi yang sempurna untuk nyalahin Dugong btw๐Ÿ‘ท

Dan taraaa.. jadilah kokokrans! Sebelum makan siang tiba dan suhu gue mulai meninggi, doi ngabari gue kalau positif. My first reaction was, "Astaghfirullah oemji, gue kan paling sering bersama dia. Jangan-jangan.."

Dengan sok tenang gue mencoba menghibur temen gue yang terus menerus minta maap ke gue, padahal dalam hati udah berdebar-debar gak karuan. Gue coba recalling lagi gitu siapa tau gue kemarenan udah flu duluan dan apa penyebabnya. Tapi makin gue usut guenya makin kisut.

Sebab, gue yakin banget di minggu itu jarang banget keluar rumah, baru flu di hari itu tepatnya jam 2an malam, dan kini demam. Akhirnya gue hubungi babe dan emak gue ngabari kalau temen sebangku positif dan apakah gue harus berguling di tengah sup hiu kuah?

Kemudian diputuskan kalau gue harus pulang secepat mungkin dan ambil swab di rumah sakit habis ini. Gue manggut doang karena udah lemes gegara flu sejak dini hari. Satu jam kemudian gue pulang karena sekalian nunggu jam kantor off dan nunggu badan lebih kuat motoran. Anyway gue ga brani naik ojek online karena gue kan berarti suspect coronce. Lingkungan kantor gue tipe yang kurang aware masalah coronce dan banyak kemakan hoax semacam dicovidkan atau minum minyak kayu putih ๐Ÿ˜‹So, mereka sama sekali gak takut lihat gue pilek.

Setelah ashar akhirnya gue diantar ke rs untuk swab, sekalian ibu gue juga tes. Babe juga ikut tapi gak tes karena habis swab beberapa hari lalu. Eh kenapa bertiga banget? Iya soalnya babe gue yang paling khawatir, sedangkan kalau gak sama emak, guenye nggak pede. Biasalah, lagi sakit terus manjanya keluar. Setelah ditolak karena alat tes swab habis, akhirnya gue mendarat di salah satu rumah sakit deket rumah. Prosesnya cepet, yang ngantri sepi banget, dan langsung diproses.

Inilah hasilnya....
3 Juli 2021, gue positif COVID-19 yang kedua

Gue langsung telpon dua adek lucknut yang sedang pelor di kasur dan nyuruh mereka cepet-cepet make masker dua sebelum gue pulang. Yang tadinya gue duduk di seat kedua dalem mobil, langsung dibuang gue ke seat paling belakang seperti tumpukan jerami. Gue juga kabari orang-orang kantor yang satu blok sama gue karena mereka yang setiap hari ketemu gue paling sering. Hari itu keluarga gue diskusi meja bundar (ceilah..), karena tetangga kanan kiri, temen ngaji, intinya sosial emak babe belum pada dikasih tahu. Eh btw ini satu keluarga akhirnya swab semua dan negatif yak alhamdulillah..

Kita rapat karena belum nyiapin samsek persembakoan. Jadi begitu gue positif, langsung diungsikan di lantai atas, bahkan ditutup dalem kamar. Ortu dan adek-adek langsung di bawah di bagian rumah agak depan karena kalau di meja makan, masih ada balkon lantai atas depan kamar gue. Intinya mereka ngungsi di bagian yang nggak bakal kelihatan gue lah gitu biar aman kan katanye udara udah dikuasai si covid avatar yak๐Ÿ‘พ

Hasil sidang isbat adalah babe dan adek cewe gue akan belanja di pagi hari Minggu secukup mungkin buat at least 2 minggu, dan kemudian siap hibernasi selama itu. Babe gue juga langsung lapor satgas covid biar ditindaklanjuti.

Kemudian mulailah berita Dugong diselimuti COVID-19 tersebar seantero dunia ghaib. Dari tetangga, bukan tetangga, temen, bukan temen, keluarga, bukan keluarga, pokoknya semua jadi ngerti. Gue juga bikin status di WA, FB, sama IG dengan harapan siapa yang sempet kontak sama gue segera skrining aja. Asli, gue yakin banget jarang ketemu orang atau keluar rumah kecuali kerja ama satu tetangga bocil yang suka main ke rumah. Tapi namanya juga ikan, mana bisa ingat semua?

Alhamdulillah banget, banyak orang yang sayang gue, bel rumah ting-tong-ting-tong entah berapa kali jumlahnya untuk ngirim makanan. Pokoknya feel blessed gitu. Gue juga jadi semangat sembuh lebih tinggi meskipun kadang bingung mau ngapain kalau kerjaan dan filem udah tamat wkwkwkwk.


Sesajen makhluk yang kena COVID-19

Gue dikasih obat dan multivitamin sama puskesmas. Obat apa aja gue udah lupa, tapi beberapa diantaranya adalah nama obat yang sering lu liat di tipi atau berita online. Kebetulan gue bergejala tapi tergolong ringan. Gue urutin aja kali yah dari hari ke-1 sampai ke-14 kayak gimana:

Hari ke-1: pusing, lemas, demam, flu, hidung mampet, batuk kering
Hari ke-2: sama kayak hari pertama tapi berangsur sembuh
Hari ke-3: demam turun, batuk, hidung mampet
Hari ke-4: batuk, flu, lemas, anosmia
Hari ke-5: batuk, diare, anosmia
Hari ke-6: diare, pusing, batuk, anosmia
Hari ke-7: bugar, sesekali doang batuk, anosmia
Hari ke-8: anosmia, sehat banget
Hari ke-9: anosmia, batuk ringan
Hari ke-10: anosmia, muntah darah warna hitam, perut sakit, pusing, saturasi turun ke 94%
Hari ke-11: anosmia, pusing banget, mual muntah
Hari ke-12: anosmia, sehat
Hari ke-13: mulai bisa makan enak dan penciuman pulih
Hari ke-14: semua pulih total kecuali anosmia

95% itu saturasi batas bawahnya menurut panduan


Kalau lu lihat, ini grafik kesehatannya emang naik turun. Hal yang wajib gue perhatikan setiap hari selain progress gejala adalah saturasi oksigen sama suhu badan. Gue laporan ke ortu sehari 3 kali karena katanya itu bikin orang rumah ikutan lega. Soalnya kan gabisa ngeliat gue di atas jadi komunikasi via chat vidcall aja.

Btw, kamar gue buka setengah jendelanya sampai hari ke-12. Karena katanya virus masih ada kemungkinan nular via udara. Kebetulan juga depan rumah gue lagi dibangun dan pak pembangunnya pada nggak pake masker, kan ngeri gue. Kamar selalu tertutup rapat dan kalau ada yang mau anter makanan, cuma stop sampai anak tangga paling atas. Baru pas mereka turun, gue yang keluar ngambil. Satu rumah wajib double masker, termasuk gue meski cuma mau jalan ke kamar mandi (terpisah lantai padahal). Gue cuma bebas masker dalem kamar doang. 

