Friday, 13 June 2025

Dugong Goreng dan Rumah Ikan (II)


I dunno, this is so weird to realizing that i'm on hyper mood today to recalling and write everything i could remember these years. 

Kayak gue come back to home after lost for years.. hari ini gue sempet panik karena takut ini blog ilang. Woi, gue udah ngerintis ini blog since my teenage, woi😩 Semua memory jamet, termasuk cerita gue dengan si kalem atau puisi-puisi galau yang dihimpun dari berbagai curcol orang ke gue (yes, not all those poems was about me, duh!), semua ada di sini.

But fortunately i can get it back and it makes me like this.

Hey, i'm back Dugong! Thank you for keeping these memories on you tent to wait me back.

Ini adalah kelanjutan dari postingan pertama gue sebelumnya, Dugong Goreng dan Rumah Ikan.

Btw, asam lambung gue sempet naik tadi siang, tapi udah lumayan sembuh malam ini. Kayaknya, gue mau agak begadang since tomorrow is my free day. I plan to recap my guitar lesson tonight after finish blogging.

Well, as i said before, akhirnya, kami berdua mulai deket satu sama lain (if i can count that as a close one, but for me, it's a yes).

Seinget gue, kami mulai beneran bisa ngobrol pribadi ketika dia nanya tentang ex gue. Saat itu, dia kira gue masih sama dia. Dari situ, pembicaraan mengalir aja gitu, meskipun gue ngerasa, dia masih sering membatasi apa yang boleh gue tahu dan enggak.

I mean, yes, of course everybody does. Tapi, dia adalah tipikal orang yang bener-bener akan ngasih dinding tebal begitu tahu udah too much information, tanpa basa-basi. Like he will suddenly give a gesture like "Stop, let's end this topic."

Begitu gue ngerasa mulai yakin gue deket ama cowok, gue langsung cerita ke sirkel terdekat dan emak gue. Yes, actually, ini pertama kalinya gue beneran terbuka sama ibu dan adek soal 'percintaan'. Dari sejak gue mengenal cinta, gue gak pernah cerita ke siapapun, termasuk temen deket. Diary dan blog ini adalah sahabat gue. Soalnya, rasanya aib banget monyet, kalau ketauan gue suka orang. Kayak merasa lemah.

Gue terbuka sejak putus kemaren. Heart broken changed me a lot. Kayak gue merasa perlu menerima banyak perspektif agar nggak bucin tolol (meskipun again, bulol is like my middle name until now). Jadi, ketika ibu gue bilang acc tentang si Ikan, ketika Babab dan temen-temen lainya bilang "Gass.." gue beneran berani maju mulai buka diri meskipun gengsi banget.

Hal menarik lainnya adalah fakta bahwa dia sangat tertutup (bahkan melebihi gue di fase paling tertutup) dan selektif. Bahkan, untuk sekadar following his IG, i need to asked him like about 3 times (tapi pake style teasing ya, bukan begging). Pada akhirnya, ketika gue udah nggak ambil pusing, dia emang nge-follow gue duluan dan cukup aktif nge-reply story-story bodor gue.

Then, what's the hot things here?

I dunno.. tbh, kalau boleh kegeeran, gue ngerasa there's something between us. Dari gesture dia, tatapan mata dia (meskipun kami jarang ketemu karena beda kota), cara dia memperlakukan gue, dia yang sering tiba-tiba udah di samping gue pas acara kantor di Jakarta, our first dating... bahkan dia ngajakin gue pergi lagi (tapi belum tahu kapan)... it feels so different.

Gue dengan casing super friendly dan obral word of affirmation sana sini, might be harder to be identified if i really love him or not. So it's him. Dia tipe orang yang tenang ( i can say really calm), stecu, dan cool.

But at certain point, i do feel that he knews me, i knew him. We have something spark but can't tell. It's like "Yes we both know, and then what?"

Kalau boleh dibilang, dinamika kami sangat 'dramatis' if i can say. Tarik ulurnya kenceng banget, entah dari gue ataupun dia. Yes, i admit that gue gengsi banget bejir😖 Babab sering bilang "Kalau suka, suka aja. Kalau kangen, chat aja." Gue gabisa kayak gitu, woi. Nanti mahkota gue jatoh gimana kalau kecintaan😩

On the other side, gue ngerasa dia juga gitu (entah gue doang yang rasa-rasa atau emang iya). Ada satu momen yang kampret.... gue kalau inget itu agak emosi😞 Waktu kami mau acara kantor di Jakarta dan salah satu agendanya adalah ke Ancol. Pokoknya waktu itu ada conversation yang nge-lead us into "Kabur aja yok, ke Seaworld!"