Tiap hari selain minum multivitamin dan obat, gue juga 'memaksakan' diri buat minum madu (gue gak suka manis termasuk madu), ngehirup uap minyak kayu putih (dihirup yak uapnya pake air panas di panci, bukan diminum), olahraga, berjemur (ini dikit banget sih gue), ama nonton netflix yang lucu-lucu. Banyak telpon sama temen-temen juga, itung-itung silaturahmi online.

Alhamdulillah gue enggak sampai sesak napas. Padahal saat ini okosigen lagi langka banget. Temen-temen gue banyak banget juga yang kena, Ocong, Tisni, ibunya ines, mamanya Ocong, Shanaz, Kak Prama, Dipsi, dkk. Berita kematian lu jangan ditanya deh, banyak banget.

Oiya kenapa tadi gue bilang jendela gue buka setengah sampai tanggal 12? Karena menjelang isoman selesai, gue diminta satgas untuk buka semua pintu dan jendela selebar mungkin. Biar sirkulasi udara lancar dan virus di tubuh gue sudah terhitung engga menulari orang lagi gitu. Jadi gue udah bisa ngobrol sama keluarga meskipun masih sebatas melongok ke balkon. Seprai gue ganti, gue pel tiap hari lantai dua ampe hari terakhir isoman.

Gue udah masuk kerja guys, terhitung 6 hari setelah isoman dan sudah negatif. Dibandingkan yang covid dulu, gejala gue jauh lebih berat yang ini, tapi progress sembuh juga lebih cepet sekarang. Fyi, gue udah vaksin dan ini gue yakini sangat membantu pemulihan gue. Meskipun sepupu gue yang nakes bilang covid itu susah dipahami kayak cewe, karena kadang kita udah sekuat tenaga berobat, kadang masih betah aja nempel di tubuh kita gitu. Intinya, setiap kesembuhan ya karena emang Tuhan bilang udah waktunya sembuh ya sembuh. BUT, bukan berarti kita terus nggak usaha ya.

Jangan sesat ih lu, kzl bat gua๐Ÿ˜–๐Ÿ˜–๐Ÿ˜–

Meskipun udah negatif, gue masih kerasa suka lemes sendiri, tetiba dada sakit dsb. Enggak sampai mengganggu banget sih, gue udah bersyukur karena selamat dari si virus labil ini.

Oke sekian dulu ya, karena gue udah mau pulang. Ini gue nulis di kantor ceritanya.

Makasih udah dengerin curcol gue, selamat bekerja dan menjaga prokes semua!

Friday 2 July 2021

Dugong on Her First Day of July 2021

 Memasuki bulan Juli 2021, kekhawatiran gue terhadap keselamatan diri makin meningkat #ceilah...

Yah bukan lebay sih, cuma situasi pandemi makin-makin bae dan gue kerja di tempat yang bisa dibilang termasuk abai banget masalah prokes. Lu bayangin, prokes yang jadi hak segala bangsa aja dicuekin apalagi ngelihat aturan macam PSBB atau yang terbaru tuh PPKM Darurat. Hajar cus aja pasti -_-

Enggak tahu deh, nasib gue besok (hari dimana si PPKM diberlakukan pertama), apakah gue harus menerjang musuh kasat mata ini?

Anyway dengan adanya pandemi 'memaksa' gue untuk nggak kemana-mana kecuali kebutuhan gitu. Alhasil semakin berkurang juga tuh pertanyaan "Kapan nikah?" dari penduduk akhlaqless setempat. Tinggal emak doang yang jerit-jerit tiap gue mulai war mobel lejen karena openingnya aja udah 'Welkam tu mobel lejen..'.

Lah, kenapa nggak dimatiin aja suaranya?

Kaga seru aja gitu main tapi gak ada suaranya. Adrenalinnya nggak jadi meningkat, nggak berkeringat, dan gue makin nggak bisa ngeles kalau esports sekarang masuk cabang olahraga menurut kemenpora, dan tentunya ini sama aja gue lagi berolahraga (ngadi-ngadi ni orang).๐Ÿ˜•

God... teriakan emak gue langsung terngiang-ngiang....๐Ÿ˜–

Nah, kalau lu sekarang mau nanya sama gue, 'Gong apa kabar?' gue dengan cengiran super gak ikhlas bakal bilang 'Noh, ngomong sama dompet gue!'

Yes, nggak dipungkiri ini adalah salah satu masa-masa bokek gue karena makin banyak temen yang terbagi dalam dua kubu, kubu lahiran sama kubu hajatan. Lah, emang kenapa, lu yang bayarin tenda sama organ tunggalnya Gong?

Kaga, tapi dengan banyaknya undangan yang bertebaran layaknya nyamuk ini, makin banyak juga outcome buat ganti kehadiran. Bukannya gue gak seneng yak temen gue bahagia. Tapi lu tahulah, kayak belum sempet jajan, eh dapat undangan. Kaga ngadoin atau ngamplopin kan rasanya gimana gitu. Apalagi gue keinget kebaikan dia selama dulu masi temenan. Makin parno aja kalo nggak kasih apa-apa.

Gue sedang menikmati film horor dengan pemeran utama gue sendiri๐Ÿ˜“๐Ÿ˜“๐Ÿ˜“

Sampai-sampai sohib gue si Nata bilang gini, "Apa cuma aku ya yang ngerasa bahagia sambil nangis lihat dompet pas temen nikah?"

Ini related banget sih. I mean udah usia kepala 2, nggak bisa lagi tetiba mijitin kaki emak ato nyuciin sepatu bapak sambil bilang "Ih, kaki emak mulus deh. Minta uang saku maaakk.. Sepatu bapak baunya kayak penghuni surga. Biar makin tinggi surganya, bagi duit paakkk.."

Seperti kemarin nih, gajian kan gue. Langsung deh gue check out-in keranjang syopi buat ngado temen yang pada bahagia tadi. Terus gue ke ATM, ambil duit buat tabungan, bayar cicilan, dan ngambil seupil buat reward gue sendiri.

Ditanya gue sama SPV, "Lho, itu uangnya mau disimpan dimana kak?"

Gue jawab, "Dalam memori..."๐Ÿ‘ด๐Ÿ‘ต

Temen kantor yang lain langsung jawab, "eR I Pe money..."

Sorenya dengan sok gagah (tapi menangis di pojokan) gue ngomong di rumah "Yok, pada mau makan dimana, aing traktirin!"