Me as a makhluk laut lovers pasti seneng banget. APALAGI KALAU SAMA DIA BERDUA! Gue sampe jejeritan ngomong ke temen gue, "INI GUE HARUS BALES APA? KALAU BALES IYAIN, IH MALU GENGSI NJIR. TAPI KALAU GAMAU, GUENYA KAN MAU." Gitulah intinya.

Akhirnya setelah agak lama, gue memberanikan diri dengan bilang YES. BUT U KNOW WHAT? HE PULLED ME BACK dengan bilang semacam "Ya nanti kalau sempet atau gak panas."

😡😡😡😡 Woi manusia! GUE UDAH TURUNIN GENGSI BILANG IYA😞😞

Maybe juga salah gue gak langsung ngeiyain dan dia kesel atau malu? Lah bodoamat, gue maunya nyalahin dia aja😑

Ended up, kami gak ke Seaworld. Tapi emang pergi ke tempat lainnya di hari lain.

Oh, gue baru inget satu hal lain...

Sebenernya, gue punya satu diary yang bener-bener khusus dia di Ipad. Gue himpun dari tanggal kami pertama kali chatting beserta isinya wokwokokwokwokwok😂 Cuma, karena kami sempet agak jauh (gatau gimana tetiba dia diem gak chat gue dan kayak lebih nyaman ngajak gue ngomong di grup), gue jadi males ngisi lagi karena ngerasa agak patah hati.

A Reflection..

Semakin gue mengenali dia, semakin gue memahami apa yang lagi terjadi (setidaknya dalam POV gue). To be truth, kami punya beberapa sifat yang mirip, kayak sama-sama suka ngebanyol, introvert (tapi kayaknya dia lebih suka main daripada gue), tertarik sama parfum (ini sih dia gara-gara gue), tau skincare, suka nulis, dsb.

Dan... banyak juga hal yang beda di antara kami yang gue notice.

1. Gue tipikal yapping. Dia juga sebenernya suka cerita (kalau dipikir-pikir, pas dia gmeet, sering banget dia yang yapping di obrolan. Gue banyak dengerin). Tapi, gue ini tipikal yapping yang konsisten. I mean, misal yapping gue punya skor 50, yaudah segitu terus. Paling naik turun sesuai kondisi tapi gak begitu jauh skornya.

Nah, si Ikan beda. Dia yapping on off. Kadang yapping score-nya bisa sampe 90 alias cerewet buanget. Tapi, at certain moment (which is it is much), dia bisa beneran ngilang sampe tinggal 20.

Lu paham kan maksud gue? Ini kan ngebingungin banget. Kadang gue mikir, bejir gue salah apa yak? Kok dia tiba-tiba diem? Kok ketikannya jutek? Makanya sesekali gue jengukin dia online, untuk sekadar nanyain kabar dia. Karena kadang gue baru tahu kalau dia lagi sibuk banget, habis sakit, ponakan kesayangannya dateng, dsb.

2. Cara dia memandang menentukan sesuatu, dilakukan dengan saksama, sangat berhati-hati. Ini udah tervalidasi di beberapa situasi, bahkan sesimpel milih parfum kesukaan dia. Sedangkan gue tipikal yang lebih spontan, kadang efeknya dipikir entar. Lakuin aja dulu, nekat aja dulu, gitu. Takut sih, tetep takut. Tapi gue lebih takut nggak ngelakuin masalahnya, karena makin nggak terprediksi, gitu.

3. That he can manage his pocket well, but i don't. Gue ngerasa kayaknya gaya hidup kami lumayan beda because once again, he seems like can manage his money wisely. Sedangkan gue lebih kayak penikmat hidup gitu dan suka banget menafkahi orang woi (Dear God, dont let me poor😩) meskipun on boncos mode. Yang kayak gini, kira-kira dia bakal terbebani nggak ya ama gue?

4. Kayaknya dia tipikal orang yang nunjukin kasih sayangnya via tindakan, deh. Gue tahu ni cowok greenflag, family man, and so. Gue tahu dia suka ngebantuin orang tapi nggak mau keliatan. Dan ini sering juga terjadi karena dia sering bantuin gue tapi gak suka terekspos. Gue ngerasain keknya gesture dia naksir gue juga. Pokoknya gue gak terima aaaaaaa kalau dibilang kegeeran bejir😖😖

AND THE CONCERN IS, gue anaknya verbal banget woi😩😩

If someone never say what they want in a strong line, how could i believe that he loves me? Even if the act talked more, I AM STILL NEED HIS WORDS TO LOUDLY SAYS "I LEFFFF YU."

Gue gabisa hidup di batas abu-abu😑 I keep the answer but i knew my answer. I just need him to ask me directly, pointed on me, then i will give him the answer. That's all (anjay).

Kayaknya segitu dulu, deh.

Beberapa concern ini bukan bikin gue mundur sebetulnya. Karena yang bikin gue mundur cuma kalau gue udah capek. Cuma, gue jujur sangat berharap akan ada momen dan kemajuan di mana kami bisa ngebahas hal-hal yang lebih serius untuk nyamain persepsi dan visi misi hidup (aseec). Soalnya, ini kayak belum pernah terjadi. Kami masih sebatas di permukaan aja.

Gue ngerasa, sepertinya dia maju mundur. Sedangkan gue gamau ngejar duluan. I do believe that man needs to know what he wants. I don't need to teach him what he has to do, but i will teach how i want to be treat by him👸 dan keterbukaan adalah salah satu yang gue harapkan.

Btw, hal-hal keren yang gue dapatkan selama sama dia adalah ketenangan yang gak bisa gue jelaskan. Kayak gue percaya aja gitu dia bisa jadi pemimpin yang baik, gak kasar, biarpun kadang kampret, tapi hal-hal itu masih bisa gue toleransi.

Dan ajaibnya, beberapa wishlist dan celetukan gue di masa lalu, yang gue nggak anggap serius atau gue hapus, entah gimana, ada di dia😂

A Future?

Well, Ikan, you need to know...

Untuk Seseorang yang Suatu saat Nanti akan Hidup Bersamanya


That you're just in a perfect time to meet me at this new version.

Gue versi yang gamau buru-buru nikah, tapi harus ada boundaries yang jelas.

Gue yang tantruman, tapi berusaha nggak ngerepotin siapa-siapa.

Gue yang masih terus berjuang buat jadi secantik Jenny bleping.

Gue yang versi udah bisa dandan dan dress well better.

Gue yang versi gak berpuas diri dan masih mau tingkatin value lagi.

Gue yang versi tahu cara mencintai diri sendiri dan dengan sadar tahu bahwa trauma di masa lalu bukan tanggung jawab siapapun selain gue sendiri yang mau sembuhin.

Gue yang ingin mencintai dan dicintai dengan cara yang sederhana dan tenang..

Tapi juga nggak mau kehilangan sparks of childish things just because maturity.


Gue masih mau blushing cuma karena lu ngirimin pap bangun tidur.

Gue masih mau ketawa bareng karena hal yang jayus.

Gue masih akan salting cuma karena gombalan garing.

Gue bakal mau nyanyiin elu pake gonjrengan gitar tiap lu minta.

Sleep call, video call, any childish thingss...


That i will make sure that i am protect myself well..

That my parents will be a very good in-laws for you..

That i will try my best to be most lovable wife..

And be a good mother to our kids (tapi gue tetep mau seru-seruan kayak gue ke Abuy)..


Gue mau lu arahin.

Lu jadi leader, gue good partner beside you.

Kalau lu gabisa bilang nggak ke orang, gue yang maju ngebela elu.

Kalau lu sakit, biar kata gue cuma bisa jenguk online, gue tetep hadir buat lu.

Kalau lu butuh waktu sendiri tanpa diganggu, gue gak akan ganggu.

Kalau duit kita belum cukup, kita makan garem sama-sama, tapi jangan lama-lama.

Kita kaya raya, kita liburan hepi-hepi berdua.


Of course, meskipun gue masih dengan segala keterbatasan..

Suka ngambek, nanyain hal oon tiap mens, clingy suka nyariin..

Petantang-petenteng padahal kadang banyak sok kuatnya aja.


Kita akan saling meminta lebih suatu saat nanti, tapi untuk kebaikan diri.

Kita bisa saling dukung satu sama lain.

Because i knew, deep inside, we are good match.


Nggak semua peperangan harus dihadapi sendirian.

Gue yakin bisa jadi temen perang lu yang diandalkan.

Gue yakin lu bisa jadi temen perang gue yang paling keren.


All you need to do is... to be bold.

Know what you want.

Know your worth (lu keren banget anjir) and you respect me as a diamond.

Lu harus yakin untuk maju dengan gagah berani.

Lu harus yakin lu capable enough to be my "peace, love, and gaul" man.


But, if these too much for you.

If those all reason still not enough to be your last chapter,



Well, let see...


0 comments:

Post a Comment

 
Catatan Lebay Seorang Dugong Blogger Template by Ipietoon Blogger Template