Emak kepingin bebek, babe maunya seafood, tuyul-tuyul bonus sundulan cukup puas kalau dibeliin gacoan. Lah bingung gue, satu gue alergi seafood, dua gue anti banget ama bebek karena baunya lucu, kalau gacoan si oke-oke tapi ortu yang kaga doyan. Alhasil daripada nanti muncul ide makin gawat kayak 'Oyaudah ke all you can eat aja kan dapet semua!' dan menyebabkan dompet sekarat di belakang, gue memutuskan untuk membelikan semua yang mereka mau pake delivery biar tetep makan bareng.

Ulalaa... betapa mulia gue๐Ÿ‘ฐ

Jujur gue makin nggak paham arah pembicaraan tulisan ini. Gue cuma pengen numpahin kekesalan aja sih, sekaligus mengisi kegabutan di tengah pekerjaan gue yang udah selesai. Sejam lagi jam makan siang dan gue masih belum memutuskan mau nyelesein drakor gublyn atau nge push rank.

Well, back to work now. Makasih udah dengerin curhatan gue. Kalau ada yang masih kepo makan siang gue apa hari ini?

Nasi, sayur sawi hasil olahan emak yang keburu-buru karena baru inget anak pertamanya masih dalam masa pertumbuhan dan butuh bekal, telur goreng sayur yang digoreng adek pertama sambil ngomel pas gue bilang buruan keburu gue telat, dan kerupuk sala yang dibeli babe pas jogging tadi.

Terus gue ngapain? Ngasi makan para ayam dan burung gue yang udah jejeritan kayak nggak makan seminggu -_-

Monday 28 June 2021

Dugong dan Bulan Juni

 Akhir-akhir ini di Solo jadi hujan terus tiap sore. Niat mulia gue buat nyepeda ke kantor musnah deh, takut kalau kena aer gue bakal berubah jadi duyung๐Ÿ’ƒ

Anyway suasana kayak gini emang mendukung banget untuk lebih teladan jadi kaum rebahan๐Ÿ‘€ Lu bayangin aja, kamar gue jendelanya selalu kena langsung sinar matahari, tapi karena sering mendung jadi keterpa angin sepoi-sepoi. Belum lagi guling gue sekarang udah ada 2 kanan kiri, kipas angin, game mobel lejen, drakoran di hari Minggu.. fix gue bakal makin jadi guling ketiga di kamar gue -_-

How is your social lyfe recently? Just fine aja. Gue automatically nambah orang baru setiap bulan sejak gue diangkat jadi penanggung jawab internship di kantor gue yang malem (ceilah). Praktis, setiap hari selain ngantor di kantor pagi, gue rajin joget-joget di grup anak-anak magang yang isinya mahasiswa semua.

Wait, gue udah pernah cerita belum sih tentang kegiatan gue sekarang?

Jadi, gue sekarang kerja di sebuah perusahaan ritel yang lokasinya di jalan raya utama kota gue. Tuuttt ajalah ya gue samarkan. Posisinya as a content writer gitulah. Tapi berhubung energi gue berlebihan, gue salurkan juga tuh hobi gue untuk kerja remote malamnya di sebuah startup yang dibangun sama anak-anak muda keren pecinta nulis. Udah lumayan gede itu namanya, tapi tuttt juga deh ya. Disitu tadinya gue ngelamar jadi freelance writer, terus naik ke SEO editor, sekarang udah merangkap jadi itu tadi, tukang tabok anak internship๐Ÿ˜‚๐Ÿ˜‚ Gue merasa jadi lebih kaya pengalaman disini sih. Kalau di kantor pagi gue beneran cuma ngurus website, produce artikel, nulis caption dsb, di kantor malem gue bahkan ngisi materi per-SEOaan buat yang magang content editor. Mereka sering bikin kelas upskill gitu dan narasumbernya oke-oke banget  jadi gue malah enjoy. Atasan gue public figure gitu,  baek banget dan orangnya positif.

Gitu deh... emang bener ya.. rezeki tu nggak melulu uang guys๐Ÿ‘ฉ

Tapi, btw lu katanya mau bikin postingan tentang review skincare dsb Gong, maneee??

Hahahahaa.... ya inilah kalau buntelan beras kaga ada yang ingetin buat semangat ngisi blog. Gue tuh udah fotoin beberapa botol skincare yang gue udah pake, sayangnya tuh kek males banget astaga cuma mindahin itu foto ke pc. Kata-kata udah diujung kuku buat ditulis, tapi kemalasan haqiqi gue tu esumpah banget belum mau berkurang.

Padahal ada banyak produk skincare yang gue udah coba. Hampir kesemuanya cocok di kulit gue, yes... sebadak itu memang kulit gue! Sampai pernah makek yang udah expired 3 bulan lalu dan di muka gue kayak welcome-welcome bae -_-

Intinya banyak banget yang sebetulnnya pengen gue share, tapi ntah kenapa ada aja alasannya. Gue mungkin emang harus mengumpulkan nyawa dulu cuma buat sekedar klik send via blutut to pc -_-

Gimana kondisi hati lu Gong?

Hahahaha.. ya begitu aja ahelah. Still proud to be a single. Risau sedih jeles good bye ๐Ÿ‘‹ Gue santuy banget masalah nikah dan belum tersinggung kalo ditanya nikah sih. Jeles karena cowok bukan karena temen dah pada nikah hahahaha.

Terus sekarang lu lagi ngapain?

Curi-curi nulis blog padahal masi jam kantor๐Ÿ˜๐Ÿ’จ

Sunday 6 June 2021

Surat Perpisahan III

 Hahaha butuh tambahan waktu beberapa hari untuk gue memutuskan dan menyelesaikan tulisan ini, mempertanyakan apakah this is the right decision to share this story here. It' onoe of my deepest secret, my precious book...

Tapi gue akan tetap nulis, karena sepertinya ini akan membuat gue lebih lega dan plong untuk melepaskan sesuatu yang udah bertahun-tahun melekat dengan gue. It takes time and it has to be cut off from now... even if its really hard and hurt me...

So, here is the story...

As i said before, gue udah lost contact dan hampir nggak pernah ada kesempatan ngobrol lagi setelah lulus SMA dan kami beda kampus. Oke, pernah sih ketemu 2-3 kali. Pas itu gue ke Bandung dan dia ikutan makan malam sama keluarga gue bareng Lupong. Yang kedua kami ada meeting buat acara alumni di Solo dan gue sempet cuma berdua sama dia karena pada ngaret (emang pada kampret -_-) Tapi ya yaudah selain itu beneran enggak ada. 

So, this is how the complicated things started happened to me...

Sejak kami lulus SMA, gue mulai bermimpi tentang dia, padahal pas masih satu sekolah malah hampir nggak pernah. Awalnya tuh gue pikir ah karena gue terlalu kangen sama dia, kan 12 tahun satu sekolah jadi kayak belum terbiasa. Tapi lama kelamaan mimpi itu kerasa punya cerita, momen, dan situasi yang janggal.

Gue urutin kronologinya ya.

Gue sebut fase pertama mimpi ini "recalling a memory'. Karena di mimpi itu kami kayak malu-malu banget dan faktanya pas masa sekolah kami emang kayak gitu.  Ada temen-teman yang cie-ciein, kalo ketemu suka merah mukanya dsb. What i felt in that phase? Gue kadang suka kangen sama dia. Rasanya kayak semalem gue visit ke masa lampau dan merasakan bahagianya seperti apa.

Kalau gue lagi ulang tahun, dia akan datang ke mimpi gue untuk ucapin happy birthday. Pas gue lagi sedih, dia bakal datang hibur gue. Kalau gue lagi butuh semangat, dia datang buat gue. Dan ini terus berlangsung sampai beberapa tahun setelahnya (even last night), saat gue udah punya kehidupan baru dan aktifitas baru tanpa dia.

Hingga tahun ketiga selepas kami lulus, gue selalu mimpi dia kayak recalling masa lalu kami. Ketemu di SMA, ketemu di SD kami, ketemu pas SMP, dsb. Pokoknya tuh kayak gue balik lagi ke masa dulu.

Fase kedua gue namain "Why Me?" dimulai saat udah tahun ke empat. Mimpi gue juga mulai berubah cerita, kalau tadinya recalling, ini lebih banyak sedihnya. Ada salah satu satu mimpi yang sangat gue ingat dengan jelas hingga hari ini.

Waktu itu kami nggak sengaja ketemu di daerah tempat gue tinggal. Dalam mimpi, gue memutuskan untuk ninggalin dia. Kemudian dia datang dengan wajah sedih dan nanya ke gue, "Kamu masih ingat janji kita?" dan itu terus dia uang-ulang. Bangun tidur badan gue penuh keringat dan butuh waktu beberapa saat untuk fokus lagi kalo it wasn't real.

Pernah suatu hari gue deket sama seorang cowo. Pas gue berusaha mulai buka hati, dia akan datang ke mimpi gue dan berusaha mengacaukan niat gue untuk melupakan dia dan bikin nggak bisa move on. Selalu kayak gitu. Di titik ini gue mulai menyadari, ada yang salah dengan diri gue atau kami punya koneksi aneh yang enggak bisa dijelaskan hingga hari ini (entah kalo dia gimana).

Btw, i am so sorry for this. Aku terpaksa bohong sama kamu kalau aku depresi, padahal aku enggak. Aku enggak siap ketemu kamu setelah bertahun-tahun dengan semua mimpimu. Aku enggak siap ngomong dengan kamu seolah nothing was happened to us, to me... Aku takut aku akan berharap lagi sama kamu, mulai sayang kamu lagi, dan ketakutan-ketakutan itu membunuhku suatu saat nanti.

Gue jujur agak tersiksa di periode ini. Di saat kuliah gue sedang sangat menggila tugasnya, organisasi banyak duty, engga sempet main, dan asdos yang bikin gue kadang harus transkrip banyak data, pokoknya gue jadi gampang badmood dan nyalahin dia setiap mimpi itu datang.

Gue pernah nangis dan teriak, "Kamu maunya apasih?!!!" saking frustasinya. Seolah lu banyak pertanyaan tapi kayak enggak ngerti apa, enggak ngerti cara nyari jawabannya, dan semua jadi serba salah. Gue cuma bisa stalking dia dari medsos, curi dengar sana-sini tentang kabar dia yang makin keren di Bandung sana. Gue stuck untuk mencintai seseorang karena dia kan datang memperingatkan gue dengan wajah sedih dan di sisi lain gue nggak juga berhenti membandingkan dia dengan orang lain. Like he is so perfect why i need another man? I dont have any friend to share with..

Di part kedua ini gue merasa dia mulai menyakiti gue secara mental. Semua mimpi yang enggak gua inginkan, menimbulkan angan yang menyebalkan, dan praduga-praduga. Belum kalau ketemu teman-teman dari SD-SMA, gue akan terus disandingkan sama dia.

Mimpi part ketiga dimulai saat gue beneran move on, gue namain "Halucination". Why? Karena di sini adalah waktu dimana Gue mulai benar-benar terbiasa tanpa dia dan jarang mikirin lagi. Meskipun begitu, dia akan tetap selalu datang di mimpi gue. Kadang seminggu tiga kali, setiap hari, sebulan sekali, sampai tiga bulan sekali. Intinya enggak menentu.

Btw, di postingan sebelumnya gue pernah cerita tentang mimpi ajaib gue. Dan cowok yang gue maksud gendong bayi itu adalah dia hahaha...

Dia datang dengan cerita yang berbeda. Enggak recalling, enggak sedih, tapi justru hal yang kayaknya nggak akan mungkin terjadi, yaitu akhir yang bahagia bersama. Kadang gue mimpi kami kayak udah nikah dan orang-orang berbahagia buat kita. Kadang dia genggam tangan gue, berpelukan seolah pasangan sejati.

Gue pernah mimpi dia datang ke gue dan tanya, "Gimana caranya minta kamu ke bapakmu?"

Sebelum gue menginjak ke mimpi fase keempat dan kelima, sampe disini elo pasti bingung, like seriously gue mengalami itu bertahun-tahun? Yes, i swear. Gue cuma cerita ke orang-orang yang paling terdekat. Pernah pas gue frustasi, gue sampai marah dan teriak, "Kenapa sih kamu enggak berhenti jadi bayanganku? Kalau masih ada yang belum selesai, bilang, jangan giniin aku!"

Dan inilah part terberat... maybe it started from 2 years ago? Mimpi fase keempat, "His message." Jujur, gue nggak tahu apa yang terjadi. Mungkin di kehidupan nyata, dia udah mikirin nikah? 2019 atau 2020 kira-kira.

Waktu itu gue kayak lagi main bertiga sama dia dan Faiz (sobat gue dan temen satu SMA juga). Disitu tiba-tiba dia bilang gini, "Kamu kalau cari suami harus orang baik, biar kamu ikutan jadi baik. Kamu harus bahagia."

Disitu gue sedih dan tanya, "Kamu udah ketemu (sama jodohmu?)", dia bilang udah. Gue tanya lagi apakah dia udah kenal sebelumnya? Apakah itu teman satu kampus? Dia jawab "Iya."

Kemudian setelah sekian lama gue mimpi lagi, bulan Desember 2020 kalo gak salah. Intinya gue lagi-lagi mimpi dia mau nikah.

Suatu malam lain, gue mimpi dia datang ke acara lamaran gue (lah gue lamaran?). Disitu dia ada karena kebetulan calon suami gue orang sekampus dia juga gitulah. Disitu wajah dia bahagia banget, padahal gue sedih. Terus pas acara lamaran selesai, gue panggil dia untuk melipir ke suatu tempat and he said okay. Ketika udah di tempat yang sepi, gue tiba-tiba nangis dan tanya lirih, "Kamu dulu mencintai akukah?" Dia agak terdiam sebelum bilang dengan suara yang sangat pelan, "Iya.." Kami berdua sekarang menangis dan saling pegangan tangan. Dahi gue, gue tempelin di tangan kami berdua sampai air mata gue netes di kulit dia. Gue tanya lagi, "Sekarang (masih cinta?).." Dia jawab lagi, "Masih.."

Wah mampus sih gue bangun langsung kaget lagi ini apaan sih gitu yampun -_-

Di lain hari, gue mimpi ngobrol lagi sama dia. Dia bilang mau menikah sama orang yang daerahnya asal Sunda, intinya di Jawa Barat kali yah? Dan dia bilang satu kampus. Asli, kalau inget itu gue bergidik sendiri๐Ÿ˜๐Ÿ˜

Why? Karena tiga hari kemudian sejak mimpi itu, temen baik gue ngabarin dia mau nikah๐Ÿ˜‚๐Ÿ˜‚๐Ÿ˜‚ Dan lucunya, dia tadinya basa-basi, eh tiba-tiba gue nyeletuk, "Nes, dia mau nikah ya?" Jujur gue kaget dengan pertanyaan gue dan of course temen gue jauh lebih kaget wkwkwk. Karena ternyata sebetulnya temen gue mau ngabari itu ke gue tapi masih ragu-ragu.

Seketika rasanya gue dipaksa melepaskan sesuatu yang selalu gue peluk selama ini. Sakit gak? Gue toyor yang pada bilang kaga wkwkwk! Gue langsung badmood di kantor, nggak konsen ngerjain deadline, tapi anehnya mata gue gak mau nangis. Dulu ada temen sekantor gue yang minta ijin nenangin diri karena terus menerus nangis pas gebetan dia ternyata nikah.

And i didnt cry...

Gue pikir saat gue pulang dari kantor, di motor gue bakal nangis. Gue senandungkan lagu Cinta Sejati nya BCL, lagu yang gue rasa itu cerita gue banget.. Tapi ya tetep aja air mata cuma di pelupuk tapi gak sampai netes.

Yah.... gue gagal nangis hingga hari ini. Gue gagal berduka atau merasa pedih. Sakit sih, tapi kayak yaudahlah.

Plot twist, dia menikah, of course dengan teman sekampusnya, orang Jawa Barat. Katanya mulai proses bulan Desember 2020. Now you can feel the creepiest thing of my long dream, right?

Mimpi fase kelima, mungkin gue bisa bilang "A good bye!" karena sejak gue tahu dia mau menikah, gue semakin sering mimpi dia tapi dengan cerita yang gajelas alias random. Kayak yaudah kami cuma ketemu karena aktifitas bareng tapi gada apapun diantara kami. Dalam seminggu, gue sampai 4 malam mimpinya, serem ya -_-

So, here it is...

Today is your happy day, man... 

Start from today you will always remember this 6 June for your whole life

Because today you start to life happily after with someone you choose

Today will be your special moment every year, that you will celebrate it as 'Anniversary'


But for me, today it should be the last day i am thinking about you

I should stop dreaming to have you


I knew.. life is so funny huh?

When you are happy (i can see your smile on your wedding video)

And here i am, alone and thinking about my next patch

Of course without you on my plan...

And here i am, have to keep my voice telling 'im okay'

For everyone who saw me as 'the abandoned girl'


So this will be my very last paper about you

I am so happy for you

Let's we meet in another day, me without feel this pain

You with your new family


My very last words..

I love you and thankyou for everything


Good bye

Thursday 20 May 2021

Surat Perpisahan II

 Gue nggak ngerti kenapa terbesit pikiran untuk menulis ini. Tapi karena bisa aja ini akan menjadi postingan terakhir gue tentang dia, mungkin enggak papa untuk mencurahkan semuanya disini. Toh, gue ingin merasa plong dan sudah saatnya gue melepaskan apa yang gue simpan dan rahasiakan selama ini.


Siapa tahu.... siapa tahu dia akan membaca ini suatu hari nanti.

And i wish he could....


Mencintai seseorang bisa menjadi dua sisi dalam catatan hati setiap manusia, bisa menjadi cerita yang baik atau menyedihkan. Gue pilih cerita ini sebagai sisi yang terang, meski hasilnya (mungkin) tidak seperti yang gue pernah harapkan.

Gue pernah menyukai seseorang, bahkan mungkin lebih daripada itu. Saat itu gue ada di bangku SMP dan kayaknya dari kelas 7. Waktu itu banyak yang bilang kami mirip termasuk guru-guru, meski gue enggak menemukan dimana sisi kemiripannya. Sejak saat itulah kami beneran digosipin satu sekolah sebagai pasangan yang cocok. Gue akan menjelaskan bagaimana visual kami berdua pada masa itu.

Gue bocah tomboy yang cerewet, enggak begitu menonjol dalam prestasi, punya banyak teman (enggak congqaq but who doesnt know me?), dan aktif di sekolah. Sedangkan dia, well let's we call him as dewa dari segala dewa. He is handsome (really handsome i swear), kalem, pinter banget, banyak yang naksir, dan punya kulit putih kemerahan. The favorite thing about him that i like was his hair di dahi yang kalau ketiup angin langsung bikin gue deg-degan and please... u will never forget his chubby cheek will it turn into red pas malu. All i can say, he is so perfect ๐Ÿ˜…

I dunno when i started to falling love with him because it was just happened. Kayak tadinya lu santai bae dicie-ciein sama dia, tiba-tiba lu mulai suka dia bahkan sebelum lu sadari. Muka gue ikutan merah tiap ketemu, tangan gue dingin karena grogi, dan mulai memikirkan dia di malam-malam setelahnya.

Singkat cerita kami satu SMA lagi, dengan segala drama dan gosip dari teman-teman. Di masa ini gue menemukan rasanya 'bersaing' secara nyata dengan cewek yang juga naksir dia dan rupanya lebih agresif daripada gue. But still.. that was a very nice memories that i can tell you about us. We never had call, texting, or something diluar urusan sekolah. Meskipun begitu, gue selalu merasakan bahwa dia juga membalas perasaan gue dengan cara yang tidak terungkapkan. Dan gue sangat nyaman..

"Aku pernah menyelinap masuk di kelasmu, dimana kamu dikarantina lama untuk OSN Fisika, and i found your book. Buku mapel Bahasa Indonesia yang kamu tumpuk dari kelas satu sampai kelas tiga. Mataku menyipit tersenyum membaca deretan tulisanmu yang jauh lebih rapi daripada tulisanku. But afterall, it wasnt so special... until i found something interesting. 

Aku membaca bukumu dengan seksama dan taraaa... ternyata kamu sering menggunakan tanggal lahirku dan mengambil nama depanku untuk tugas-tugas yang diberikan guru kita. Aku sangat tersanjung dan semakin bersemangat membaca bukumu dengan lebih teliti. Perjanjian tukar cincin, Alif Fikri, 24 September, 24 Oktober... bahkan kamu menulis lagu 'Si Alif Kecil' di halaman paling belakang. Kalau kamu ingat buku tulismu pernah hilang satu, itu karena aku๐Ÿ˜‚

Btw, aku juga pernah enggak sengaja buka-bukain folder flasdisk mu yang aku pinjam untuk acara Enhavagansa. Aku menemukan beberapa puisiku dari blog yang kayaknya kamu copy di notepad dan sedikit foto-fotoku hahaha.. Hey, do you really fallin love with me?"

Gue ingat bagaimana hebohnya teman-teman gue saat tau kalau kami satu lokasi SBMPTN, i mean kok bisa banget sih satu lokasi padahal ada puluhan even ratusan tempat ujian dengan ribuan manusia. Kemudian akhirnya dia menggapai impiannya, masuk ke sebuah kampus ternama di Bandung sana. Gue gagal ujian, tapi gue enggak sedih dan berbahagia untuk dia. Gue tahu dan yakin dia bisa berhasil di sana. Sedangkan gue baru merasa sedih dan kelabakan mikir apa yang akan gue lakukan atau universitas apa yang mau gua apply beberapa hari setelahnya, hahaha...

Intinya, gue sangat menikmati perasaan itu, jeles karena dia banyak yang suka, jeles karena dia selalu dapat nilai tertinggi, bangga karena dicie-cie sama dia, kadang bingung kenapa dia cuek, seneng sendiri karena dia (kayaknya) senyum ke gue dsb. Ya taulah, kayak botjah alay pada umumnya.. Lu sedih seneng semua disimpen sendiri atau gue tuangin di buku diary karena saat itu blog gue bocor ke anak-anak cowo (emang kampret si Coki -_-)

Dan yeah.. inilah yang akan gue ungkapkan pertama kali disini. Setidaknya, gue harap suatu saat nanti dia akan ingat blog ini, lalu tersampaikan semua apa yang gue simpan selama ini.

Hey... dont you think falling love with someone for long time it could be easy?

Sejak perpisahan kami selepas lulus SMA, otomatis gue enggak ketemu dia lagi. Dia di Bandung dan gue masih di Solo sebelum pindah ke Jakarta dan akhirnya berakhir di Yogyakarta. Kita berdua sempat saling kirim SMS selama ospek dan menyemangati satu sama lain. Gue inget banget, gue masih di kost-an temen dan gunting-guntingin kardus nggak penting untuk memenuhi keinginan panitia ospek.

"Semangat ospek ya!," kalimat sesimpel itu udah cukup bikin gue on fire meski harus pulang malem setiap hari.

Kemudian kami lost contact karena postingan gue di blog dan kata temennya itu bikin dia merasa sedih or something. But after that.. things happened constantly... until now

*God, i think i wanna cry right now.

to be continue......

Thursday 29 April 2021

Surat Perpisahan I

Gue pikir level tertinggi mencintai seseorang itu adalah ketika hati merasa sakit banget jika yang kita cintai pergi meninggalkan kita untuk 'menjemput' seseorang.

Ternyata, yang ada Loe sangat berbahagia melihat dia bahagia, Ternyata Loe bisa mengesampingkan kesedihan Loe dan menerimanya dengan hati yang bebas.

Gue pikir level tertinggi mencintai seseorang adalah ketika Loe masih menunggu dengan sabar.

Memang iya. Tapi ketika penantian itu berakhir tanpa bersama, ternyata enggak apa-apa.

Sakit iya. Banget. Tapi bahagia lebih lagi. Seperti Loe udah purna tugas dan diwisuda dengan nilai sangat tinggi.

Ini move on terbaik...
Ini cara termudah...
Ini akhir terindah...

Tidak ada yang menjemput, meski ada yang terluka.

Ini surat perpisahan pertama. Gue akan menulis lagi sampai memori gue bener-bener bersembunyi di dasar sana.

Selamat tinggal....

Friday 9 April 2021

Dugong Berevolusi

 Siang semuanya!!! Hari Jumat yang menggila berkat lembur-lembur di kantor ini entah kenapa bikin otak lucu gue ini bermuntjulan banyak ide baru (another wacana yang ntah terlaksana ato kaga di tahun 2021๐Ÿ˜‘)

Salah satunya adalah (again..again.. and again..) rutin ngereview sesuatu di blog ini. Biar isinya tydac hanya kealaian yang hanya akan jadi momentum AjaIB di masa depan hahaha...

Sekarang udah bener-bener suka skincare, kayak yang udah setjinta itu tjuy! Plus karena kondisi kulit gue normal dan badak level membara (even pernah 2 bulan make skincare udah expired karena ngga ngeh tapi alhamdulillah kaga kenapa-napa) , gue lumayan sering ganti brand sesuka hati  sesuai budget.

Mungkin juga next gue bisa ngereview film, series, etc. Pokoknya apapun deh biar blog ini tidak hanya diisi dengan kegoBLOGan gue.


Kapan mulainya?

Besok? Lusa? Minggu depan?


Karena diet juga selalu mulai besok HAHAHAHA

Tuesday 30 March 2021

Boring

 Entah kenapa hari ini gue demotivation banget. Tanpa perihal apapun, tanpa tahu kenapa, dan enggak ada siapapun yang jadi penyebabnya. Pokoknya hari ini gue cuma mau diem aja, pengen sendiri, dan enggak mau ditanya apapun.

Padahal semalem gue barusan have fun sama Ines dan Nadicun, bisa ngakak dan ketawa sampai jam 10 malam. Kingkong putih gue sampai yang jagain kumpulan bapak Gojek saking bapak parkir udah balik ke rumahnya. Untung gue udah bayar duluan (biasanya dibelakangan kalo sama si bapak parkir karena dia udah kenal gue๐Ÿ˜‚). It was like our very last kumpul bareng before Ines will taken by someone in the next week, with a man who was our friend at the same school in junior high school.

Okey mungkin gue berpikir banyak hal, cuma berusaha gue tahan. Bukan takut masa depan gue mau dibawa kemana, jodoh gue siapa, gimana gue hidup berjalan (of course selain jadi duyung berenang)... it feels like... yah gue cuma pengen refleksi diri entah apapun itu.

Barusan temen kantor gue nanya kenapa hari ini gue kelihatan gloomy. Gue cuma jawab ngantuk karena kurang tidur. Untungnya muke palsu gue ketutupan masker kembang-kembang. Gue sipitin mata gue dikit udah kayak lagi senyum pas ngejawab, tentunya dengan sok-sokan hati tetap berbunga-bunga.

Woi Dugong, lu kenapa sih?๐Ÿ˜ข

Ya enggak tahu woi kenapaaaah. Pokoknya gue tiba-tiba feel so sad aja bambank! Mungkin banyak kenangan enggak enak yang membekas di gue dan sekarang lagi berusaha mengeluarkan ratjun sedihnya. Seharusnya sih salah ya, gue nggak boleh begini.

Btw, dompet gue juga lagi sedih euy. Pengeluaran gue banyak bats. Temen-temen gue satu persatu udah taken by someone or jadi emak. Temen gue si Fidi bilang, "Yaelah Gong, dari gue masih single sampai sekarang anak gue udah mau lahir, lu masih sendirian aja?"

Semprul bet emang sih ini๐Ÿ˜’๐Ÿ˜’๐Ÿ˜’

Hari ini langit juga sama cemberutnya sama wajah gue. Hujan gahabis dari semalem, bikin males mikir dan ngapa-ngapain. Kebetulan hari ini kerja gue juga ga banyak. SPV gue bilang minggu ini memang gue bisa sedikit menghela napas lega. 

Udah gitu aja, gue bingung mau bilang apa lagi

Thursday 25 March 2021

Dugong with her lyfe

Halo Dugongers!!! Apa kabar semuanya??


Beberapa kali sih gue emang kepikiran untuk nulis sesuatu, tapi urung perkara gue yang (sok) sibuk luar biasa dengan segala perdramaannya. Anyway sekarang gue tidak lagi pekerja WFH tetapi merambah ke dunia paralel lain yang sudah biasa dilakukan orang-orang a.k.a kerja kantoran HAHAHA!


Di penghujung banget tahun 2020, gue yang sudah sangat lelah bekerja dari rumah memutuskan apply kerja lagi yang akan membuat waktu Dugong lucu ini lebih produktif dan tertata rapi. Kayak udah kenyang banget gitu lho gue kerja kesana-sini, kadang dapet cuan bisa buat beli rumah sampai yang cuma dikadalin doang.


Gue, Dugong imut dan manis, butuh cuan yang jadi pemasukan tetap. Secara nih ya, hobi dalam dunia perskincare-an udah enggak bisa ditahan lagi. Emang bener kata temen gue dulu, "Bebs, sekali lu nyemplung diskincare, lu mustahil bakal pergi." Ini aja udah untung gue belum tertarik ke makeup, bisa lu bayangin dong betapa banyaknya lagi pengeluaran dalam hidup gue ๐Ÿ˜‚๐Ÿ˜‚

Dan disinilah gue, akhirnya officially menjadi orang kantoran, jeeng.. jeeeng..!!

Dimana? Yes, gue masih di kota tercinta. Kayaknya sampai detik ini takdir meminta gue tetap berlindung di balik ketiak emak. Cuma emak gue bilang kagapapa, entar begitu gue punya gandengan, gue bakal dilepasin ke Samudera Hindia sekalipun ๐Ÿ’ฆ

So, elu bakal menjalani hal yang membosankan lainnya dong, Gong? Yah, gue nggak tahu juga apakah ini masuk dalam kategori bored activity. Berangkat jam 8 pagi, pulang jam 5 sore, dengan profesi yang sama (content writer), dan malemnya gue masih kerja di kantor gue yang lama dengan jabatan yang lebih naik lagi, editor dan PIC internship. Begitulah hidup gue sekarang sih dan tentunya harus lebih disyukuri. Plus, wifi kantor kan kenceng tuh, gue bisa curi-curi waktu buat nulis blog, nyari informasi, belajar sendiri, sampai ikut webinar kantor gue yang satunya. Pokoknya sih ini udah jadi ideal time buat gue.

PR nya tinggal satu, diet๐Ÿ˜…Salah satu keajaiban dunia nomor 8 yang belum gue pecahkan hingga hari ini. Ayolaah, gue harus menikah dengan gaun semanis cinderella yekan? Gue belum mewujudkan impian gue untuk punya style syari ala unnie-unnie kuriyaaa wkwkwk. 

Di masa ini, gue juga udah ada dalam masa ditanya sana-sini "Kapan kawin" atau kalau ada yang lebih ngaco lagi bakal ditanya, "Lu kapan tuker cincin ama si Paijo (misal namanye Paijo)."

Guys, gue juga mau kawiiin woy!!! Tapi kalo pangeran berkuda belum kunjung muncul di permukaan masak gue harus mengawini diri sendiri? Percayalah gue sudah berdoa sampai membelah diri kayak amoeba biar jodoh gue didekatkan. Masalahnya gue percaya Tuhan maunya gue langsing kayak sedotan dulu baru nikah biar wedding dress gue bisa sexy kayak duyung di laut๐Ÿ‘Š

Until now, menikmati kesendirian itu udah yang paling baik. Gue bisa naksir aktor korea ato hollywood tanpa harus menjaga hati siapa, bisa temenan sama banyak orang, dan untungnya anti baper imnida. Duit untuk diri gue, ngebahagiain orang di sekitar, sedekah, dan nabung sebanyak yang gue bisa.

Btw, gue tentunya jadi punya banyak teman baru dengan berbagai sifat dan kepala masing-masing. Di blok gue ada 6 orang, satu orang ceria kayak gue, satu kalem banget alias Ukhti-ukhti, satunya jago desain (yaiyalah dia kan anak multimedia), satunya maniak fotografi (Another makhluk multimedia), dan satunya lagi programmer peralihan yang labil alias kadang ikhwan kadang bakwan.

Dengan keberagaman manusia semenarik ini, kehidupan kantor seharusnya memang lebih berwarna. Yah, paling enggak gue udah nggak berdiam diri di kamar. Gue bisa ngelihat kehidupan jetset kota kecil gue setiap pagi dan saat sore karena rute jalan gue tuh jalan besar yang utama.

Kalau ditanya lebih bahagia gak sekarang? Bahagia dong! Kan apapun harus berusaha senang dan berpikir positif. Sekarang kalau diajakin main gue udah lebih enjoy karena nyambung dan enggak terlalu banyak khawatir.

Usia gue emang udah cukup uzur yah buat masih nggak memikirkan pernikahan dan segala bengeknya. Cuma gue percaya aja kalo garis tangan kayak gini tuh udah sejalan seperti yang terbaik kata Tuhan sih.

Gue belum move on yaudah gue senyumin aja. Daripada pusing iya nggak?


Monday 22 March 2021

Bayanganmu

 Hai...


Sekali lagi kita bertemu dalam mimpi-mimpi yang sunyi

Tahukah kamu, semalaman aku sulit untuk tidur

Jam dindingku berdetak hening menuju angka 2

Setidaknya saat itulah aku mulai dapat terlelap


Sekali lagi, melihat hadirmu

Seperti biasa, begitu tampak nyata

Aku bermimpi seseorang ingin memintaku menjadi miliknya

Meskipun tanpa cinta, aku tetap menerima pinangannya


Dan disanalah kamu, tersenyum tulus memandang lurus ke arahku

Tadinya aku berharap kamu akan berlari menggenggam jemariku

Namun, kamu hanya diam membisu, tersenyum dengan mata jernihmu yang sendu


Matamu... yang selama ini menjadi bagian favoritku selain wajah teduhmu


Aku bersedih dalam cerita itu

Seolah tubuhku menolak untuk seseorang selain kamu

Kemudian aku menghampirimu, mengajakmu pergi dari hiruk pikuk orang yang berbahagia atas hariku


"Aku perlu bicara sesuatu," pintaku saat itu

Kamu hanya mengangguk seolah tahu apa maksudku


Dan disanalah kita, di suatu tempat entah dimana

Bersembunyi dari situasi yang membingungkan ini


"Aku ingin berterus terang bahwa dulu aku mencintaimu.."

Bibirku bergetar saat berbicara demikian

Mataku menatap getir pada wajah tenangmu yang masih saja tampak istimewa untukku


Kemudian kamu menunduk dalam diam

Dengan pelan membalas ucapan

"Aku juga... aku sama.. aku cinta.."


Hatiku terasa sesak oleh jawaban yang selama ini aku tunggu

Sebagian hitam diriku terus menerus bertanya mengapa baru sekarang?


Aku bertanya, bagaimana dengan sekarang?

Kamu menatapku seolah mengatakan semua masih sama


Kita saling bergenggaman tangan tanpa menatap satu sama lain

Terbata-bata aku masih berusaha mencerna kesimpulan

"So... so we both fallin in love... we are same.. we.."

Aku tak sanggup menyelesaikan kalimatku

Pahit rasanya

Kelu lidahku


Aku hanya menggenggam jemarimu semakin erat

Membahasi kedua tangan kita dengan air mataku


Aku tersedu dalam ketakutan

Dan kini wajahmu tampak muram


Hai... bagaimana ini?

Apakah aku akan benar-benar seperti itu dalam kenyataan?

Tidak bisa melupakanmu dan terus-menerus lari dalam perasaan?


Aku harus bagaimana?

Aku harus berbuat apa?


Telah kupanjatkan senandung rinduku bertubi-tubi pada Yang Kuasa

Jutaan purnama telah aku lalui dengan mendekap erat segenggam cinta yang tidak sudi mau pergi


Kembalilah...

Sembuhkanlah...


Aku masih saja merajuk dengan bayanganmu


Entah mengapa aku semakin rindu


Sore ini hujan akan datang lagi

Mengguyurku yang berjalan pelan dengan kingkong putihku yang menyusuri jalanan


Sekali lagi, memaksaku untuk mengenang jejakmu dimana-mana..

Wednesday 17 March 2021

Surat Cinta Dari Penjagamu

 Hai..

Kamu datang lagi dalam malam-malam sibukku

Apa kabar disana?

Kulihat engkau begitu bahagia dengan duniamu yang baru

Kulihat senyummu kembali merekah

Tak seperti terakhir kita bersua

Cahayamu tertutupi dari entah mengapa


Mungkin kita sama-sama sedang berlari impian yang dahulu

Mungkin pula tanahmu adalah hasil gerusan logika

Mungkin juga aku terlalu nyaman untuk berpindah


Dan disinilah kita.. atau mungkin hanya aku

Sekali lagi, entah dari berapa purna, mengenang jejakmu dimana-mana

Tidakkah engkau lelah mengunjungiku dalam bayangan?


Atau... hanya aku yang terlalu terpaku dalam kisah masa lalu?


Ini bukanlah memori yang menyenangkan

Disaat aku hanya bisa termangu dalam impian

Impian untuk menggapaimu... setidaknya dahulu


Kamu selalu tersenyum dalam mimpiku

Namun, belakangan ini kamu nampak tidak lagi peduli padaku

Kulihat diriku berusaha mencarimu..

Mengejar bayanganmu...

Kemudian terbangun dalam derasnya keringat yang ada di keningku


Aku harus mengaku padamu

Kamu masih ada dalam otakku

Entah apapun itu definisinya

Kamu tidak mau pergi dari sana

Kamu menancap dalam setiap memori remajaku

Memenuhi lantunan doaku yang kini entah ditujukan untuk siapa

Tidak berani membuka lembaran baru dengan entah siapa


Menurutmu apakah aku akan terus hidup seperti ini?

Menanti sesuatu yang tidak pernah pasti?


Menurutmu apakah aku akan terus hidup seperti ini?

Menunggumu datang pada mimpi setiap kali aku bersedih?


Rasanya seperti memeluk angin

Tak tampak dan tak terasa


Rasanya sepeti berjalan di atas awan

Bisa jatuh sewaktu-waktu


Apakah aku marah?

Entahlah!

Kepada siapa aku harus marah?

Bukan pilihan kita untuk punya cerita yang panjang


Lalu apa mauku?

Entahlah!

Kepada siapa aku harus memaksa tahu akhir cerita kita?

Aku terlalu takut untuk mengetahuinya


Bagaimana bila aku berhenti mencintaimu? Kamu lalu pergi

Bagaimana bila kamu berhenti mencintaiku? Aku lalu pergi


Bisakah... bisakah kita berdamai?


Aku akan bersabar hingga cintaku pudar dengan sendirinya

Aku akan tegar bila bukan kamu yang akan menjemputku

Kamu harus bahagia, begitupun aku juga



Kau, ditakdir manakah kita akan bertemu?


Kau, di dunia manakah kita akan bersatu?


Bolehkah aku meminta belas kasih Tuhan untuk menjagamu?

Menjagamu saat kamu terluka

Saat kamu merasa sakit

Saat kamu bersuka cita


Menjagamu... bila kelak kamu tidak lagi menemuiku

Menjagamu.. bila nanti kamu berhenti menjadi bayanganku



 
Catatan Lebay Seorang Dugong Blogger Template by Ipietoon Blogger Template